bc

Sudah. Aku Menyerah!!

book_age18+
162
FOLLOW
1K
READ
arrogant
city
office/work place
first love
like
intro-logo
Blurb

Ramalia Adisti sadar jika ia bukanlah gadis yang bersinar layaknya bintang di langit malam. Ia juga tidak memiliki wajah secantik rembulan malam yang bisa membuat kaum hawa iri saat menatapnya.

Ia hanya seorang gadis yang memiliki hati seputih kapas yang sayangnya tak pernah disadari sedikit pun oleh kaum Adam, khususnya oleh seorang lelaki bernama Indra Bastian Purnama.

Ia juga tak mampu membenci Rike Rosaline yang telah membuatnya berada dalam sebuah hubungan sedemikian rumit untuk ia mengerti.

Ramalia tahu, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Tapi bukan berarti, ia membiarkan dirinya dijadikan sebuah permainan semata.

Menyerah, itu yang ia lakukan. Demi menyelamatkan hatinya dari kehancuran yang berkeping-keping.

“Inginku, kamu bukan hanya cinta pertamaku. Yang memberi warna indah dalam setiap detak jantungku.”

“Inginku, kamu menjadi cinta terakhirku. Yang tak lelah merangkai jemari dalam setiap perjalanan hidupku.”

“Inginku, kamu menjadi cinta sejatiku. Yang selalu menempatkan aku sebagai satu-satunya wanita pemilik hatimu.”

Ramalia Adisti baru tahu. Jika hanya sejengkal, cinta yang ia terima selama ini dari suaminya, lelaki pertamanya, cinta pertamanya, tapi sayang bukan cinta sejatinya.

chap-preview
Free preview
PART 1 - DIA KEKASIH RIKE
Jatuh cinta mampu membuat seseorang terkadang tersenyum sendiri, sekalipun ia berhadapan dengan cermin. Entah apa yang dibayangkan dalam pikirannya, yang jelas saat ini cermin dihadapan seorang lelaki bernama lengkap Indra Bastian Purnama tampak menampilkan wajah pemuda itu dengan senyum mengulum. Lelaki dengan tubuh tinggi dan memiliki tulang hidung tinggi itu terlihat gagah dan tampan. Pemuda yang bekerja sebagai programmer sebuah perusahaan terkemuka itu sudah siap dengan kemeja lengan pendek berwarna coklat dan celana bahan berwarna hitam. “Aku yakin kekasih aku pasti tampan kalau mengenakan kemeja berwarna coklat begini.” Mengingat ucapan sang kekasih, membuat Indra kembali mengulas senyum. Ia melirik jam di lengannya. Sejam lagi mereka akan bertemu. Lalu tangannya melirik sebuah kotak perhiasan yang sudah ia siapkan. Malam ini ia akan melamar sang pujaan hati, Rike Rosaline. Hubungan mereka memang baru berjalan enam bulan. Entah mengapa Indra yakin wanita itu cocok untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya kelak. Indra pun ingin membuat kejutan untuk Ibunya yang tak sabar memiliki menantu. Sebenarnya, sejak bertemu dan menjalin kasih dengan sang kekasih, Indra sudah ingin mengenalkan Rike pada sang Ibu. Sayang Rike selalu beralasan. “Nanti saja sayang, aku belum siap. Aku masih ingin bebas dulu.” Begitu alasan Rike saat itu. “Lalu kapan? Kamu tahu aku sudah cinta mati sama kamu.” Indra bahkan tak melepaskan genggaman tangannya malam itu saat mereka menghabiskan waktu dengan berjalan di tepi pantai. “Aku gak mau melangkahi kakak aku. Ia belum memiliki kekasih.” Rike menunduk. “Lalu apa masalahnya?” tanya Indra tak mengerti. Rike tersenyum. “Masalahnya kakak aku itu terlalu mencintai cinta pertamanya, yang sama sekali tidak pernah meliriknya.” Indra menganga. “Maksud kamu, kakak kamu itu mengalami kasus cinta dalam diam?” “Iya.” Mata Rike mengerjap indah. “Tapi itukan masalahnya, terus kenapa hubungan kita disangkut-pautkan?” Rike memandang lautan yang tampak tenang dihadapannya. “Kamu ingin mengenalkan aku pada ibumu kan? Nanti pasti kita disuruh menikah.” Indra tertawa. “Kenalan saja dulu kamu dengan ibuku. Lagian takut amat sih disuruh nikah. Memang kamu gak ingin menikah denganku?” Rike merebahkan kepalanya di pelukan Indra. “Mau, tapi gak sekarang. Nanti ya, tunggu kakak aku menikah dulu. Masa aku melangkahi dia, gak mungkin. Ibu pasti gak akan izinkan.” Hembusan napas terdengar dari mulut Indra. “Terus kalau kakak kamu gak nikah-nikah, kita gak nikah juga gitu?” Dengan gemas, Rike memencet hidung kekasihnya. “Kamu tuh ya! Masa doa in yang gak-gak tentang kakak aku sih?” Dan tak lama setelah itu, Indra tergelak karena dikelitiki pinggangnya oleh Rike. Tapi tak lama, karena Indra berhasil menangkap kedua tangan kekasihnya. “Awas ya, kamu doa in kakak aku yang gak-gak!” “Iya-iya maaf deh. Duh, adek yang sayang banget sama kakaknya.” Indra mengusap puncak kepala kekasihnya. Itulah sedikit hal yang membuat Indra tersenyum sejak tadi. Mengingat sang kekasih, Indra sudah mengambil keputusan untuk melamar Rike malam ini juga. Terserah mereka mau menikah kapan, yang penting ia sudah mengikat gadis itu untuk tetap setia. Setelah rapi, Indra keluar kamar. Tampak Ibunya tengah duduk dengan adiknya, Ryan. “Mau malam mingguan nih?” Lista bertanya pada putra sulungnya. “Ada acara sama teman.” Lista melempar senyum pada Ryan, anak bungsunya. Selalu saja begitu jika ditanya. Ketika Indra sudah keluar dengan mobilnya, Lista bangkit. “Yuk Ryan, kita ikuti sekarang.” Ryan menggeleng. “Siap bunda ratu.” Malam ini Lista akan menangkap basah sang putra dengan kekasihnya. Heran, sudah punya kekasih kok disembunyikan! Sudah tahu aku gak sabar ingin punya mantu! Sementara di sebuah rumah yang letaknya sangat jauh dari rumah Indra. “Rara, kamu kayaknya cocok pake warna coklat deh.” Rike berusaha memberi pinjaman pada kakaknya. Sementara sang kakak mengernyit heran. “Ck, terlalu terbuka Ke, aku gak suka.” Rike menghela napas. Ia memandang kakaknya sekali lagi. “Please Ra. Kamu tuh berubah dikit kek. Biar lebih cantik. Model baju kamu semua udah gak zaman. Dan lagi warnanya biru semua. Gak bosen apa!” Rara yang bernama lengkap Ramalia Adisti hanya terkekeh melihat omelan sang adik, Rike Rosaline. Ya, mereka dua kakak beradik. Hanya selisih tiga tahun usianya. Sayangnya, Rike tak pernah mau memanggil Rara dengan sebutan kakak. Menurutnya mereka gak beda jauh. Dan Rara pun gak mempermasalahkan itu semua. Yang penting mereka berdua akur. Rara bekerja sebagai salah satu karyawan di bagian accounting dan Rike yang memang memiliki kecantikan jauh di atas Rara bekerja sebagai seorang sekretaris. “Nah kalau gini kan kamu cantik, Ra.” Rike memandang ke arah cermin, dan tersenyum. Hari ini ia mengerahkan kemampuannya untuk memoles sang kakak, supaya tampil cantik. “Memang kita mau kemana sih Ke? Kamu traktir makan aja ribet banget.” Rike memang sudah menjanjikan akan mentraktir makan malam pada sang kakak. Sudah sebulan ia bekerja dan hari ini dia sudah gajian. “Rahasia ah, masa aku bilang-bilang sih.” “Ini pake tasnya, serasi kan sama gaunnya.” Mau gak mau, Rara memakai gaun yang sudah adiknya pilihkan. Coklat muda, begitu juga dengan sepatu dan tas di tangannya. Rara menatap cermin. Sudah ditraktir, terus baju, sepatu dan tas juga dikasih pinjem. Nikmat mana yang mungkin aku tolak! Punya adik kayak Rike itu berkah! “Ini beneran aku ya Ke? Kok aku cantik ya?” Rike menggeleng. “Kamu tuh dasarnya cantik, sayang aja gak mau dandan.” “Tapi masih lebih cantik kamu Ke.” Rara memang tidak berdusta. Ia kalah jauh cantik jika dibanding Rike. Orang mengatakan Rike cantik, dan Rara manis. Sebutan manis, hanyalah bahasa halus dari gak cantik. Dan bersyukur Rara bukan seorang kakak yang iri seperti bawang merah pada bawang putih. Dan ia juga bukan gadis yang suka bersolek. Rara lebih suka berkutat di dalam kamar mengupas tuntas soal matematika dari pada mempelajari cara berdandan seperti Rike. Hasilnya ia terpilih sebagai siswi berprestasi di sekolah. Hubungannya dengan Rike pun bisa dikatakan selalu baik sekalipun mereka berbeda hobi. Saling bertukar cerita hingga ke akar tentang seorang lawan jenis pun mereka lakukan. “Kamu tahu, aku baru saja menjalin hubungan dengan seorang lelaki bernama Tyan.” Rara mendelik. “Pacar baru lagi?” bisiknya kaget. “Stsss, nanti ibu dengar.” Rike sampai memberikan isyarat telunjuk di depan mulut. Rara spontan menutup mulutnya. Lalu keduanya menghampiri orang tua mereka yang tengah menikmati malam dengan menonton televisi. “Ayah, ibu. Kami izin keluar.” Rara yang pamit mewakili sang adik. Ibu Rara yang bernama Arum berdiri. “Wah, anak ibu kok cantik sih.” Rara memutar bola matanya jengah. Begini nih kalau jarang dandan, pasti dipujinya bikin dia lupa mendarat ke bumi. “Siapa dulu dong kang make upnya.” Rike mengangkat dagu. “Ya udah jangan pulang malam-malam ya,” pesan Arum pada kedua putrinya. Rara dan Rike mengangguk. Mobil dikendarai oleh Rara, sedang Rike tak henti menambah lagi bedak di pipi. Agar tampil sempurna dandanannya malam ini. “Ra, sebenarnya malam ini kita makan malam gak cuma berdua sih.” Rara menoleh. “Maksud kamu, kamu ajak pacar baru kamu itu?” Bagi Rara sudah tak aneh jika Rike gonta-ganti pacar. Siapa yang tidak terpesona melihat kecantikan adiknya ini. Apakah Rara iri? Tentu saja tidak! Baginya hanya satu yang ia inginkan. Bertemu dengan cinta pertamanya. Cinta pertama, bukan kekasih pertama. Cinta dalam diamnya, lelaki yang dulu mampu membuat hatinya bergetar hanya karena menatapnya. Sayang, lelaki itu terlalu tinggi untuk ia raih. “Sampai.” Rara mematikan mesin mobilnya tepat di depan restoran. Mereka berjalan ke arah restoran yang sudah Rike pilih malam ini. Rike berjalan di depan, dan Rara di belakang berjalan dengan kepala menunduk. “Maaf Tyan, aku telat.” Panggilan Rike pada kekasihnya. Dia biasa memanggil Indra dengan sebutan sayang, Tyan. Diambil dari nama tengah kekasihnya, Bastian. “Gak apa, aku juga baru sampai kok.” Suara lelaki yang membuat Rara tersentak. Pasalnya ia mengenal suara itu, tapi apakah mungkin? “Oh iya aku bawa kakak aku, gak apa kan.” Rike menoleh ke arah Rara. “Ra, kenalkan ini Tyan yang tadi aku kasih tahu di rumah.” Saat tubuh Rike bergerak sedikit ke sisi, saat itu lah Rara melihat siapa lelaki yang kini menjadi kekasih sang adik. Mendadak Rara memiliki rasa iri yang luar biasa pada Rike. “Tyan, ini kakak aku Rara.” Indra berusaha tersenyum pada gadis di samping sang kekasih. “Hallo, salam kenal. Saya Indra Bastian Purnama. Kamu boleh panggil saya Tyan.” Dengan ragu dan menahan debaran dalam dadanya, Rara menjabat tangan lelaki dihadapannya. Lelaki yang ia akui semakin tampan dan juga mapan. Rara memang tak salah memperkirakan sejak dahulu, jika lelaki ini pasti akan jadi orang sukses dan lihatlah, ucapannya terbukti bukan? “Saya Rara. Tapi kalau boleh saya ingin panggil kamu dengan nama Indra.” Nama yang sejak sepuluh tahun sudah Rara simpan di dalam relung hatinya yang paling dalam. Siapa sangka, Tuhan berbaik hati mempertemukan mereka dalam keadaan yang sama sekali tak pernah Rara sangka. Indra Bastian Purnama, satu-satunya lelaki yang ia cintai, kini menjadi kekasih sang adik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook