bc

Bad Nerd

book_age16+
1.4K
FOLLOW
5.8K
READ
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Lagi-lagi Arin harus pindah sekolah karena di-DO. Arin sih tak masalah, tapi yang jadi masalah adalah ia dimasukan ke sekolah yang sama dengan Gio dan Erlan. Dua cowok yang sangat …., ah sudahlah, nanti kalian juga tau.

Tak hanya itu, ia juga terpaksa masuk ke eskul drama yang berada diambang kehancuran.

Bisakah Arin menghidupkan eksul drama kembali? Lalu, drama-drama apa saja yang akan terjadi di hidup Arin yang sudah penuh dengan drama?

chap-preview
Free preview
1. Tawuran
"WOY MINGGIR!!" teriakan Arin membahana. Skateboard Arin melaju kencang menyusuri lorong kelas. Murid-murid yang lain pun menghindar. Mereka tau, gadis berambut pink itu akan menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya. Ini sudah menjadi kebiasaan Arin setiap pagi. Ia akan melajukan skateboardnya dengan kencang menuju kelas. Apakah guru-guru tidak menegur? Oh, bukan, bahkan guru-guru telah lelah menegur si Biang Onar itu. Mereka hanya bisa berharap Arin berubah atau keluar dari sekolah. Arin menghentikan laju skateboardnya tepat di depan kelas. Dengan langkah santai ia memasuki kelas sambil menenteng skateboardnya. Arin menaruh skateboardnya hati-hati tepat di samping bangkunya. Setelah itu pun ia duduk. Tiba-tiba pintu kelas terdobrak dengan keras. Siapa pun yang mendengar, pasti mengira orang itu tidak pernah belajar cara membuka pintu yang baik dan benar. Masuklah dua orang siswi lagi. Pandangan mereka langsung tertuju pada sosok siswi berambut pink di bangku paling pojok. "Ariiinnnn!!" teriak mereka bersama lalu berlari menghampiri Arin. "Ada apaan sih? Kalian berdua dikejar-kejar setan?" tanya Arin bingung. "Gue lagi gak bercanda, Rin! Gue lagi serius, Rin, serius!" seru Chlora disambut anggukan Fio. "Iya, Rin, kita serius ini," timpal Fio. "Serius Black?" sahut Arin asal. "Ih, bukan! Itu mah Sirius, pamannya Harry Potter, Arin!" seru Chlora gemas. "Ini s-e-r-i-u-s, serius!" "Tau nih! Kita pengen ngomong serius tau!" Fio cemberut. Dia sama Chlora kan ingin ngomong serius, tapi Arin malah bercanda. "Yaudah ngomong aja," jawab Arin kalem. "Serius!" seru Chlora dan Fio bersamaan.  "Apaan sih! Katanya tadi mau ngomong serius!" Arin mulai kesal. Sahabatnya itu memang rada-rada sinting! "Itu tadi kita udah ngomong serius," ujar Chlora. Fio mengangguk. Arin paham sekarang. "Eh, lo berdua! Lapangan sepi tuh, berantem yuk!" kata Arin kesal. Apa-apaan mereka berdua! Ia sudah serius, malah mereka berdua bercanda. Oh, Arin lupa, sekarang karma datangnya pakai pesawat jet bukan jalan kaki, pantas datangnya cepat banget! Chlora dan Fio terkekeh. Memangnya cuma Arin aja yang bisa bercanda, mereka juga bisa! "Itu matanya biasa aja kali, ntar kelilipan loh!" cetus Chlora saat Arin menatap mereka ganas. "Oh yah! Balik lagi ke topik, gue benar-benar pengen ngomong serius ini," kata Fio. "Gue dapet kabar, anak-anak SMA Spandentry mau nyerang kita nanti pulang sekolah." Arin menghela napas gusar. "Kayaknya kita gak pernah cari masalah sama sekolah itu deh!" Chlora mengendikan bahunya. "Kayaknya mereka kepancing sama Aryo deh! Kan si Aryo selalu ngelakuin cara apa pun asal lo kalah." "Dia kayak punya dendam kesumat deh sama lo, Rin," timpal Fio. "s**t!" rutuk Arin. Ia lupa kalau punya musih sejati. Aryo Putra Deswata. Musuh bebuyutan Arin yang selalu berusaha mengalahkan Arin. Cowok itu akan selalu mengompori sekolah lain untuk menyerang dirinya, karena itu pula Arin harus berurusan dengan beberapa genk sekolah yang ia tak kenal, seperti saat ini. "Suruh anak-anak ngumpul pas istirahat," kata Arin final. Mau tak mau ia harus meladeni anak-anak dari sekolah itu. Chlora dan Fio mengangguk. Mereka pun mengirim pesan ke kawan-kawan mereka yang lain. Bel masuk pun berbunyi. Chlora dan Fio pun duduk di bangkunya yang berada di depan Arin. "Mau ke mana?" tanya Chlora saat melihat Arin bangkit dari bangkunya. "Biasa, izinin gue yah," jawab Arin lalu melangkah pergi. Chlora menghela napas. Selalu seperti ini. Sahabatnya itu tidak akan mengikuti pelajaran saat ada yang menantangnya berkelahi, dan akan kembali saat jam istirahat nanti. Arin terus melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, tempat favoritnya. Setelah sampai, ia langsung masuk dan menghirup aroma buku-buku yang bisa membuatnya tenang. Penjaga perpustakaan sudah hapal dengan tingkah Arin dan akan tetap membiarkan Arin di perpustakaan walau jam pelajaran sedang berlangsung. Arin mengeluarkan handphonenya. Ia mulai mengetik sesuatu. Ia pun terhanyut dalam kegiatannya, hingga bel istirahat pun berbunyi. Arin memasukan kembali handphonenya ke dalam saku lalu bangkit dan melangkah keluar. Arin langsung menuju kantin. Kawan-kawannya sudah berkumpul di sana. Setelah sampai ia langsung duduk di bangku yang biasa ia duduki. "Kalian udah dengarkan kalau SMA Spandentry mau menyerang kita?" kata Arin. Mereka semua mengangguk. "Kalau udah, tau dong kalian harus ngapain?" lanjut Arin. Mereka semua kembali mengangguk. "Bagus!" Arin menjentikan jarinya. "Gue gak mau dengar nanti ada yang terluka. Jadi, gimana pun caranya kalian harus saling jaga! Yang maju hanya sebagian. Sebagian lagi jaga-jaga di belakang." Mereka semua mendengar baik-baik rencana yang disusun Arin. *** Arin berjalan di barisan paling depan. Bel pulang telah berbunyi tadi. Mereka pun langsung melaksanakan rencana mereka yang telah disiapkan saat istirahat tadi. Arin tersenyum sinis melihat segerombol orang yang telah menunggu di seberang sana. Dengan langkah santai, Arin menghampiri mereka. Langkah Arin terhenti tak jauh dari mereka. "Woy! Mana ketua lo yang namanya, Arin, Arin, itu!" teriak salah satu dari anak SMA Spandentry yang paling depan. "Gue, kenapa?" jawab Arin kalem. Anak cowok itu menatap Arin tak percaya. "Gue serius Cupu!" "Gue juga serius!" ketus Arin sambil memutar bola mata malas. "Cewek cupu kayak lo?" olok anak cowok itu lalu tertawa keras. "Kalau gue gak kayak gini ntar lo terpesona. Bukannya berantem ntar malah minta pin gue! Lagian ini juga permintaan pacar gue. Pacar gue itu posesif parah! Bisa aja lo besok ngilang karena merhatiin gue! Dan untuk mengurangi cowok-cowok menghilang entah ke mana makanya gue dandan kayak gini!" jelas Arin sebal. Benar kok! Pacarnya itu seperti Daddy yang sangat posesif terhadap Mommy. Bedanya Erlan tidak lebay seperti Daddy  "Pacar?" anak cowok itu semakin terbahak. "Cowok mana yang khilaf pacaran sama cewek cupu kayak lo?!" "Kok lo nyebelin sih?" dengus Arin. "Nyadar lo b**o! Muka lo kayak gimana!" "Emangnya muka gue kayak gimana?" cetus cowok itu. "Satu tiga ayam penyet, muke lo kayak monyet!" seru Arin. Anak cowok itu menatap Arin marah. "Lo benar-benar ngajakin berantem yah?!" "Emangnya kita ngumpul begini mau ngapain hah?! Main lompat tali?" cibir Arin. "Serbuuuuu!" seru cowok itu sambil berlari. "Seranggggg!!" Arin pun ikut berlari. "STOPPP!" teriak Arin kencang saat mereka sudah dekat. Mereka semua langsung berhenti, menatap Arin bingung. "Bentar, hape gue bunyi!" Arin langsung mengambil handphonenya. Mata Arin terbelak saat mengetahui siapa yang menelpon. "Ada apaan?" tanya cowok itu. "Ssttt, jangan berisik. Ini yang nelpon gue lebih ganas dari pada induk singa, bokap gue aja takut. Jadi, dari pada lo nanti dibinasakan, mending diem!" perintah Arin lalu menerima telepon itu. "ARINI ALTARRA NURAGAAAAA!!" teriak seseorang dari seberang sana, membuat Arin langsung menjauhkan handphonenya dari telinga. "Ada apa, Mom," tanya Arin. "Gak papa, Mommy cuma mau tau, kamu masih hidup apa enggak," jawab Ara, Mommy Arin. "Adu bekel yuk, Mom! Aku gemes nih pengen cubit!" Arin mencoba sabar. "Durhaka kamu kalau sampai berani cubit Mommy!" kekeh Ara. "Bilang aja sih kangen sama aku!" ledek Arin. "Dih pede banget kamu! Mommy itu cuma mau buang pulsa gratisan telpon tau! Udah ah! Mommy mau lanjut nonton drakor lagi, mumpung yang main si Ayang Beb Lee Jong Suk, bye!" "Bodo amat, Mom! Bodo amat! Bye!" Arin memutuskan sambungan telponnya dengan kesal lalu memasukan kembali handphonenya ke dalam saku. "Udah?" tanya anak cowok itu. Arin mengangguk. "Yuk lanjut!" Pertempuran pun dimulai. Mereka saling serbu untuk menjatuhkan. Arin tersenyum manis saat tiga orang mengepungnya. Ia pun mengambil sesuatu dari tasnya lalu melempar ke salah satu dari mereka. "Kecoa! Kecoa!" jerit anak itu histeris membuat kedua temannya melongo, sementara  Arin sudah ngakak nista. Kedua temannya pun berusaha menangkap kecoa yang dilempar Arin. Hap! Bukannya tertangkap, kecoa itu malah terbang. Kericuhan pun semakin bertambah saat pasukan Arin melempar kecoa-kecoa lainnya yang mereka ambil dari gudang sekolah saat istirahat tadi. Beberapa anak Spandentry pun berlari histeris. Arin terkekeh. "Serangan kedua guys!" teriak Arin. Kawan-kawan Arin mengangguk paham. Mereka pun mulai melaksanakan serangan kedua. Salah satu dari mereka mengeluarkan speaker yang berbentuk tempat pensil lalu menyetel musik India. Mereka mulai menari absurd saat musik mulai berputar sambil mengedipkan matanya. "Kok gak ikutan goyang sih cyiinnn?" goda Danu, kawan Arin membuat lawannya bergedik geli. Anak Spandentry pun menyerah. Mereka berlari pergi. Mungkin ini akan menjadi tawuran terabsurd dalam hidup mereka.      

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bad Prince

read
508.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.9K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K
bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook