Chapter 1

996 Words
Yeah finally... Kuliahku sudah selesai. Ahh rasanya seperti bebas dari penjara. Tapi apapun kesulitannya itu akan menjadi ceritaku untuk dikenang nanti. "Wah cucu kakek akhirnya lulus," ujar kakekku. Ups! Aku lupa, aku sedang berada dirumah kakek. Beliau ingin merayakan kelulusanku. Hohoho!! Inilah enaknya menjadi cucu paling kecil. Selalu dimanja. "Kamu mau langsung kerja, Sher?" Tanya kak Ridho, sepupuku. Aku menggeleng, "Nggak tahu juga. Maunya sih langsung kerja. Tapi harus nyari dulu nih." Aku berdehem, "Kakak ada loker?" Kak Ridho menggeleng sambil menahan tawa. "Ayolah, Sher, kau itu lulusan terbaik kan. Mudah bagimu mencari pekerjaan." Godanya sambil menyikutku. Kupukul lengan kak Ridho pelan. Sepupuku yang satu ini hobi sekali menggodaku. Tapi benar sedikit sih ucapan dia. Aku lulus tanpa ada halangan yang berarti. Bukannya aku sombong, tapi itu fakta. Oh iya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Sherlina Kusuma. Aku anak tunggal Ayah dan Ibuku tercinta. Aku sebenarnya mempunyai kembaran, tapi dia meninggal sebelum melihat dunia yang fana ini. Aku selalu berpikir, kalau kembaranku meninggal karena mungkin dia ingin memberikan kelebihannya padaku. Dan aku memang merasakan itu. Mulai dari otakku yang pintar, sampai wajahku yang lumayan perfect. Tapi ada satu hal yang mungkin dibawa kembaranku pergi. What it is? Itu adalah tinggi badan. Tinggiku hanya sekitar 155cm. Untuk umurku yang sudah 21 tahun, itu pendek sekali. Aku jadi tak pernah percaya diri jika harus berjalan dengan orang tinggi. Tapi semasa bodolah. Yang penting itu bisa ditutupi dengan sepatu high heels. "Sherlin," panggil Kakek. Aku pun berjalan menghampiri orang tua yang penuh semangat itu. "Ya, Kek? Ada apa?" Tanyaku sambil duduk disampingnya. "Kakek punya permintaan. Dan Kakek ingin kamu yang mengabulkannya." Aku mengernyit bingung. Kok seperti akan diberi surat wasiat ya. Tanpa menunggu lama, aku mengiyakan saja. "Kamu harus bekerja dengan Pak Wijaya, dia teman Kakek." Hhmm kerja? "Kerja apa, Kek?" Jujur saja, aku tak ingin sembarang mencari kerja. Dan karena aku juga hanya seorang gadis cantik lulusan sastra. Jadi aku ingin bisa kerja sesuai jurusanku. "Bukan masalah pekerjaannya. Tapi Kakek ingin kamu bekerja dengannya. Ini adalah janji Kakek padanya dulu," ucap Kakek lumayan panjang. Aku ingin mengelak sebenarnya, saat kulihat wajah Kakek yang berubah menjadi sendu. Membuatku tak tega jika tak mengabulkan keinginan kecilnya itu. Haaah, biarlah aku ikuti saja. Hanya bekerja ini. Kecuali jika aku ingin dinikahkan paksa, aku akan mengambil langkah seribu. "Yaudah deh, Kek. Sherlin mau," ucapku dengan terpaksa. "Jadi kapan bisa mulai?" Kakek tersenyum lalu mengambil ponselnya dan mengetikan sesuatu. Tak lama ponselnya berdering. "Besok lusa kau bisa langsung bekerja." "Secepat itu? Tapi.... Baiklah." >>>>>>>>>>><<<
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD