Home

1920 Words
Agatha terbangun di sofa di ruang tamu besar rumah itu. Sepertinya ia ketiduran. Gadis itu menoleh kearah jendela dan melihat kalau hari sudah gelap. Ia sendirian dan yang terdengar hanya suara deru pendingin ruangan. Gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya yang terasa dingin. Sekilas pikirannya mendarat pada Isaac dan Nana yang tidak terdengar suaranya tapi kemudian ia mendapati mereka berdua sedang tidur bersama di tempat tidur anjing yang juga dibawa Kay tadi. Agatha mengingat-ingat kembali apa pesan Kay tadi kepadanya. 'Gue mau urus kantor dulu sama nanti jemput mas-mu. Kalo ada apa-apa telpon ya.' Begitu. Agatha mengusap wajahnya sambil menguap. Ia semalam tidak tidur cukup. Kepalanya sedikit sakit sekarang, tapi ia tidak begitu menggubris rasanya. Ia harus memasak sekarang. Tapi ketika ia hendak meraih panci penggorengan, ia bisa merasakan dua tangan besar yang menggeliut dan mendekapnya dari belakang. Agatha kaku, tidak yakin bisa bergerak atau tidak. "Agatha.." desah suara yang dikenal Agatha. Gadis itu bisa menicum bau alkohol dari napas pria itu. Isaac sudah pulang ternyata. Agatha memutar tubuhnya untuk melihat wajah Isaac yang sedikit merah. Pria itu tetap memeluk Agatha dan memejamkan matanya. "Hei, Agatha. Isaac kayaknya kebanyakan minum." Kata Kay yang masuk dengan beberapa koper. Tubuh Isaac hampir melorot turun sebelum Agatha menangkapnya dan susah payah menahan tubuh besar pria itu dia kedua tangannya yang kecil. "Aku harus apa ya?" Tanya Agatha yang tidak pernah mengadapi orang mabuk. "Gue biasanya bawa ke kamar. Terus dilepasin aja sepatu sama dasi sama jas. Di lap mukanya. Lu masak sup deh besok pasti dia pengar banget. Kata sekretarisnya dia minum tiga botol wine, gila kali ni anak minum alkohol kayak minum air." Agatha mengangguk paham lalu mencoba untuk membangunkan Isaac supaya ia bisa berdiri sendiri dulu. Isaac terbangun sedikit lalu tersenyum dan mencium pipi Agatha tapi kembali tertidur. "Um.. Kay bisa bantuin?" Kay meletakkan koper-koper yang dibawanya ke lantai dan berjalan kearah Agatha yang mulai bergetar dan hampir jatuh ke lantai. Ia mengangkat Isaac, dibantu Agatha di sebelah lainnya. "Dia suka minum sebanyak ini?" Tanya Agatha sambil berjalan menyeret Isaac bersama dengan Kay. "Iya. Gue gak ngerti deh kenapa." Kata Kay sambil mengingat-ingat beberapa kali Kay mendapati Isaac minum sampai mabuk, seakan alkohol adalah minuman yang lebih penting ketimbang air putih. Kay dan Agatha meletakkan tubuh Isaac di tempat tidur kamarnya. Kay lalu pamit karena harus buru-buru ke kantor dan meninggalkan Agatha yang berdiri, menoleh kepada Isaac. Gadis itu mendekat dan  duduk di lantai sebelah sisi kasur dimana Isaac diletakkan. Ia meneliti setiap inci wajah pria yang sedang tertidur itu. Sama seperti ia meneliti wajah Isaac di malam pertama ia tinggal di rumah ini. Ia kadang-kadang lupa kalau ia berada disini karena keserakahan ayahnya yang menjualnya dengan kontrak itu. Agatha memejamkan matanya sambil mengistirahatkan kepalanya yang penuh dengan pikiran dan pertanyaan sejak pertama ia berada disini. Agatha kembali membuka matanya ketika merasakan sebuah tangan besar yang mengelus puncak kepalanya. Isaac terbangun. Pria itu mengelus puncak kepala Agatha yang masih duduk di lantai sebelahnya sambil diam menatapnya. Tangan pria itu turun ke pipi Agatha dan ke hidung, lalu ke bibir. Pria itu menyapu tangannya di bibir Agatha yang lembut. Ia masih belum berkata apa-apa. Agatha pikir mungkin Isaac sedang memikirkan sesuatu. Tapi sedetik setelah itu wajah Isaac mendekat ke wajahnya. Pria itu mendaratkan bibirnya yang bau alkohol di bibir Agatha. Kecupan kecil berubah menjadi lumatan penuh nafsu. Agatha mendorong tubuh Isaac tadi pria itu menangkis penolakan Agatha dan menguncinya dalam dekapan. "Isaa- mmh!" Isaac mengangkat Agatha ke meja rias dan mendudukkan gadis itu disana. "Isaac, tunggu." "Apa?" Isaac menggeram dipenuhi oleh nafsu. Pria itu mendaratkan keningnya ke kening Agatha, tersengal-sengal karena tidak sempat mencari udara. "A.. Aku belum mandi." Kata Agatha sambil menyingkirkan kedua tangan Isaac yang sudah turun untuk membuka kancing kemeja Agatha. Isaac tersenyum ketika mendengar alasan Agatha itu. Ia tahu sebenarnya maksud Agatha adalah supaya Isaac berhenti dan membiarkannya mandi dulu. Isaac mengangkat tubuh Agatha dan meletakkan gadis itu di pundaknya. Menggendong menuju kamar mandi. "Kalo begitu ayo kita mandi sama." Kata Isaac. Agatha menoleh kepada wajah Isaac yamb tersenyum licik. "Bukan begitu maksudku!" Pekik Agatha sambil meronta minta dilepaskan. Tetapi Isaac membungkamnya dengan memukul p****t Agatha. Gadis itu tak sengaja mengeluarkan suara desahan yang sensual karena dia pun sudah basah sejak tadi. Isaac tersenyum lebar ketika melihat Agatha menutup mulutnya, tak sadar kalau ia baru saja mengundang birahi Isaac. Pria itu mendudukkan Agatha di wastafel dan kembali menciuminya. Melumat dan menggigit bibir Agatha, selagi ia melepas kancing kemeja Agatha dan menurunkan celana jeans yang dipakai Agatha. Pria itu mengunci kedua kaki Agatha di badannya dan kembali mengangkat gadis itu menuju bathtub. Ia membuka keran dan meraih sebotol sabun cair yang berada di sebelahnya. "Kau ingin aku memandikanmu 'kan?" Tanya Isaac sambil terus melumat bibir Agatha penuh napsu. "Ah, aku merindukan tubuh ini." Kata Isaac sambil merobek bra dan celana dalam Agatha. Pria itu membuka paksa mulut Agatha dengan lidahnya dan ketika ia sudah mendapatkan akses, pria itu menelusuri setiap inci mulut Agatha dengan lidahnya. Agatha tidak kuasa menahan desahannya ketika tangan Isaac mulai mengelus dan memijit miliknya dibawah sana. "Ahn.. Isaachh mmh.." Agatha menahan tangan Isaac untuk berhenti tapi tenaganya tidak sebanding dengan pria itu. "Kau menyukainya 'kan? Jujur saja, Agatha." Kata Isaac sambil mulai mencium leher Agatha, meninggalkan tanda kemerahan di beberapa bagian lehernya yang jenjang. Isaac menatap dan mengamati tanda yang dibuatnya seakan ia baru saja melukis sebuah mahakarya di leher yang seperti kanvas dibuatnya. "Tidak." Kata Agatha sambil menggigit bibirnya ketika merasa jari kedua mulai masuk bahkan lebih dalam ke miliknya. Isaac tersenyum lebar mendengar penolakan Agatha sekali lagi meluncur dari mulut gadis itu. Pria itu mengangkat Agatha, mengeluarkannya dari air, dan mendudukkannya di marmer bathtub. Pria itu mengamati dengan kagum daerah intim Agatha yang bukan hanya basah dengan air, tapi juga mulai mengelyarkan cairan bening yang kental. Pria itu kembali memasukkan jari-jemarinya kedalam milik Agatha dengan paksa, sedangkan tangannya yang satu lagi meremas dan menahan p****t Agatha sudah tubuh gadis itu tidak bergerak. Isaac mulai menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri, mengobok-obok daging di dalam v****a Agatha. Gadis itu memekik dan mendesah. Ia mengerang merasakan sakit yang bercampur dengan nikmat ketika Isaac mempercepat gerakan tangannya. Pria itu mendekap Agatha ketika tubuh gadis itu menggelinjang, menekan tubuh Agatha ke tubuhnya. Agatha menggigit kukunya sambil memejamkan matanya, menikmati kenikmatan yang terasa salah ini. Isaac merasakan tubuh Agatha mengejan kuat seiring dia mencapai klimaksnya yang dahsyat. Pria itu suka wajah penuh ekstasi Agatha. Tapi ia tentu tidak puas hanya membuat Agatha klimaks sekali saja. Isaac menyandarkan tubuh Agatha yang lemas dengan pelan ke dinding kamar mandi. Ia berdiri dan membuka kemeja dan celananya. Agatha menelan ludah ketika di hadapannya terpampang junior yang kekar dan sudah tegang milik Isaac. Tapi mata Agatha menggelap, ia mengangkat kedua tangannya dan meraih milik Isaac, memasukkan junior itu kedalam mulutnya, tanpa diperintah Isaac sama sekali. Isaac tentu terkejut. Tapi ia tersenyum dan mulai menikmati jilatan dan lumatan Agatha dimiliknya yang memang ingin dibelai itu. "Ahh sshh.." Isaac mendesah ketika merasakan kenikmatan mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. Pria itu menyentak masuk miliknya ke dalam mulut Agatha. Gadis itu terbatuk-batuk. Ia melepaskan lumatannya di milik Isaac untuk kembali menghirup udara. Pria itu mengangkat Agatha dan membalikkan tubuhnya. Isaac memasukkan miliknya yang mengeras ke dalam milik Agatha lewat belakang. Agatha mendesah kencang ketika Isaac menghentak paksa seluruh miliknya ke dalam Agatha. "Ayo, katakanlah, Agatha." Kata Isaac yang mulai menggerakkan pinggulnya. "Kau menyukai ini 'kan?" Agatha mendesah sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak." Cicitnya. Isaac mengangkat kepala Agatha sambil menciumi leher gadis itu. "Jangan menolak seperti itu ketika kau menghisapku dibawah sana." Kata Isaac yang merasakan v****a Agatha berkedut, seakan menghisapnya untuk masuk lebih dalam. Agatha menggigit bibirnya ketika merasakan klimaksnya akan datang. "Tidak ahhn!" Tolak Agatha sekali lagi. Tapi Isaac tahu kelemahan Agatha. Pria itu memijit k******s Agatha lalu memutarnya seperti tombol joystick. Agatha mengerang hebat, meminta Isaac untuk berhenti. Tapi Isaac tetap menguncinya dalam dekapan. Pria itu menghentikan tangisan Agatha dengan ciuman dan lumatan penuh napsu. Tubuh Agatha kian memanas. Nafsunya terus-terusan menggebu-gebu setiap kali Isaac menghentak masuk. Ia menderita. Ia lelah. Agatha hanya ingin semuanya berhenti saja. Agatha sekali lagi meminta Isaac untuk berhenti, tapi pria itu malah menghentak semakin dalam. Perut Agatha seakan diputar, rasanya sakit. Gadis itu terisak kuat. Tapi Isaac tidak memedulikan tangisan itu. Ia mengangkat tubuh Agatha agar duduk di pangkuannya. Pria itu kembali memasukkan miliknya ke dalam Agatha, di posisi ini miliknya masuk jauh lebih dalam dari sebelumnya. Agatha mengerang sambil menggigit jarinya sendiri, wajahnya dipenuhi kenikmatan. "Jangan tahan dirimu. Mendesahlah yang kencang kalau kau mau." Kata Isaac yang juga tersengal-sengal. "Agatha, mendesahlah." "Tidak!" Cicit Agatha sekali lagi, menutup mulutnya dengan tangannya. Isaac berdecak lalu menghentakkan miliknya dalam ke milik Agatha. "Mendesahlah, sayang," mohon Isaac. Agatha menggeleng lagi, tapi terus menerima hujaman yang keras ke miliknya. Isaac membenamkan wajahnya di pundak Agatha, lalu mengelus puncak kepala gadis itu. Ia berhenti menghunjamkan miliknya dan menghirup harum tubuh Agatha sejenak. "Mendesahlah," pintanya lagi. "Aku tidak ingin menyakitimu. Jadi mendesahlah." Agatha tetap menggelengkan kepalanya. "Sial, Agatha. Susah sekali memintamu untuk melakukan satu hal saja." Kata Isaac geram. Ia menatap wajah Agatha dengan kesal. "Mendesah untukku!" Perintahnya lagi. Agatha menggeleng, menenggelamkan ketakutannya. "Tidak." Ulangnya lagi. Isaac menghela napas lalu kembali menatap kedua mata Agatha dalam-dalam. Agatha bisa melihat kedua manik mati Isaac sirna seiring matanya menggelap. "Kau ingin aku bermain kasar denganmu hm?" Tanya Isaac sambil mengangkat tubuh Agatha tinggi dan mendorongnya turun, Agatha mengerang keras ketika merasakan junior Isaac masuk pintu rahimnya. Kedua kaki Agatha lemas, gadis itu kini benar-benar terduduk sepenuhnya di pangkuan Isaac. Isaac kembali mengangkat tubuh Agatha ke udara, "Tidak, jangan.. Kumohon.. jang- AHH!" Isaac kembali mendorong tubuh Agatha sehingga juniornya kembali menyentuh pintu rahim Agatha. Isaac mengangkat tubuh Agatha sedikit lalu mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan cepat masuk sangat dalam  ke milik Agatha. Hentakannya sangat dalam dan terlalu cepat untuk dihadapi Agatha. Pria itu tahu ini kelemahan Agatha. Gadis itu akan meracau kalau ia melakukan ini kepadanya. "Kumohon.. Isaac.. AHHN MMH! Be.. Berhenti ahhnnn! Isaac!" Isaac mendekap tubuh Agatha yang menggelinjang dan terus menghunjamkan miliknya ke milik Agatha. Pria itu suka erangan Agatha yang tersiksa dengan perbuatan menjijikannya itu. Ia tidak peduli. Ia tidak akan peduli lagi. Agatha pasti menyukainya. Sama seperti ia menyukai perbuatannya ini. Isaac mabuk. Ya, dia mabuk. Tapi ia bukan mabuk karena alkohol yang di minumnya. Bukan karena narkoba yang dihisapnya. Tapi tubuh yang didekapnya ini. Ia mabuk dengan tubuh Agatha. Ia sudah bersetubuh dengan banyak p*****r, dengan banyak wanita. Tapi tubuh mereka tidak sebanding dengan milik Agatha. Tubuh gadis ini mengundang kenikmatan dan birahinya bahkan tanpa perlu melakukan gerakan-gerakan sensual apapun. Tubuh ini sangat pas di dekapan Isaac. Erangan dan penolakan Agatha hanya menjadi pelengkap untuk membantu nafsunya memuncak. "Isaac! Ahnnh!" Agatha kembali mengerang, membangunkan Isaac dari lamunannya. Pria itu kembali membenamkan wajahnya di pundak Agatha kembali menggerakkan miliknya lebih cepat lagi. Mencabik dan memporak-porandakan Agatha di dalam sana. Mereka berdua mengerang di nada yang sama ketika mencapai klimaksnya bersamaan. Isaac melumat bibir Agatah dengan nafsu yang tersisa lalu memeluk Agatha erat. Ia tahu ia melakukan hal yang b******k ini kepada seorang gadis yang tidak bersalah. Membelinya dari ayah dan keluarganya, lalu memperlakukannya seperti p*****r, seperti barang. Agatha terisak penuh penderitaan setelah orgasmenya selesai. Ia mengerang ketika merasakan sakit di hatinya yang sudah hancur. Ia menangis kencang di dalam dekapan Isaac yang hanya diam. Pria itu tidak ada maksud untuk menenangkan Agatha. Ia tahu ia sudah terlalu b******k untuk bahkan menatap wajah Agatha, apalagi meminta maaf. Ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia sudah terkutuk bahkan sebelum melakukan semua ini kepada Agatha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD