BAGIAN 3

2418 Words
Yuren mematut dirinya di cermin. Setelah para Omega mendandaninya, dia terlihat bak putri kerajaan saat ini. Sangat cantik, gaun pengantin berwarna putih yang dikenakannya pun sangat pas membalut tubuh rampingnya. Dia melangkah keluar dari ruangan riasnya ketika dua pria berseragam layaknya prajurit, membawanya entah kemana.  Kedua matanya membola ketika kini dia tiba di sebuah tempat yang gemerlapan. Penuh cahaya yang berasal dari kunang-kunang yang beterbangan dengan bebasnya. Selain itu, bulan tampak bulat sempurna di atas langit sana dengan cahayanya yang bersinar terang, membuat tempat itu cukup terang saat ini. Tempat yang lebih pantas di sebut taman karena banyak tumbuhan hijau disana, ada air mancur berukuran besar dengan patung serigala di tengah-tengah air mancur itu, sukses membuat Yuren merasa terpukau dengan suasana indah yang memanjakan kedua matanya.  Banyak orang yang sedang berada di taman itu, dengan pakaian mewah mereka seolah mereka memang sedang menghadiri sebuah pesta besar. Orang-orang itu memiliki ekor, Yuren tahu persis siapa mereka, pastinya mereka adalah serigala-serigala yang kini sedang dalam wujud manusia mereka. Meski sudah berjam-jam dia terkurung bersama dengan kawanan makhluk aneh ini, tapi dia belum mengetahui makhluk apa tepatnya mereka.  Pandangannya dari air mancur teralihkan ketika dia melihat semua orang berlutut seolah sedang memberikan penghormatan. Dia tahu alasan mereka melakukan itu ketika seorang pria gagah dengan penampilannya yang mengagumkan bak seorang pangeran kini tengah berjalan menghampirinya.  Pria itu yang diketahuinya sebagai Alpha atau pemimpin kawanan ini, merangkulnya dengan posesif. Dia membawa Yuren berjalan menaiki sebuah altar yang telah dihias begitu indah karena banyak berbagai bunga disana. Yuren sudah bisa menebak bahwa saat ini, dia sedang melakukan ritual pernikahan bersama sang Alpha. Jika boleh jujur, dia ingin sekali menghentikan ritual ini dan kabur. Namun tentu dia tidak mungkin melakukan kegilaan itu, mengingat nyawanya sedang dipertaruhkan disini.  Sepanjang ritual itu berlangsung, Yuren hanya termangu, tatapannya kosong seolah tidak memiliki semangat hidup lagi. Dia pikir begitu dia resmi menjadi istri sang Alpha maka mustahil dia bisa mendapatkan kembali kebebasannya. Seumur hidupnya dia akan menghabiskan harinya bersama kawanan serigala jadi-jadian itu.  Ritual pernikahan mereka ditutup dengan Varga yang diketahui sebagai tetua di Pack itu mengulurkan sebuah cairan di dalam wadah ke arah Yuren dan sang Alpha. Cairan itu berwarna biru pekat. Yuren meringis ketika Zoro mengiris jari telunjuknya dan meneteskan darahnya ke dalam cairan itu.  “Berikan tanganmu.” pinta Zoro, Yuren mengernyit tak paham. Yuren terenyak ketika Zoro tiba-tiba memegang tangannya, lalu mengiris jari telunjuknya hingga meneteskan darah. Yuren meringis menahan rasa perih pada luka di jarinya. Darahnya yang keluar dari luka itu dibiarkan menetes ke dalam cairan berwarna biru pekat tadi.  Tindakan yang dilakukan Zoro setelah itu, sukses membuat Yuren bergidik ngeri. Pasalnya sang Alpha meminum tanpa ragu cairan berwarna biru pekat yang telah tercampur darah mereka.  “Minumlah.” titah Zoro seraya dia ulurkan wadah berisi cairan tadi ke arah Yuren. Yuren menautkan kedua alisnya, tentu dia tak berminat meminum cairan mencurigakan itu. akan tetapi melihat tatapan tajam Zoro padanya, akhirnya mau tidak mau dia pun dengan enggan meminum cairan itu. Rasanya sangat aneh, rasa asam bercampur rasa asin darah. Dengan susah payah Yuren akhirnya berhasil menelan cairan itu.  “Ritual pernikahannya telah selesai, dengan ini nona Yuren resmi menjadi istri Alpha Black Zoro !!” teriak Varga yang disahuti tepuk tangan oleh semua orang yang menghadiri acara ritual pernikahan mereka malam ini.  Yuren tertegun, lebih tepatnya dia masih mencerna perkataan Varga. Jadi kini dia sudah resmi menjadi istri seorang Alpha. Ritual pernikahan mereka sangat aneh dan sangat berbeda dengan upacara pernikahan manusia, namun Yuren tak punya pilihan lain selain menerima nasibnya ini.  Semua orang tampak bergembira, banyak makanan yang terhidang. Makanan berupa daging mentah yang baunya membuat Yuren kesulitan menahan rasa mualnya. Dia sadar mulai sekarang harus terbiasa mencium bau anyir yang menjijikan dari darah mentah, toh mulai sekarang dia hidup bersama dengan kawanan serigala. Makanan mereka tentu berbeda dengan dirinya.  “Kau ingin makan sesuatu?” tanya Zoro yang sempat membuat Yuren terkesiap, dia terlalu fokus menatap ke arah orang-orang yang tampak begitu menikmati hidangan yang tersaji di depan mereka. Yuren menggeleng sebagai bentuk responnya, tak mungkin bukan dia ikut menyantap daging mentah itu.  “Katakan pada para Omega jika kau lapar, mereka akan membawakan makanan yang kau minta. Aku harus menyapa beberapa Alpha yang hadir di sini.” tambah Zoro, dia melenggang pergi tanpa menunggu Yuren menyahutinya. Kini Yuren hanya berdiri seorang diri. Tak dipungkirinya betapa laparnya dia saat ini. Walau bagaimana pun dia belum sempat menyantap apapun semenjak kawanan serigala menyeretnya dan sang ayah ke tempat ini. Dia menghampiri seorang Omega yang tadi membantunya berdandan.  “Oh Nyonya, anda membutuhkan sesuatu?” tanya Omega itu sopan. “Maaf saya memanggil anda Nyonya karena anda bukan dari bangsa kami jadi rasanya aneh jika memanggil anda Luna.” Tambah Omega itu. “T-tidak masalah.” sahut Yuren seraya menyunggingkan seulas senyum termanisnya untuk sang Omega. “Oh iya, apa kau memiliki makanan lain selain daging-daging itu? mungkin buah-buahan seperti apel, jeruk atau buah lainnya?” Omega itu mengernyit mendengar pertanyaan Yuren. Kemudian dia mengangguk mengerti ketika mengingat bahwa Yuren seorang menusia, tentu makanan mereka berbeda.  “Kami tidak memilikinya tapi jika anda menginginkannya, saya akan memetikan beberapa buah untuk anda. Tunggu sebentar ya Nyonya.” sahut Omega itu, Yuren tersenyum sumringah seraya mengangguk mempersilakan Omega itu untuk pergi. Kini dia kembali berdiri seorang diri. Tak ada yang mempedulikannya, semua orang sibuk dengan makanan mereka. Sedangkan Sang Alpha yang kini telah menjadi suaminya tengah sibuk berkumpul dengan beberapa orang yang dari penampilan mereka terlihat seperti bangsawan terhormat.  Atensi Yuren teralihkan ketika dia mendengar suara dehaman dari arah belakangnya. Dia berbalik dan melihat tetua Pack yang bernama Varga lah yang sedang berdiri di hadapannya.  “Aku memang tidak setuju Tuan Alpha Zoro menikahimu. Tapi mungkin kau memang ditakdirkan menjadi mate nya karena Tuan Zoro juga tidak mungkin memilih wanita dengan sembarangan. Kau istri seorang Alpha sekarang, bahkan darah kalian sudah menyatu dan bersemayan di tubuh kalian. Jangan pernah berpikir untuk mengkhianati suamimu karena kau akan menyesal seumur hidupmu jika sampai berani mengkhianati sang Alpha. Kau akan terkena kutukan jika kau berani berkhianat.” ujar Varga, Yuren meneguk salivanya dengan susah payah mendengarnya. Namun dia juga heran kenapa Varga mengatakan itu padanya.  “Aku tidak akan pernah mengkhianatinya.” sahut Yuren yakin. “Aku harap begitu. Ketika kau berniat untuk berkhianat, ingat lah kata-kataku ini.” Varga melenggang pergi setelah mengatakan kalimat terakhirnya dengan tatapan mengintimidasi pada Yuren.  Pesta itu berlangsung cukup lama bahkan Yuren sudah menghabiskan beberapa apel yang dibawakan Omega tadi untuknya. Dia sangat mengantuk saat ini dan tampaknya Omega yang membawakannya makanan menyadari keadaan Yuren ketika tanpa sengaja dia memergoki Yuren yang menguap beberapa kali.  “Anda pasti mengantuk. Saya akan mengantar anda ke kamar anda.” ujar Omega itu. Yuren mengangguk senang karena faktanya dia memang sudah tidak sanggup berada di tempat pesta lebih lama lagi.  Kamar yang akan ditempatinya cukup luas. Ada sebuah ranjang berukuran besar di tengah-tengah ruangan. Melihat kamar itu, dia merasa kehidupan kawanan serigala ini memiliki banyak kesamaan dengan manusia, buktinya mereka bahkan memiliki kamar untuk tidur sama seperti manusia.  Yuren merebahkan dirinya di ranjang setelah sang Omega pergi. Dia memejamkan kedua matanya karena sudah tak sanggup lagi menahan rasa ngantuknya. Akan tetapi, belum lama dia tertidur, tiba-tiba dia merasakan sentuhan tangan seseorang di kedua pahanya. Yuren membuka kedua matanya dengan cepat, betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok suaminya tengah berada di atas ranjang bersamanya. Yuren bergegas bangun dan berusaha menjauhi Sang Alpha.  “Mau ke mana kau?” tanya Zoro ketika Yuren bermaksud turun dari ranjang. “A-apa yang ingin kau lakukan padaku?” tanya Yuren panik, Zoro tersenyum sinis mendengarnya. “Melakukan ritual malam pertama denganmu. Memangnya kau pikir apa? Kita sudah resmi menjadi suami istri sekarang.” jawab Zoro enteng. Yuren membulatkan kedua matanya. Dia tahu setelah menikah, ritual seperti ini akan dijalaninya tapi tetap saja dia belum siap melakukannya. Ditambah dia harus melakukannya dengan makhluk jadi-jadian seperti pria di depannya ini. Tentu dia tidak pernah menginginkan hal seperti ini terjadi padanya.  Yuren meronta ketika Zoro mencekal tangannya dan mengangkat tubuhnya seolah seringan kapas. Dia membeku ketika Zoro membantingnya kembali berbaring di atas ranjang dan mengungkungnya.  “Tolong jangan lakukan itu padaku. Aku belum siap dan lelah sekali malam ini. Bisakah kau memberiku sedikit waktu sampai aku siap melakukannya?” pinta Yuren sendu. Namun lagi-lagi Zoro hanya tersenyum sinis mendengarnya. “Jangan melawan jika kau tidak ingin aku memperlakukanmu dengan kasar. Kau istriku jadi penuhi kewajibanmu.” Sahut Zoro tegas.  Yuren hanya terdiam bagaikan patung, menerima dengan pasrah semua perlakukan Zoro padanya. Hanya lelehan air mata yang menghiasi wajahnya ketika sesuatu yang selama 17 tahun dijaganya kini telah direnggut dengan kejamnya. Suara isak tangisnya terdengar kencang namun tak berpengaruh pada Zoro sedikit pun. Pria itu tetap melanjutkan aktivitasnya menikmati tubuh sang istri.  Keesokan harinya, Yuren terbangun dari tidurnya. Dia merasakan tubuhnya seolah remuk, rasa sakit dan perih dia rasakan di beberapa bagian tubuhnya. Dia melirik sekilas ke arah sampingnya dimana pria yang sudah menyiksanya semalaman kini tengah tertidur dengan tenang.  “Mau ke mana kau?” suara baritone milik pria itu tiba-tiba terdengar, membuat Yuren yang bermaksud turun dari ranjang, mengurungkan niatnya. “Aku ingin membersihkan diri. Apa disini ada kamar mandi?” sahut Yuren. Zoro tak mengatakan apapun. Namun dia turun dari ranjang. Mengenakan sebuah jubah untuk menutupi tubuh kekar nan atletisnya, serta memakaikan sebuah jubah juga pada Yuren.  Tanpa permisi, dia memangku Yuren mengundang pekikan kaget keluar dari mulut Yuren yang tak menyangka Zoro akan memperlakukannya dengan lembut seperti itu.  Zoro membawa yuren ke sebuah danau yang terletak di belakang markas utama mereka. Yuren duduk di atas sebuah batu berukuran raksasa. Lagi-lagi dia terenyak kaget ketika Zoro tiba-tiba berjongkok di depannya dan dengan telaten mengelap tubuh Yuren dengan kain di tangannya.  “Apa yang kau lakukan?” tanya Yuren seraya dia berusaha menjauhkan tangan Zoro dari tubuhnya. “Membantumu membersihkan diri.” jawab Zoro acuh. “Aku bisa melakukannya sendiri.” tolaknya, namun Zoro mengabaikannya dan tetap meneruskan kegiatannya. Yuren pun tak mampu melakukan perlawanan lagi, dia hanya bisa pasrah menerima perlakuan pria yang kini berstatus sebagai suaminya.  “Kau pasti membenci kami ya?” tanya Zoro tiba-tiba. Yuren yang tadi sempat memalingkan wajahnya kini menatap wajah Zoro intens. “Apa aku perlu menjawabnya?” sahut Yuren seraya dia tautkan kedua alisnya. “Tentu.” Yuren terdiam, dia sedang berpikir haruskah menjawabnya dengan jujur? Dia khawatir jika menjawabnya dengan jujur maka Zoro akan marah dan menjadikannya santapan seperti yang dialami ayahnya.  “Tidak perlu takut, jawab saja dengan jujur.” Kini keraguan itu hilang sepenuhnya setelah mendengar perkataan suaminya. “Tentu saja aku membenci kalian, terutama kau. Kalian menangkap kami dan membunuh ayahku dengan kejam. Kalian mengurungku di sini dan memaksaku untuk tinggal disini. Dan lebih dari apa pun, aku sangat membencimu karena kau telah merenggut sesuatu yang sangat berharga bagiku.” Yuren menunduk dalam ucapannya. “Aku hanya mengambil sesuatu yang sudah menjadi hakku. Jika kau ingin protes, protes saja pada Dewi bulan yang memberimu takdir menjadi mate ku.” sahut Zoro tak merasa bersalah sedikit pun “Dewi bulan?” “Maksudku sesembahan kami. Dewi bulan yang memberi kami pasangan dengan memberikan ciri-ciri pada pasangan kami agar kami bisa menemukannya. Selama ini aku selalu mencari pasanganku. Aku sudah mencarinya kemana-mana bahkan aku sudah mencari di Pack-Pack lain. Aku tidak pernah berhasil menemukannya sekeras apapun aku mencari. Tapi jika dipikir-pikir sekarang, pantas saja aku tidak berhasil menemukannya. Ternyata mate ku seorang manusia.” Yuren tak mengatakan apapun, dia mendengarkan semua yang dikatakan Zoro dengan seksama. “Ketika melihatmu pertama kali, aku merasakan desiran aneh di dalam hatiku. Sebuah perasaan yang sebelumnya tidak pernah ku rasakan ketika melihat wanita dari bangsaku. Di saat aku menatap matamu, aku seperti melihat bayangan masa depan. Aku melihat seorang bayi serigala berbulu abu-abu, mungkin bayi itu keturunanku nanti.  Aroma tubuhmu juga sangat memabukan, membuatku tak bisa berpaling atau berjauhan denganmu. Insting serigalaku mengatakan, kau lah mate yang selama ini ku cari.” “Itukah alasanmu memberikan penawaran itu? seandainya aku memilih mati dibandingkan menikah denganmu. Apa yang akan kau lakukan?” Zoro tersenyum kecil mendengar pertanyaan Yuren. “Aku akan tetap memaksamu untuk menikah denganku. Tidak mungkin kan aku membiarkan wanita yang ditakdirkan menjadi mate ku menjadi santapan kawananku?” “Huuh, jadi sejak awal penawaranmu itu hanya sebuah gertakan.” Zoro terkekeh kali ini.  “Aku membutuhkan seorang pewaris untuk menggantikanku kelak. Itulah sebabnya begitu aku menemukanmu, aku tidak menunda lagi untuk segera menikahimu.” “Lalu, apa sering terjadi hal seperti ini? Maksudku seorang manusia menjadi mate bangsamu.” Zoro terdiam tampak menerawang, beberapa menit kemudian dia mengangguk.  “Leluhurku dulu pernah mengalaminya juga. Lebih tepatnya nenek moyangku. Dia seorang Luna dan akhirnya menikahi mate nya yang ternyata seorang manusia. Awalnya pernikahan mereka sangat bahagia, tapi mungkin memang benar manusia mudah tergoda. Pria itu mengkhianati istrinya. Dia menjalin hubungan dengan wanita lain di belakang istrinya.” Yuren terkesiap mendengarnya, ketertarikan sangat kentara terpancar di wajahnya. Dia begitu tertarik ingin mengetahui nasib pria yang telah berkhianat itu.  “Lalu apa yang terjadi pada pria itu setelah nenek moyangmu mengetahui pengkhianatannya?” “Dia dieksekusi di hadapan seluruh anggota Pack. Istrinya sendiri yang membunuhnya.” Yuren terbelalak tak percaya, dia semakin yakin betapa mengerikannya hidup bersama kawanan serigala.  “Seorang pengkhianat tidak pantas diampuni. Aku tidak menyangka akan bernasib sama dengan nenek moyangku karena harus memiliki mate seorang manusia. Tapi aku percaya padamu Yuren, kau tidak mungkin mengkhianatiku kan?” Yuren tertegun, dia menatap wajah Zoro yang kini sedang menatap intens ke arahnya. “Tentu saja, lagipula aku tidak melihat ada pria yang ketampanannya melebihi dirimu disini. Jadi tidak mungkin aku tergoda pria lain.” sahutnya mengundang senyuman tipis di bibir Zoro. “Jadi kau berpikir aku tampan?” “I-iya, ku akui itu. Tapi jangan salah paham, bukan berarti aku tertarik padamu. Kau juga tahu kan aku bersedia menikah denganmu karena terpaksa?” Zoro tertawa lantang mengundang kernyitan tak paham di wajah Yuren. Menurutnya, kenapa Zoro tertawa? Dia tidak merasa kata-katanya terdengar lucu.  “Jadi kau tidak jatuh cinta padaku setelah apa yang kita lakukan semalam?” “Tidak, sama sekali tidak.” sahut Yuren tegas seraya dia menggeleng berulang kali. “Alasan lain yang membuatku tertarik padamu. Aku tahu kau berbeda hanya dengan melihat tatapanmu padaku. Kau tidak tertarik padaku, sangat jauh berbeda dengan para Shewolf disini. Apa kau tahu aku ini digilai para Shewolf?” “Oh iya, itu terdengar mengagumkan tuan.” cibir Yuren yang lagi-lagi mengundang kekehan Zoro.  “Beri aku waktu satu bulan. Dalam satu bulan aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku.” “Waah, percaya diri sekali anda ini Tuan Alpha.” “Tentu, seorang Alpha sepertiku harus memiliki kepercayaan diri karena jika tidak, bagaimana aku bisa memimpin kawanan ini?” Zoro berucap penuh percaya diri seraya mengedikkan bahunya. “Asal kau tahu, aku ini bukan wanita yang mudah tergoda dan ditaklukan. Bukan hanya kau yang menolak banyak lawan jenis yang mendekatimu.” sahut Yuren seraya menjulurkan lidahnya seolah tengah mengejek Zoro. “Hm, menarik. Kalau begitu, bagaimana jika kita bertaruh? Aku yakin bisa menaklukanmu hanya dalam waktu satu bulan.” Yuren kembali tertegun dengan kedua matanya yang fokus menatap iris mata keemasan milik Zoro.  “Baiklah, Tuan Alpha yang terhormat, aku terima tantanganmu.” sahut Yuren seraya dia ulurkan tangan kanannya ke arah Zoro. Zoro menatap penuh tanya pada telapak tangan Yuren yang terulur ke arahnya seolah dia tak mengerti apa yang harus dilakukannya.  “Ayo berjabat tangan denganku, bagi manusia inilah cara kami menyetujui sebuah kesepakatan.” Zoro mengangguk mengerti, dia pun tanpa ragu menerima uluran tangan Yuren.  Mereka tersenyum bersamaan dengan kepercayaan diri memenuhi hati mereka masing-masing. Mereka sama-sama yakin akan memenangkan taruhan itu.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD