“Ugh…” rintihnya pelan. Ia mencoba bangun, menahan sakit di bahu dan paha. Aroma obat dan darah kering bercampur jadi satu di kamarnya. Di sisi ranjang, terlipat rapi pakaian baru: jaket tebal, kemeja putih berkerah dan celana panjang hitam. Pelayan Damon pasti yang meletakkannya atas perintah tuannya. Aroe menghela napas panjang. “Harus mandi dulu. Bersihkan semua ini…” gumamnya. Ia berdiri perlahan, menahan nyeri di lutut, lalu melangkah ke kamar mandi. Begitu pintu terkunci rapat, ia menarik napas dalam-dalam. Bau darah di kemejanya membuatnya mual. Ia melepaskan satu per satu: kemeja penuh bercak kering, celana yang robek di bagian paha, hingga lilitan kain elastis di dadanya. Ia membuka perlahan agar memar di dalamnya tidak makin sakit. Begitu lilitan itu terlepas, bulatan memar

