Terpaksa Nikah - 3

1181 Words
Revan duduk di pojok kantin sekolahnya, menunggu kedatangan seseorang. Para siswi di sekitarnya terlihat saling berbisik. Revan adalah sosok yang dikagumi sekaligus ditakuti di sekolahnya. Banyak siswi menyukainya tetapi tidak ada yang berani mendekati ataupun menyatakan rasa karena sudah pasti ditolak dengan cara menyedihkan. Beberapa siswi bahkan menjulukinya si Iblis tampan. Hanif memasuki kantin dan duduk di kursi tepat di depan penjual mie ayam kesukaannya lalu memsan semangkuk mie ayam. Revan menghampiri Hanif. "Apa hubungan lo sama Hana?" Revan berdiri di depan Hanif menatap tajam ke arah Hanif. "Hana?" Hanif pura-pura bingung, ia tahu saat ini akan tiba setelah mendengar Hana bercerita tentang kedatangan Revan ke sekolahnya. Brak! Revan menggebrak meja, membuat semua mata di kantin itu menoleh padanya. "Nggak usah pura-pura bego, kemaren gue liat lo masuk ke mobil Hana." Kemarin saat mengikuti mobil Hana, Revan melihat dengan jelas Hanif memasuki mobil itu. Jelas saja Revan curiga, ia ingin sekali saat itu menarik Hanif keluar dari mobil. Namun sayang handphonenya berdering dan ia harus pergi ke suatu tempat. "Menurut lo apa hubungan gue sama Hana?" "Ditanya malah balik nanya lo ta*!" "Lo cemburu gue semobil sama Hana?" "Banyak bacot lo, jawab aja pertanyaan gue anj*ng!" Hanif sengaja memancing emosi Revan, ia ingin tahu sejauh mana perasaan Revan pada Hana. "Hubungan gue sama Hana bukan urusan lo tapi perlu lo tahu selain sering satu mobil gue juga sering masuk kamar tidurnya Hana." Tiga kata terakhir diucapkan Hanif dengan setengah berbisik. Revan sudah tidak tahan lagi, ia terbakar cemburu. Diraihnya kerah baju Hanif dengan tangan kirinya dan tangan kanannya siap melayangkan tinju ke wajah Hanif. "Wow.. wow sabar bro! Lo bakal nyesel kalo tahu siapa gue buat Hana" "Gue bisa bikin lo babak belur saat ini juga. Jawab pertanyaan gue!" Suara Revan terdengar dingin dan mengintimidasi. Seketika suasana menjadi hening. Semua siswa di kantin terdiam menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. "Gue... gue... sama Hana..." Hanif sengaja melambatkan ucapannya. "Apa? Lo sama Hana apa?" Revan menarik kerah baju Hanif sampai tubuh Hanif mendekat ke arah Revan. "Gue. kembarannya Hana" "What?" "Iya, gue sama Hana kembar. Kem-bar." Hanif menekankan kata kembar di telinga Revan. "Gue lahir 7 menit lebih dulu dari Hana." "s**t!" Revan melepas cengkeraman tangannya di kerah baju Hanif. Hanif lalu duduk dengan tenang. Revan berjalan ke samping Hanif lalu duduk di sebelahnya. "Sorry bro gue emosi tadi." "Makanya apa-apa dipikir dulu. Lo kan bisa nanya baik-baik nggak pake emosi, lagian gue sama Hana kan mirip." Revan memperhatikan wajah Hanif. Wajah mereka berdua memang mirip namun tidak pernah terlintas di benak Revan kalau mereka kembar. "Sekali lagi gue minta maaf" Siswa yang mendengar percakapan mereka seketika itu tercengang. Seorang Revan minta maaf pada adik kelas? Guru yang pernah dikerjainya saja tidak pernah dimintai maaf. Mungkin dunia sudah mau kiamat pikir mereka. "Kalo boleh gue tahu, kenapa lo nanya hubungan gue sama Hana?" "Gue suka sama adik lo. Bisa dibilang gue jatuh cinta." "Jatuh cinta?" "Ya, gue rasa gue jatuh cinta sama Hana." "Terus mau lo apa?" "Gue mau deketin adek lo, gue mau Hana jadi cewek gue" "In your dream!" "Gue serius sama adek lo, gue nggak pernah punya perasaan kayak gini sama cewek manapun" "Denger ya, lo nggak akan bisa macarin adek gue." "Gue bakal lakuin apapun untuk dapetin cinta adek lo. Gue bisa bikin dia jatuh cinta sama gue" Mang Udin sang penjual mie ayam datang membawa semangkuk mie pesanan Hanif. "Mienya den" semangkuk mie disajikan di depan Hanif. "End of conversation. Gue mau makan." Kata Hanif sambil mengangkat sumpit. "Kalo bukan kakaknya Hana udah gue hajar lo." Revan kesal dengan sikap Hanif, baru kali ini seorang adik kelas bersikap kurang ajar padanya. Revan berdiri lalu meninggalkan Hanif. ○●○●○ Kedatangan Revan kemarin membuat satu sekolah SMA Teladan heboh. Grup-grup medsos di malam harinya heboh membicarakan gosip teranyar. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa Revan dan Rio memperebutkan Hana. Pagi hari di sekolah, para siswa berkasak kusuk begitu melihat kedatangan Hana. "Princess kita udah dateng nih" goda Cecil sahabat Hana. "Duh yang kemaren direbutin cowok-cowok keren. Yang satu badboy yang satu lagi cowok pupuler. Mana yang lo pilih Han?" Celoteh Mira. "Kalian ngomong apaan si?" "Makanya handphone lo toh diaktifin linenya, punya akun line tapi nggak pernah dibuka." Hana memang tidak membuka aplikasi medsosnya semalam. Sampai di rumah ia lalu pergi lagi untuk les bahasa Inggris. Sepulangnya ia sangat lelah dan langsung terlelap. "Gue nggak ngerti" "Malem tuh rame banget di grup ngebahas kalian. " Cecil mengeluarkan handphone nya memperlihatkan percakapan di grupnya semalam. "Jadi siapa yang lo pilih, Revan atau Rio?" "Nggak ada yang gue pilih" Kasak-kusuk kembali terdengar di kelas Hana. Penyebabnya adalah kedatangan Rio, sang mantan ketua OSIS sekaligus cowok paling populer di sekolah. "Lo nggak pa-pa Han?" Rio bertanya dengan wajah khawatir. "Gue baik-baik aja kak" "Lo nggak diapa-apain kan sama Revan?" "Nggak" Bel tanda masuk berbunyi. "Gue balik ke kelas, kalo ada apa-apa kasi tau gue." Rio mengeluarkan handphonenya lalu melakukan panggilan. Handphone Hana berdering. "Itu nomer gue, di save ya" Rio pun beranjak pergi. "Kak Rio care banget ya? Sama dia aja Han" Cecil membujuk Hana. "Sama kak Revan aja Han, badboy model Revan tuh biasanya setia, posesif gitu kayak di cerita wattpad." Mira berpendapat. "Apaan dah, gue nggak milih dua-duanya. Gue nggak mau pacaran." "Lo tipe-tipe syar'i gitu ya yang nggak pacaran tapi pake taaruf itu?" Selidik Mira "Gue nggak pacaran karena gue nggak mau. Kata daddy gue cowok yang baik itu yang mau komitmen, cowok yang ngajak pacaran itu cuma mau enak tapi nggak mau tanggung jawab. Modal dikit tapi mau dapet banyak." Jawab Hana. "Cecil, Mira, Hana! Kalau masih mau ngobrol silakan keluar!" Bu Fatma guru Matematika menegur mereka. ●○●○● Bel tanda pulang berbunyi. Hana bersama Mira dan Cecil keluar dari gerbang sekolah. "Han, kak Revan Han" Cecil menghuncang bahu Hana. "Kak Revan jalan ke sini Han, duh meleleh adek bang" "Apaan si Mir, lebay deh" Cecil protes. "Hai Hana!" "Hai kak Revan!" Jawab Mira dan Cecil. "Ck.. ada apa lagi kak?" "Lanjutin yang kemaren, Gue belum selesai ngomong" "Yaudah ngomong aja sekarang" "Nggak di sini, bentar lagi si Rio pasti dateng. Yang ada gue ribut lagi sama dia. Ada tempat yang enak buat ngobrol nggak?" "Ada kak, di Breeze Cafe aja deket sini" jawab Mira yang dihadiahi pelototan oleh Hana. "Yaudah di Breeze Cafe, yuk Han!" Revan menarik pergelangan tangan Hana. "Lepas kak!" "Lo naik motor gue aja!" Pinta Revan. "No, gue mau ngomong kalo Mira ama Cecil ikut. Dan gue nggak naek motor lo!" Hana menolak tegas. "Gue mau pulang Han." kata Cecil "Gue juga mau balik, lo berdua aja sama kak Revan." Mira berujar. "Kalo kalian pulang, gue juga pulang." Jawab Hana. "Yaudah yaudah gue ikut." kata Mira "Gue juga ikut." kata Cecil "Kalo gitu gue jalan, sampai ketemu di Breeze Cafe." Revan berjalan menuju motornya. "Lo ribet Han, mau ngomong sama kak Revan aja kita harus ikutan." "Biarin. Ngomong berduaan doang ntar yang ketiga setan." "Cecil tuh yang ketiga, gue mah yang keempat" "Kalo gue setan lo iblis Mir." Tbc 》》》》¤¤¤《《《《
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD