4

1297 Words
Hari sudah menunjukkan waktu jam pulang. Naira dan Nindya sedang berjalan di koridor rumah sakit menuju pintu keluar. Ya jemputan mereka memang sudah datang. Dan hari ini Naira dijemput oleh Zafran. Saat sampai di parkiran, Naira dan Nindya pun berpisah dan berjalan menuju jemputan mereka masing-masing. "Assalamualaikum kak Zafran" Ucap Naira ketika sampai di dekat mobil kakak nya sambil mengetuk pelan kaca mobil tersebut. Zafran yang mendengar ketukan dan ucapan salam dari adiknya langsung menurunkan kaca mobilnya. " Waalaikumsallam dek. Udah pulang dek?" " Udah kak " Jawab Naira atas pertanyaan kakaknya tersebut. Zafran hanya manggut-manggut aja tanpa ada niat untuk membukakan pintu untuk Naira. Naira yang merasa tidak dibukakan pintu terlihat memanyunkan bibirnya. " Kok kakak cuman manggut-manggut aja sih, bukain pintu dong. Gimana caranya aku mau masuk Kemobil kalau pintunya masih kakak kunci" Kesal Naira kepada Zafran. " Oh iya ya, maaf dek kakak lupa" Ucap Zafran sambil nyengir kuda menampilkan wajah tanpa dosa nya. " Ya Allah Untung sayang ya, kalau tidak..." Naira menggantungkan ucapan nya. " Kalau tidak apa dek" Tanya Zafran penasaran. " Eh gak jadi deh" Dan jawaban Naira tersebut membuat Zafran gemas sendiri. Setelah itu Naira masuk kedalam mobil. Mobil Zafran berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai akan kendaraan yang berlalu lalang. Mobil Zafran sudah memasuki pekarangan rumah nya. Naira yang merasa mobil kakaknya sudah berhenti langsung bergegas keluar setelah mengucapkan salam kepada kakaknya. " Kak, Naira langsung masuk ya kak" " Iya dek, jangan lupa solat ya, setelah itu langsung istirahat" Perintah Zafran. " Ok kakak nya Naira yang paling perhatian" Ucap Naira sambil mengangkat jarinya seraya membentuk huruf O yang bertanda OK. Zafran yang melihat tingkah adiknya itu tampak tersenyum manis. °°° Berbeda dengan Naira, Nindya yang sudah berada di rumahnya tampak bingung. Ya,karena saat dia baru saja sampai di rumahnya, dia langsung di panggil oleh orang tuanya ke ruangan keluarga. Entah apa tujuannya, Nindya pun tidak mengetahuinya. Saat Nindya berada di ruangan keluarga, dia duduk diantara ayah dan ibunya. Nindya semakin bingung dengan situasi saat itu. " Nak ayah mau ngomong sesuatu" Pak Ridwan yaitu ayahnya Nindya mulai membuka suara. " Mau ngomong apa emangnya yah, kok mukanya serius amat" Nindya berusaha tenang. " Tapi kamu janji ya, bakal nurutin apa yang ayah katakan nanti" Kata Ridwan sambil memegang bahu anaknya. Nindya semakin penasaran terhadap ucapan ayahnya tersebut. " Insyaallah yah, jika Nindya sanggup melakukannya, maka akan Nindya lakukan" Nindya merasa was-was saat berkata seperti itu. " Sebenarnya ayah ingin menjodohkan kamu dengan anak teman ayah" Sambung Ridwan dalam satu tarikan nafas. Nindya di buat sangat terkejut. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lidah nya terasa kelu hanya sekedar untuk menentang permintaan ayahnya tersebut. " Ta...ta...tapi yah, aku masih belum mau menikah yah" Ucap Nindya yang terdengar bergetar. " Nak kami melakukan ini demi kebaikan kamu juga sayang. Ayah hanya ingin ada orang yang selalu menjaga kamu jika ayah tidak ada. Dan keputusan ayah ini sudah tepat, karena pria yang akan dijodohkan dengan kamu itu orang yang baik" Ridwan berusaha membujuk anaknya tersebut. Sedangkan Fitri yaitu ibunya Nindya hanya  mendengarkan nya tanpa ada niat untuk ikut campur. Fitri memang sudah mengenal pria yang akan dijodohkan dengan anaknya. Mangkanya dia setuju aja kalau Nindya menikah dengan orang tersebut. Karena menurut Fitri pria itu memang orang yang baik. " Tapi yah." Suara Nindya terdengar lirih. " Nak bukanya kamu udah janji tadi kalau kamu akan melakukan apa yang ayah minta" Ridwan mengingatkan Nindya atas perkataan nya tadi. " Tapi yah." bujuk Nindya lagi. " Nindya sayang, kamu coba aja dulu nak. Cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu" Akhirnya Fitri mengeluarkan suara juga. " Baiklah" Nindya pasrah akan keputusan kedua orang tuanya itu. °°° Pagi ini cuaca nampak cerah. Namun tidak dengan gadis yang satu ini. Nindya terlihat lesu pagi ini. Mungkin karena efek perjodohan yang menimpa dirinya. Naira yang melihat sahabatnya itu lesu, langsung berjalan menghampiri Nindya. " Nin, kamu kenapa? Kok keliatan nya kamu lesu gitu." Naira langsung mengajukan pertanyaan tersebut kepada Nindya. " Aku gak apa-apa kok Nai" jawab Nindya yang terdengar lemah. " Nin aku ini sahabat kamu, jadi kamu boleh cerita apapun sama aku. Kalau kau memang lagi ada masalah, aku siap kok dengerin semua curhatan kamu" Perkataan Naira tersebut membuat Nindya langsung menoleh kearah Naira " Aku dijodohin Nai" Nindya terdengar lirih saat mengatakan nya. Naira kaget mendengar ucapan Nindya. Dia tidak menyangka bahwa sahabat nya ini akan dijodohkan secara mendadak seperti ini. " Terus,kamu terima perjodohan itu" Tanya Naira. Nindya hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu. " Nin,kamu yang sabar ya. Keputusan kamu untuk menerima perjodohan ini sudah tepat. Mungkin Allah sudah mengirimkan jodoh yang tepat buat kamu. Dan kamu jangan pernah marah kepada orang tua kamu karena perjodohan ini. Mereka melakukan semua ini pasti demi kebaikan kamu juga" Naira berkata panjang lebar. Nindya yang mendengarnya menjadi terharu. " Makasih Nai,kamu memang sahabat aku yang paling baik. Aku akan berusaha untuk menerima semua ini dengan ikhlas. Sekali lagi makasih" Nindya langsung memeluk Naira yang berada di samping nya. Naira langsung membalas pelukan dari Nindya. Merasa sudah mulai tenang, Nindya mulai merenggang kan pelukannya kepada Naira. " Sekali lagi makasih ya Nai, berkat kamu aku jadi sedikit merasa tenang" Ucap Nindya tulus. " Iya sama-sama Nin" Balas Naira. Setelah itu, suasana menjadi hening sejenak. Baik Naira maupun Nindya tidak ada berkata apa-apa lagi. Namun sebuah ide jahil muncul di otak Naira. Dia berniat untuk menggoda Nindya. " Cieee, yang sebentar lagi melepaskan status jomblonya" Naira mengedipkan matanya kearah Nindya setelah berucap demikian. Nindya yang digoda pun menjadi malu sendiri. " Apaan sih Nai,aku ini masih dalam fase perjodohan belum masuk ke fase pernikahan. Jadi berhentilah untuk menggoda ku" Naira hanya terkekeh mendengar penuturan Nindya tersebut. " Cieee yang malu" Naira kembali berucap. " Siapa juga yang malu" Nindya membalas ucapan Naira secara santai. " Eh Nai,kamu gimana" Tanya Nindya tiba-tiba. " Gimana apanya?" Naira tidak mengerti arah pembicaraan Nindya. " Itu perasaan kamu ke Zaki gimana?" " Ya masih kayak dulu aja" Jawab Naira. " Eh Nai, kayaknya si Zaki suka deh sama kamu" Naira kaget dengan ucapan yang tiba-tiba Nindya lontarkan. " Apaan sih Nin,jangan ngelantur deh ngomongnya" Naira tampak kesal. " Aku serius loh Nai, Emang kamu gak liat, gimana ekpresi Zaki kalau kita lagi duduk sama-sama?" Naira hanya menggeleng kan kepalanya. " Emang gimana ekpresi nya" tanya Naira polos. " Ya kayak orang yang lagi gugup gitu, kata orang-orang kan kalau orang yang merasa gugup saat dekat kita, Itu tandanya dia lagi jatuh cinta" Seketika rasa senang menghampiri hati Naira. Benarkah apa yang dikatakan Nindya tersebut. Benarkah kalau Zaki menyukai nya. Hanya waktu yang bisa menjawab semua itu. Lama Naira melamun membuat Nindya menjadi bingung. " Nai,kok kamu malah melamun sih" Tanya Nindya. Naira yang merasa ada pukulan di tangannya langsung menghentikan aksi melakukannya itu. " Eh, apa sih Nin,main pukul-pukul aja" " Ya habisnya kamu sih, diajak ngobrol malah ngelamun. Emang kamu lagi mikirin apa sih?" Tanya Nindya kesal. " Hhmm aku gak lagi mikirin apa-apa kok" Balas Naira. " Terus tadi ngapain coba pakai ngelamun segala?" " Gak da kok. Aku cuma ingat aja kalau aku lupa jemur sepatu dirumah" Naira mencoba mencoba membohongi Nindya. " Beneran?" Nindya Masih belum percaya. " Iya Nin" Naira mencoba meyakinkan. " Ya udah deh aku percaya aja sama kamu" Pasrah Nindya. " Gitu dong. Gak baik curiga sama teman sendiri" " Iya-iya" balas Nindya. Setelah itu mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Nindya jadi bisa melupakan masalahnya. Itu semua berkat nasihat dari teman terbaik nya siapa lagi kalau bukan Naira. °°° Vote dan coment nya jangan lupa y Oh ya, author cuman mau minta pendapat para readers semua, Ini partnya masih terlalu pendek atau gimana. Kalau seandainya menurut kalian perlu di perpanjang lagi, nanti bakal aku panjangin partnya. Follow IG author @Widiaafriana
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD