3

1442 Words
Hati - hati!! Typo ada dimana-mana,, "Menolak kehendak orang lain yang menentang keinginan  kita boleh, Tapi jika kita menerimanya dengan ikhlas, itu akan lebih baik. Karena sesungguhnya balasan dari sebuah keikhlasan itu adalah  kebahagiaan yang tidak di rencanakan." °°° Zaki yang sudah ada di dekat kedua orang tuanya segera mendudukkan tubuhnya di sofa yang tepat berada di depan ayahnya. Rasa penasaran Zaki semakin meningkat ketika ayahnya menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Zaki. " Ekhmm" Zaki berdehem untuk menghilangkan kecanggungan nya. Ya Zaki mengakui bahwa dia sangat tidak suka suasana seperti ini. " Hmm, yah, tadi kata ibu ayah ingin bicara sesuatu sama Zaki?" Tanya Zaki setelah sekian lama berada dalam posisi canggung nya itu. " Iya, ada hal penting yang ingin ayah bicarain sama kamu" Ayah Zaki yang mulai bersuara. " Kalau boleh Zaki tau, tentang hal apa yang ingin ayah bicarakan? Kok keliatan nya serius sekali" Ya akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Zaki setelah sekian lama menahan rasa penasaran nya. " Ini tentang masa depan kamu" " Ma...ma...maksudnya" Zaki semakin tidak mengerti arah pembicaraan ayahnya ini. " Ayah ingin menjodohkan kamu dengan anak teman ayah, dan sebentar lagi kalian akan menikah" " Apaaaa" Suara Zaki terdengar meninggi. Kalimat yang keluar dari mulut sang ayah berhasil membuat Zaki kaget sekaligus marah. " Apa - apaan ini, Kenapa seenaknya saja ayah ingin menjodohkan aku tanpa persetujuan dari ku" Suara Zaki naik satu oktaf. Ini pertama kalinya dia berbicara dengan nada tinggi kepada kedua orangtuanya. " Zakiiii!!! Jaga ucapan mu. Kami tidak pernah mengajari kamu untuk berbicara dengan nada seperti itu kepada orang tua mu." Emosi ayah Zaki  memuncak ketika mendengar anak yang selama ini selalu berbicara lembut kepadanya, baru saja membentak nya. "Maaf " Ya hanya satu kata itu yang mampu Zaki ucapkan atas kesalahannya itu. Dia juga tidak tau kenapa bisa - bisanya dia berbicara seperti itu kepada ayahnya sendiri. " Tapi ayah aku Tidak ingin di jodohkan. Aku masih bisa mencari masa depan ku sendiri" Suara Zaki terdengar lirih. " Ini demi kebaikan kamu juga Zaki. Kamu udah dewasa dan sudah seharusnya kamu untuk berumah tangga. Lagi pula wanita yang kami pilihkan untuk kamu ini adalah orang yang baik dan Soleha " " Tapi yah." Zaki masih berusaha membantah. " Tidak ada tapi - tapian. Kalau kamu tidak mau menerima perjodohan ini, maka kamu bukan lagi menjadi anak dari seorang Arya Wiguna. Satu kata itu membuat Zaki terdiam. Itu adalah sebuah peringatan dari seorang Arya Wiguna yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Jika sudah seperti itu maka Zaki tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia sangat ingin menentang perjodohan ini, tapi dia juga tidak mau menjadi anak yang durhaka. " Baiklah. Saya akan menerima perjodohan ini." Dan itulah keputusan akhir dari Zaki. " Syukurlah kalau kamu memang mau menerima perjodohan ini. Ayah tau kamu pasti bisa melakukan nya" Sang ayah memegang pundak Zaki, dan setelah itu dia berjalan meninggalkan ruang keluarga. " Nak" Panggilan lembut dari sang ibu membuat Zaki langsung melihat ke arah dari mana panggilan itu berasal. " Iya Bu" Zaki membalas panggung ibunya dengan lembut. " Kamu harus ikhlas menerima semua ini nak, ayah kamu itu sangat sayang sama kamu. Dan dia melakukan semua ini demi masa depan kamu juga" Setelah dari tadi diam sembari melihat perdebatan antara anak dan ayah tersebut, akhirnya ibu Fatimah yaitu ibunya Zaki bersuara juga. " Insyaallah Bu, Zaki akan berusaha untuk ikhlas menerima nya" balas Zaki yang berusaha tersenyum di depan ibunya tersebut. " Baiklah nak, kalau begitu kamu istirahat aja lagi, besok kamu kerja kan?" Perintah Bu Fatimah dengan lembut. " Baiklah Bu, Zaki ke kamar dulu ya. Assalamualaikum" Pamit Zaki. " Waalaikumsallam" dan setelah itu Bu Fatimah juga beranjak meninggalkan ruang keluarga tersebut. °°° Ditengah malam yang sunyi, suara jangkrik terdengar bersahutan yang memecah keheningan malam yang diterangi indah nya cahaya bulan. Di sebuah rumah yang terbilang cukup mewah, menggema suara indah yang melantunkan sabdanya Allah. Dia adalah Naira. Naira orangnya memang sibuk. Tapi dia tidak pernah sekalipun meninggal kan kewajiban nya sebagai seorang muslim. Seperti malam ini. Naira baru saja pulang dari rumah sakit, tapi dia masih juga menyempatkan waktu nya untuk membaca Alquran. Sungguh wanita calon penghuni surga. Tok tok tok Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Naira. " Dek, kakak boleh masuk gak?" Itu adalah suara kakak satu-satunya Naira. Muhammad Zafran Khalid. Semenjak orang tuanya meninggal, Naira hanya tinggal berdua bersama Zafran. " Masuk aja kak" Balas Naira yang baru saja selesai membaca Alquran. Cklekk Pintu kamar Naira yang terbuka langsung menampakkan sosok orang yang tampan. Siapa lagi kalau bukan kakak kesayangan nya itu. " Kak Zafran. Ayo masuk kak" dan setelah itu Zafran pun melangkah ke dalam kamar Naira. " Udah siap baca Alquran nya dek" tanya Zafran. " Udah kok kak" jawab Naira dengan senyum lembutnya. " Alhamdulillah, kakak bangga punya adik kayak kamu dek. Walaupun kamu terbilang cukup sibuk, tapi tidak pernah sekalipun kamu meninggalkan kewajiban kamu sebagai seorang muslim" Kata Zafran sambil mengelus kepala Naira. Dia sangat menyayangi Naira karena sikap Naira yang baik dan lembut. Naira hanya tersenyum menanggapi kata - kata kakak tersayang nya itu. " Naira juga bangga punya kakak seperti kakak. Kakak adalah kakak terbaik di dunia bagi Naira. Naira sayang kakak" Naira pun memeluk Zafran. Dia sangat beruntung memiliki Zafran. Karena Zafran itu sosok kakak yang sangat baik, dan selalu melindungi adiknya. " Kakak juga sayang sama kamu dek " Zafran pun membalas pelukan dari Naira. °°° Siang ini suasana kantin di rumah sakit terlihat sangat ramai. Ya memang sekarang sedang jam istirahat. Banyak dokter dan tenaga medis lainnya beristirahat di kantin tersebut hanya untuk sekedar mengisi lambung nya saja. Di meja paling sudut kantin tersebut, tampak dua orang dokter muda yang sedang duduk di kursi pada meja tersebut. Mereka adalah Zaki dan Arfan. Arfan terlihat sedang menikmati makan siangnya dengan lahap, sedangkan Zaki hanya terlihat diam saja sambil menatap kosong ke arah depannya. Saat ini Zaki masih memikirkan masalah perjodohan yang akan terjadi pada dirinya. Dari arah belakang Zaki, tampak Naira dan Nindya yang sedang celingukan mencari meja kosong yang bisa mereka gunakan untuk memakan makan siang yang sudah di pesankan tadi. Tanpa sengaja Arfan melihat keberadaan Naira dan Nindya. Dia berinisiatif untuk mengajak Naira dan Nindya untuk duduk bergabung bersama nya. Karena memang saat ini tidak ada kursi yang kosong. " Naira, Nindya," Panggil Arfan. Sedangkan yang dipanggil langsung melihat kearah suara itu terdengar. Di sana ia melihat Arfan melambaikan tangan nya sebagai pertanda untuk menyuruh mereka untuk mendekat. Zaki sempat terkejut ketika Arfan memanggil nama Naira. Namun dia berusaha untuk menetralkan ekspresinya agar tidak terlihat seperti orang yang Gugub. " Hhmm dokter Arfan, ada apa ya nyuruh kami kesini" Naira langsung mengajukan pertanyaan tersebut setelah berada didekat Arfan dan Zaki. " Kalian pasti lagi nyari tempat yang kosong kan, nah kebetulan semua tempat duduk sudah penuh semua, bagaimana kalau kalian gabung aja sama kami disini." Ajak Arfan kepada dua wanita yang sedang berdiri di depannya itu. " Gak papa nih dokter Arfan?" Ya itu adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Nindya. " Gak papa lah, lagian disini kan masih bisa di tambah dua orang lagi, ya gak Ki?" Jawab Arfan sambil menyiku lengan Zaki. Sontak Zaki langsung terkejut karena perlakuan Arfan tersebut. " I...iya" Jawab Zaki refleks. Dari tadi itu Zaki memang tidak mendengarkan obrolan orang disekitar nya. Zaki hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Apalagi ditambah ada Naira didekat nya membuat Zaki menjadi sedikit canggung. " Gimana Nai, kita duduk disini aja ya. Capek tau dari tadi berdiri nyari tempat kosong yang nyatanya entah kapan kita akan menerima nya." Ajak Nindya Kepada Naira. Naira hanya menganggukkan kepalanya mendengar ajakan temannya tersebut. Dia juga merasa lelah karena berdiri saja dari tadi. Karena tidak ada pilihan lain lagi, terpaksa terpaksa Naira menerima tawaran mereka. Naira langsung menduduki satu kursi kosong yang masih tersisa untuk nya. Namun hal yang tidak diinginkan Naira terjadi. Kursi yang diduduki oleh Naira tepat berada didepan nya Zaki. Jadi otomatis mereka akan berhadapan. Untuk saat ini Naira yang tengah perang batin nampak semakin canggung dan gugup ketika tidak sengaja matanya dan mata Zaki beradu. Namu Naira segera mengalihkan pandangannya agar tidak terlarut dalam lembah nya dosa. Bukan hanya Naira, Zaki juga merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak dari tadi jantung nya sudah berdetak dua kali lebih kencang dari detakan biasanya. Rasa canggung yang dirasakan oleh kedua insan tersebut bisa dijadikan sebagai bukti bahwa diantara mereka memang ada sebuah rasa yang dinamakan dengan cinta. Tapi mereka masih belum menyadari akan perasaan mereka masing-masing. °°° Maaf ya kalau cerita nya gaje gitu Vote dan coment jangan lupa ya Biar author lebih semangat lagi lanjutin cerita nya Follow ig author : widiaafriana
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD