Mau mencari yang seperti apa? Jika terus saja mencari yang sempurna maka kamu akan kehilangan yang tulus, jika kamu mencari yang modus dengan hitungan detik saja bisa di dapat.
"Kalian saling kenal?" tanya Om Beni yang tampak terkejut karena keduanya menampilkan ekspresi yang sama.
"Tadi kami ketemu di kantor Om, terus Nana sempet godaan Mas-Mas ganteng ini, " balas Nana tidak ada beban sama sekali.
"Jadi kamu? " tanya Agal yang masih tampak terkejut.
"Jadi Mas ganteng yang mau dijodohin sama Nana? "
"Iya Na, ini anak Tante, kalo misalkan kamu mau sama Agal, tante akan mengurus semuanya.
Rasanya Nana senang sekali orang yang tadi pagi menjadi incaranya ternyata memang ditakdirkan untuk dirinya.
"Tante, Om, Nana boleh tarik ucapan yang tadi engga. Kalo sama Mas Agal Nana mah mau banget," jawab Nana senang, sementara Agal masih menampilkam wajah dinginnya.
Mendengar Tante Lily menyebutkan nama laki-laki itu, akhirnya Nana tau nama sebenarnya dari mas-mas berbaju loreng tadi. Agal seseorang yang Nana kagumi, walaupun dingin tapi karismanya tidak ada duanya.
"Agal gimana? "
Yang ditanya hanya menggagukan kepala setuju, dari raut wajahnya sulit sekali ditebak, tapi menurut Nana yang terpenting dia bisa menjadi istri dari pangeran ganteng yang dia temui hari ini.
"Sebenarnya sudah sejak lama Bunda sama Ayah jodohin kalian berdua dulu Nana masih sibuk sama pengangkatannya sebagai calon ASN tapi sekarang kan udah 100% malahan lebih, " jelas Alin panjang lebar.
Tapi Nana mengerutkan dahinya heran kenapa seorang Agal mau dojodohkan dengan dirinya.
"Tan, Om, boleh saya keluar sebentar dengan Nana?" tanya Agal lagi.
"Iya boleh," balas Hanif yang berwibawa.
Nana yang disebutkan namanya menjadi kaget karena Agal juga belum berkenalan secara resmi dengan dirinya.
Mereka berdua pun beranjak dari tempat duduk dan memilih berbicara di depan teras karena menurut Agal itu satu-satunya tempat yang baik untuk kedua orang yang belum menjadi mahram.
Nana sudah tidak sabar dengan beribu pertanyaan dikepalanya. Dia memang menyetujuhi perjodohan ini tapi jika Agal menolak dia juga tidak akan memaksa karena menurutnya pernikahan itu hanya sekali dalam seumur hidup.
"Kenapa Mas mau dijodohin sama Nana?" tanya Nana to the point. Dia tidak suka basa-basi yang terlanjur basi.
"Kamu tenang saja, saya tidak suka anak kecil seperti kamu," balas Agal sarkasme.
"Terus kenapa engga bilang tidak setuju," kesal Nana yang emosinya mudah sekali terpancing.
"Saya tidak mau mengecewakan kedua orangtua saya," balas Agal santai dan dewasa.
"Bukan berarti Mas juga bisa seenaknya sama hati saya," ucap Nana lagi.
"Kalo kamu mau membatalkan perjodohan ini tidak masalah, asalkan bukan saya yang membatalkan. "
Ternyata manusia dingin yang selalu diam saja, jika berbicara lebih menyakitkan, bukan masalah apa, tapi Nana juga memikirkan perasaan Papa dan mamanya sekarang ada nada kecewa ketika awalnya Nana menolak.
"Awas aja kalo nanti Mas jatuh cinta sama saya, eh Bapak," balas Nana tersenyum. Karena kesal Nana bertekad untuk memanggil dengan sebutan bapak saja.
"Kenapa kamu memanggil saya bapak? "
"Kan calon Bapak dari anak-anak Nana, " balas Nana tertawa dan hal itu malah membuat Agal kaget.
Sejak hari itu Nana bertekad untuk membuat Agal jatuh cinta kepadanya karena menurutnya sekeras-kerasnya batu jika ditetesi hujan terus-menerus maka akan luruh juga.
"Saya pastikan kamu tidak akan bahagia dengan saya," balas Agal dingin.
"Emang bapak Allah yang menentukan bahagia seseorang?" tanya Nana tertawa sendiri.
Agal diam saja mendapatkan balasan seperti itu dan hari ini dia benar-benar membenci Nana bagaimana bisa dua orang yang tidak saling mencintai tapi harus disatukan.
Nana memilih pergi masuk ke rumah dan melanjutkan obrolan bersama kedua orangtuanya dan bunda serta Ayahnya Agal.
"Jadi kapan Nana bisa melaksanakan pernikahan dengan Agal?" tanya Lily tersenyum.
"Kalo setahun lagu gimana Tan?" tanya balik Nana, mengingat kerjaannya yang masih banyak di akhir tahun.
"Berarti Januari dong!" seru papa Hanif semangat.
"Nah, iya Januari itu bulan yang pas, " timpal Alin ikut semangat.
"Bener, karena sesuatu yang baik itu engga baik ditunda."
Maksud Nana satu tahun bukan tahun depan eh ini malah sebulan, bisa jadi beberapa minggu lagi.
"Bun, itu kecepatan, Nana sama Agal aja belum mengenal mungkin Nana juga masih mau sendiri," balas Agal yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah entah kapan laki-laki itu sudah masuk ke sini. Melihat raut wajah Agal yang panik membuat Nana semakin senang jika memojokkannya.
"Yaudah, Mama, Papa, Tante dan Om. Nana setuju secepatnya," balas Nana semangat.
Hal itu malah mendapatkan pelototan tajam dari Agal, tapi Nana santai saja menanggapinya. Menurut Nana orang yang dingin itu harus dia berikan panas biar mencair hal-hal mengejutkan tentu akan membuat dia banyak bicara dan terpancing emosi.
"Mama seneng kalo kamu mau menikah cepat Na," ucap Alin tersenyum bahagia.
"Dari pada pacaran yang berujung jaga jodoh orang lain, mending Nana segera menikah dan berpacaran secara halal dengan Mas Agal, iya kan Mas, " ucap Nana sengaja menekankan suaranya agar Agal mendengar tapi ternyata laki-laki itu memilih bungkam.
"Banyak persyaratan untuk menjadi ibu Persit," balas Agal lagi.
"Gapapa, engga seberat mencintai Mas Agalkan. "
"Agal orangnya emang dingin Na, tapi kalo udah sayang bisa bener-bener manis, " ucap Tante Lily yang sudah sangat paham dengan karakteristik sang anak.
"Gapapa Tan, Nana suka yang dingin-dingin begini."
"Tante, Om, Saya pamit dulu ya, masih ada kerja yang harus diselesaikan, bunda, ayah. Agal berangkat dulu," pamit Agal yang baru saja mendapatkan telepon daru atasannya.
"Kok engga pamit sama calon istri, Mas Agal hati-hati. Ingat jangan genit-genit lagi, ada hati yang harus dijaga, " ucap Nana tersenyum manis kepada Agal, tapi hal itu malah diabaikan oleh Agal.
Dia akhirnya pergi dan hanya menyisihkan punggung yang masih tampak gagah.
Nana melihat kepergian itu tidak berhenti tersenyum, untuk hari ini menggoda Agal adalah salah satu hobinya.
"Nana, jangan dilihatin terus nanti makin jatuh cinta," tegur Hanif melihat anaknya yang tidak berhenti tersenyum.
"Abisnya anaknya tante Lily sama Om Beni lucu banget."
Akhirnya kesepakatan hari ini menghasilkan jika perjodohan keduanya akan tetap dilanjutkan dan dilaksanakan beberapa minggu lagi. Nana tidak ingin pesta mewah karena dia bukan orang yang menyukai kemewahan.
***
Nana merenungi diri mungkin bagi orang lain menikah mudah itu bukan sebuah pilihan jika keduanya belum siap tetapi jika memang sama-sama sudah siap bukannya seharusnya hal baik itu segera di tuntaskan dan dilakukan karena memang hal baik tidak baik jika harus di tunda.
Mengingat itu Nana mengambil beberapa kue di dalam kulkas untuk di makan sambil menonton Drakor semoga saja itu semua bisa mengobati setiap kegalauan yang dia hadapi dan membuat dia menjadi lebih lega.