Bab 3

1001 Words
Beruntung Mertua Arum membatalkan kedatangannya hari ini entah karena alasan apa, aku belum siap bertemu dengannya dalam keadaan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan Arum selama ini, minimal kalau kami bertemu aku ada pegangan bagaimana harus bersikap didepannya. Aku harus tau bagaimana Arum menunjukkan mimik jika berhadapan dengan mertua yang tidak menyukainya. Aku tidak mau penyamaran ini cepat terbongkar hanya karena kebodohan kecil yang aku lakukan. Beruntungnya lagi Arum type wanita yang selalu mendokumentasikan semua hal paling berarti dihidupnya, terlihat dari banyaknya rekaman-rekaman video yang kini berada dikamarku, aku meminta Zaka mengumpulkan semuanya untuk aku pelajari satu-satu, aku juga meminta Zaka menyusun hari-hari penting yang tidak boleh aku lewatkan. Entah bagaimana aku membalas kebaikan Zaka yang rela mengotori tangannya untuk membantuku, aku berjanji jika suatu saat semua ini terbongkar. Aku yang akan menanggung semuanya, aku tidak akan menyeret Zaka apalagi membuatnya membayar atas apa yang dia lakukan untuk menolongku. "Ini semua rekaman yang kamu minta, tolong pelajari dengan cepat.. Nyonya Valleria terlalu licik untuk bisa menendang Arum dari rumah ini" ujar Zaka saat kami bertemu diam-diam setelah Mas Galih berangkat ke kantor. "Iya, aku akan belajar bagaimana Arum berinteraksi dengan siapapun yang ada dirumah ini... yah meski susah tapi aku akan usahakan bisa menguasainya secepat mungkin..." aku melihat sekeliling dan setelah memastikan tidak ada orang yang bisa mendengar aku melanjutkan ucapanku "oh iya bagaimana pemakaman Arum, dimana...." Zaka menutup mulutku dan ikut melihat sekeliling. "Tembok disini bisa mendengar, jangan kuatir,... aku sudah selesaikan dengan rapi" balasnya tak kalah pelan. Aku mengucap syukur dan membawa semua rekaman ke kamar tidurku, rencananya setelah menidurkan si kembar aku akan mulai belajar sedikit demi sedikit hingga aku bisa benar-benar berakting sebagai Arum dan meninggalkan sifatku sebagai Arimbi. Zaka kembali bersikap normal seakan aku ini Arum yang harus dilindunginya, Mas Galih memang luar biasa kurang kerjaan jika menyangkut keselamatan Arum, Arum yang hanya ibu rumah tangga bisa diberi pengawal seperti Zaka yang akan menjaganya 24 jam meski berada dirumah saja. Mas Galih benar-benar menuruti keinginanku untuk mengganti pengasuh si kembar, pengasuh yang tidak punya sopan santun itu akhirnya dipecat tadi pagi meski aku harus mendengar sebuah drama super lebay saat dia meminta Mas Galih tidak memecatnya, dan seperti kesepakatanku dengan Mas Galih mulai saat ini aku sendiri yang turun tangan mengasuh si kembar meski aku sama sekali tidak punya pengalaman mengasuh bayi. **** Beberapa pelayan sibuk memindahkan box si kembar sesuai arahanku, mereka awalnya terlihat bingung tapi akhirnya melakukan semua yang aku suruh. Pelayan keluarga Baswedan memang lihai dalam bekerja, tidak sampai 1 jam akhirnya semua selesai sesuai dengan keinginanku. "Terima kasih ya, kalian boleh pergi... tolong beritahu saya jika Tuan sudah pulang" mintaku dengan sopan, mereka langsung mengangguk dan meninggalkan aku, setelah mereka keluar aku langsung mengunci pintu kamar dan menatap foto Arum yang terpajang didinding kamar. "Kak, maaf atas kelancanganku... aku terpaksa mengubah suasana kamar ini... tenang Kak aku hanya memindahkan box si kembar, sepertinya untuk bayi seumuran mereka terlalu cepat tidur terpisah dari kedua orangtuanya, aku tidak tau kenapa kakak melakukan itu tapi aku yakin kakak juga inginkan Mas Galih dekat dengan anak-anaknya" kataku pelan. Aku akan sedikit mengubah dekorasi kamar ini, bukan untuk meletakkan barang-barangku tapi untuk meletakkan box si kembar. Aku ingin kami tidur berempat dikamar ini, agar aku bisa sedikit merasa aman jika sedang bersama Mas Galih terutama aku ingin si kembar merasa dekat dengan kedua orang tuanya. Setelah menidurkan si kembar di box mereka masing-masing, aku langsung mengambil kardus yang aku sembunyikan didalam lemari, aku mulai memutar video yang di beri Zaka tadi satu persatu. Aku juga melihat bagaimana Arum berjalan, berbicara, tertawa bahkan bagaimana cara interaksinya dengan Mas Galih. Melihat mereka saling tertawa bahagia, saling mencintai membuat airmataku turun tanpa aku sadari, andai kejadian tragis itu tidak terjadi aku yakin hari ini aku masih bisa melihat senyum dari wajah Arum. Tak jarang aku ikut tertawa saat mereka juga tertawa, hingga sebuah video membuat aku shock. Sepertinya video ini diambil tanpa sepengetahuan Arum dan lawan bicaranya yang aku kenal sebagai mertuanya... mertua laki-laki atau ayah dari Mas Galih. Setauku hanya ayah Mas Galih yang menyetujui pernikahan ini tapi kenapa di video ini seakan terbalik, kenapa aku melihat kebencian dimata mertua laki-lakinya. Aku sedikit menambah volume suara agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. "Kamu bodoh!!! saya sudah pernah mengingatkan jangan pernah berpikiran mengikat Galih dengan anak!!" suara ayah Galih sungguh sangat menyeramkan. Aku melihat Arum menangis sambil memegang perutnya yang mulai membesar. "Tapi ini cucu Papa... kenapa Papa bisa bicara seperti itu Pa" balas Arum tak kalah menyedihkan. Aku meremas remote DVD saking geramnya setelah melihat bagaimana mertunya memperlakukan Arum. "Kamu pikir setelah membuat diri kamu hamil, saya akan merestui kamu sebagai istri Galih? tidak!!! kamu salah, sampai saya atau kamu matipun saya tidak akan pernah memberi kalian restu... melihat Galih bahagia bahkan merelakan sebagian sahamnya untuk calon bayi itu saya akui saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyingkirkan bayi itu, tapi ingat setelah bayi s****n itu lahir jangan pernah sayangi dia, jangan pernah beri ASI apalagi mendekapnya... jadi jika suatu saat kalian bercerai bayi itu tidak terlalu membutuhkan wanita bodoh seperti kamu, atau jangan salahkan saya jika anak itu berakhir dipanti asuhan tanpa tau siapa orangtuanya" aku menutup mulut mendengar ancaman paling s***s yang pernah aku dengar. Ini salah satu rahasia Arum yang akhirnya aku ketahui, aku kira setelah menikah dengan pria yang dicintainya Arum bisa bahagia tapi nyatanya Arum juga tersiksa, tersiksa secara psikis oleh orangtua Mas Galih. Aku mengeluarkan DVD tadi dan berniat mematahkannya tapi aku langsung membatalkannya, mereka harus menerima jika Arum adalah ibu dari si kembar, aku akan membuat mereka menerima Arum sebagai istri Mas Galih. Aku harus bisa membuat Arum bahagia di alamnya meski ini sudah terlambat. Ternyata keberadaanku dirumah ini tidak saja untuk berlindung dari Benny tapi juga menyelesaikan misi Arum yang belum bisa dia lakukan disaat nafasnya masih ada yaitu menerima cinta dari kedua mertuanya, aku harus membuat mereka menyadari jika Arum adalah wanita yang paling tepat untuk Mas Galih. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD