Tumben

946 Words
~Adin POV~ Tok. Tok. Tok. "Assalamu'alaikum, Dis!" aku berteriak memanggil Disna, tetapi tak ada jawaban. Kemana dia? aku mencoba mengetuknya sekali lagi. "Assalamu'alaikum!" kali ini teriakanku lebih keras. Tak lama terdengar suara langkah kaki dari dalam. "Wa'alaikum salam!" pintu terbuka menunjukkan sosok sahabatku. "Ayo masuk, Fizni juga udah didalem kok. Oh iya, tumben kamu telat? Biasanya kalo ada kerja kelompok paling cepet datang." ajak Disna disertai pertanyaan sekaligus pernyataan. "Hehe, maaf ya, aku kan lagi halangan, jadi ya bangunnya kesiangan." Disna hanya ber-oh ria dan mengangguk mengerti. Kami pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang tamu, setelah itu Disna pergi entah kemana. Disana terlihat Fizni yang sedang asik bermain handphone sampai tidak menyadari akan kehadiranku. Kudekati dia pelan-pelan. "Hey! udah lama?" kutepuk pundaknya. "Ya ampun! bisa gak Din gak ngagetin? Astagfirullah," pekiknya sambil mengusap d**a. Terdengar dari nadanya dia sedikit marah. Aku tertawa melihat wajahnya yang sangat lucu kurasa. "Ngapain ketawa?!" Fizni masih marah rupanya, aku pun berhenti tertawa. "Maaf-maaf, kamu sih handphone mulu, sampe sahabat dateng aja nggak nyadar, Fiz, Fiz!" aku hanya geleng-geleng kepala. Disna datang membawa nampan berisi 3 gelas air putih dan beberapa toples cemilan, kulihat senyum Fizni merekah dengan mata yang berbinar-binar. "Wah ada makanan nih!" aku hanya tersenyum geli menanggapi ocehan Fizni, sahabatku yang satu itu memang amazing. "Kerjain tugas dulu, baru ke makanan Fizni!" tukas Disna sembari menjauhkan nampan yang dia bawa dari Fizni. Kulihat Fizni mengerucutkan bibirnya. Aku hanya bisa tersenyum lagi melihat tingkahnya. "Udah-udah! Ayo ngerjain tugas dulu. Nanti kalo udah beres kamu boleh makan, iya kan Dis?" tanyaku pada Disna yang hanya dianggukinya dengan senyuman. Kami bertiga pun mulai mengerjakan tugas dalam waktu yang cukup lama, bergelung dengan soal-soal, dan buku-pelajaran. Setelah beberapa jam kemudian tugas yang kami kerjakan akhirnya selesai. "Alhamdulillah akhirnya beres juga!" aku menggeliat saat leherku terasa pegal, Disna dan Fizni hanya mengangguk mengiyakan perkataanku. Kulihat Fizni segera bangkit berdiri dan menghampiri nampan yang beberapa jam lalu dibawa Disna dari dapur. Tanpa aba-aba dia langsung mengambil toples berisi kue kering dan membawanya ke sofa. Aku dan Disna menatapnya tidak percaya. Aku merasakan handphoneku bergetar dalam saku rok ku. Aku segera merogoh saku ku. Saat kulihat, ternyata ada pesan masuk dari bunda. From : Bunda ♥ Assalamu'alaikum, sayang kamu dimana? Masih dirumah Disna? Kalo bisa kamu pulang sekarang ya sayang, soalnya ada tamu penting banget. Maaf ya bunda ganggu waktu kamu sama temen-temen kamu. Hati-hati dijalan ya sayang Siapa ya tamu yang bunda maksud? Sepenting apakah sampai aku harus datang? Ah Sudahlah. To : Bunda ♥ Wa'alaikumsalam bunda, iya aku masih di rumah Disna. Siapa bunda? Kayanya penting banget ya? Nggak kok bun, bunda gak usah minta maaf sama Adin ini juga udah selesai kok kerja kelompoknya. Iya bunda Selesai mengetik, aku langsung menekan tombol send. Tanpa sadar Disna dan Fizni sedang memperhatikanku. Saat mataku kembali menatap mereka berdua, betapa terkejutnya aku melihat mereka yang menatapku dengan kening berkerut. "Ada apa Din? Serius banget?" aku menatap Fizni. "Ehm, ini bunda sms aku nyuruh pulang sekarang." "Lho? Ada apa? Tumben nyuruh pulang cepet?" mereka menatapku penuh tanya. "Katanya sih ada tamu penting, tapi gak tau juga. Aku juga bingung kenapa aku harus pulang sekarang, biasanya juga kalo ada tamu gak perlu ada aku," akupun menghela napas panjang. Beberapa menit semenjak aku mengirim balasan, bunda masih belum membalas pesanku lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang saja sekarang. "Yaudah, maaf ya aku harus pulang sekarang, takutnya emang bener-bener penting. Assalamu'alaikum," Aku pamitan pada kedua sahabatku. "Iya gak papa kok, kita ngerti. Wa'alaikumsalam, hati-hati dijalan ya Din!" aku mengangguk. "Oh iya, Fiz yang kenyang ya makan nya! Haha!" aku tertawa melihat Fizni cemberut saat aku meledeknya. Saat aku berhenti tertawa, Disna mengantarku sampai depan. "Hati-hati ya Din!" aku tertawa kecil. "Iya Disna, tadikan kamu udah bilang gitu," aku tersenyum, Disna pun hanya cengengesan. "Udah ah nanti aku gak pulang-pulang lagi, Assalamu'alaikum," aku melambaikan tangan pada Disna. "Wa'alaikumsalam" diapun membalas lambaian tanganku. ••• Aku pulang naik angkutan umum. Bus yang kutunggu tak kunjung datang. Rasa kesal mulai menghampiriku, aku kembali melihat jam tanganku, sudah 15 menit semenjak aku datang kesini. Kemudian aku memperhatikan bayangan langit dalam genangan air yang tak jauh dariku. Tanpa sadar, sebuah motor melaju kencang dari arah kanan. "Awww!" aku menjerit dan beranjak mundur. Aku sangat terkejut saat bajuku terkena cipratan air, aku menatap motor tadi pergi menjauh. "Dasar sombong! Bukannya minta maaf malah terus jalan gitu aja!" aku mengumpat kesal, aku benar-benar kesal. "Astagfirullah! Ya Allah maafin Adin, tahan emosi Adini!" aku mengelus dadaku, menahan amarahku sembari bibirku terus mengucapkan Istighfar. Tak lama bus yang aku tunggu datang juga,  tanpa pikir panjang aku langsung menaikinya. Sekitar 10 menit aku sampai di halte dekat rumahku. Aku berjalan beberapa meter dari halte menyusuri jalan trotoar untuk sampai ke rumah. Setelah beberapa menit, akhirnya aku sampai di rumah. Mataku menatap ke arah halaman rumah. Tepat di depan rumahku, ada sebuah motor hitam yang familiar bagiku. Tapi entahlah, mungkin aku hanya melihatnya sekilas. "Assalamu'alaikum, bunda? Adin pulang!" aku sedikit berteriak untuk mencari keberadaan bunda. Bunda datang dari arah ruang tamu dengan raut wajah cemas saat matanya menatap baju yang sedang kupakai. "Wa'alaikumsalam, ya ampun sayang, baju kamu kenapa kotor? Kamu gak kenapa-kenapa kan?" "Enggak kok bun, tadi cuma kecipratan air di jalan," Alhamdulillah, biasanya bunda mengomentari kebiasaanku yang berteriak saat pulang, tapi untungnya ada yang mengalihkan perhatiannya. "Yaudah, kamu cepet-cepet mandi ya, pake baju yang sopan, tamunya udah nunggu lama dari tadi. Oh iya, bunda ingetin lagi, kalo masuk rumah gak perlu teriak-teriak ya sayang, apalagi sekarang ada tamu, kan malu." bunda mengusap kepalaku dengan sayang. Tapi bunda tetap menasihatiku tentang kebiasaan burukku. Akhirnya tanpa banyak bicara aku menuju kamarku dilantai atas untuk segera bersiap-siap. ••• To be continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD