"Oek..oek..." tangisan bayi memecah keheningan malam itu. Nesa menitikkan airmata bahagia. Setelah melalui perjuangan yang sulit akhirnya Fitzlove Ziano putera pertama Vanesa berhasil lahir dengan selamat. Yaa, Fitzlove memiliki arti anak dari cinta. Anak yang lahir dari cinta orang tuanya. Nesa yang tahu persis arti anak itu buat hidupnya. Nesa berjanji dalam hatinya untuk selalu menjaga dan mencintai Ziano. Mencurahkan seluruh kasih sayangnya untuk Ziano.
Tubuh Nesa sangat lemah setelah melahirkan. Bahkan sempat drop sehari setelah melahirkan. Nesa sampai tak mampu memegang sendok untuk makan sendiri. Mertua Nesa pergi mencari ramuan obat - obatan Cina yang katanya manjur di minum setelah melahirkan. Seminggu lamanya Nesa terbaring di rumah sakit. Untunglah bayi Ziano sehat. Setelah di rasa Nesa sudah mulai pulih, Nesa di ijinkan pulang dan di rawat di rumah. Nesa tetap kekeh pulang di kosan.
Waktu berjalan lambat, Nesa tak kunjung sehat. Periksa rutin ke dokter, Nesa tetap aja lemah. Hari ini sehat, besoknya sakit lagi. Bayi Ziano sudah 2 bulan tapi Nesa tidak pernah di ijinkan menggendongnya, karena takut Nesa ga kuat. Ibu Nesa datang dari kampung melihat keadaan Nesa langsung membawa Nesa dan keluarga kecilnya pulang ke kampung. Biar lebih bebas mengurus Nesa dan Ziano. Piere juga ikut pulang ke kampung Nesa, karena sampai saat itu dia belum juga inisiatif untuk cari pekerjaan. Jadi segala keperluan mereka di tanggung orang tua Piere.
"Tuhan, kuatkan saya... Sembuhkan saya..
Saya mau melihat Ziano tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat... ijinkan saya bersama Ziano Tuhan... berikan saya waktu untuk hidup lebih lama lagi... " pinta Nesa dalam doa.
***
"Happy birthday to you...
happy birthday to you..
happy birthday
happy birthday
happy birthday to you.. "
Muach muach.... Nesa mendaratkan ciuman sayang kepada Ziano..
Tak terasa Ziano kini sudah berumur 6 tahun
Selama itu pula Nesa dengan susah payah bertahan sebagai isteri Piere. Bagaimana tidak, hubungan keduanya sangat jauh dari kata harmonis. Nesa sempat kerja kantoran saat Ziano umur 2 tahun. Tapi cuma bertahan 6 bulan karena Piere selalu curiga kalau Nesa telat pulang. Pernah sekali Nesa di antar pulang teman kantor. Cowok. Nesa tak keberatan karena pikir arah rumah mereka sejalan. Begitu Nesa turun dari mobil, mrngucapkan terima kasih dan lambaikan tangan kepada temannya, saat tiba di teras rumah malah di sambut makian dari Piere. "Dasar perempuan jalang, kamu kerja atau cari mangsa! "
Sakit hati Nesa mendengarnya. Malamnya Piere keluar rumah dan kembali larut malam dalam keadaan mabuk.
Besoknya Nesa tidak diijinkan masuk kerja lagi.
"Mulai sekarang ga usah kerja!
Urusin saja anak kamu!" kata Piere kasar.
"Kalau ga ijinin aku kerja, sana kamu yang kerja..! Jangan andalin orang tua terus menerus.. Malu tau" balas Nesa.
Pernah juga sekali mereka bertwngkar hebat bahkan sampai Nesa mengusir Piere karena saat itu Piere berani memukul dan menendang Nesa. Ayah Nesa juga bahlan ikutan mengusir Piete saat itu karena tak terima anak semata wayangnya diperlakukan kasar. 2 bulan mereka pisah, Nesa dapat hidup tenang tanpa harus kwatir Piere mabuk dan berlaku kasar lagi. Tapi kemudian orang tua Piere datang membujuk orang tua Nesa untuk tidak mengusir Piere lagi. Nesa diam aja.
Begitu terus menerus. Sampai sekarang ini, di usia Ziano yang ke 6, hati Nesa tak pernah puas dengan keadaan hidupnya. Kalaupun tidak bahagia dengan pernikahannya, Dia ingin bekerja, tak mau waktunya terbuang percuma dan merasa tidak berguna. Tak mungkin dia terus berharap dana dari orang tua Piere untuk membiayai Ziano.
***
"Hallo Nesa..." seseorang bicara di seberang saat Nesa menekan tombol yes di ponselnya.
"Yaa... siapa ini?" tanya Nesa.
"Ini Debbie, dear... astagaa, sombong ya kamu sekarang" balas Debbie, sepupunya Nesa yang tinggal di ibukota..
"Uhm... sorii, nomer baru sihh" Nesa tertawa.
"Ada apa tiba-tiba telpon aku?" sambung Nesa.
"Aku ada kerjaan untukmu. Mau?" tanya Debie to the point.
"Mau mau....!" Nesa teriak. Dia lupa kalo dia sedang bicara di telpon, sehingga Debie harus menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Hahaa dasar kamu ya... masih aja cempreng kaya dulu... aku mau ngajak kamu bisnis. Aku kasih kamu modal, datang ke sini belanja barang barang, trus buka toko di sana. Nanti keuntungannya kita bagi 2. Deal?" tawar Debie ke Nesa.
"Of course ....Deal" sorak Nesa. Ini kesempatan yang baik, tak mungkin ditolak Nesa.
Debie adalah sepupu dekat Nesa. Sejak kecil mereka tumbuh bersama. Apapun alasan Debie mengajak Nesa untuk kerja sama, yang pasti Nesa akan berusaha sebisanya agar usaha mereka boleh berkembang.
"Oke. Siapkan dirimu. Aku pesan tiket untuk minggu depan ya... bye, see u" tutup Debie.
***
Satu minggu ke depan adalah minggu yang sibuk untuk Nesa. Dia sudah bertekad, dengan atau tanpa ijin suaminya, dia akan tetap berangkat ke Jakarta.
Nesa membawa Ziano ke rumah ibunya, berencana menitipkan Ziano ke ibunya selama dia ke Jakarta.
Untunglah ibu mendukung rencana Nesa dan Debie, dan dengan senang hati bersedia menjaga Ziano. Sekarang masalahnya sisa dengan Piere.
"ini yang sulit, guys" batin Nesa mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dia tak ingin memulai sesuatu yang baik dengan hal yang tidak baik seperti pertengkaran yang tidak perlu.
Malam itu Nesa mencoba memberitahukan rencananya dengan Debie kepada Piere.
"Aku mau ke Jakarta, blablabla.."
Nesa menjelaskan panjang lebar ke Piere.
Saat Nesa selesai bicara, Piere berkata
"Kalau kamu ke Jakarta, lebih pilih berbisnis, kalau kamu sukses, pasti kamu mencampakkan aku" kata Piere.
"Astagaa.... sepicik itu cara pikir kamu, Piere? Sampai kapan kita terus begini? Tidak mungkin sepanjang hidup terus menerima jatah dari orang tua kan? Aku ingin mandiri, ingin hidup normal seperti keluarga lain. Sekecil apapun hasil yang kita dapat dari jerih lelah kita sendiri, itu nilainya lebih besar dari pemberian orang tuamu, !" tegas Nesa.
"Cape tau menunggu kamu bertindak
Setiap disuruh cari kerjaan, selalu alasan tidak punya keahlian. Bagaimana tanggung jawab seorang suami?
Aku ga mau hidup seperti kamu yang puas dengan pemberian orang tua. Aku masih muda, aku harus kerja. Jangan menghalangiku lagi." tukas Nesa.
"Baiklah, terserah kamu. Kalau kamu ke Jakarta, aku mau pulang ke rumah orang tuaku." balas Piere.
"Whatever lah..."
Nesa tak habis pikir dengan cara pikir Piere yang begitu picik. Mungkin alkohol sudah memangkas cara pikirnya menjadi pendek.
Yang ada di pikirannya kalau Nesa keluar rumah, bekerja, Nesa akan di ambil orang lain. Karena katanya Nesa sudah pernah dengan laki laki lain sebelum dia. Sebenarnya Nesa kasihan kepada Piere yang karena alkohol sudah merubah dirinya menjadi orang yang minder, tidak percaya diri sendiri, jadinya selalu curigaan dan anehnya kalau sudah mabuk, selalu menganggap apa yang ada dipikirannya itu sudah terjadi alias Nesa sudah selingkuh di luar sana.
Semua ini membuat Nesa tak tahan. Dia sudah mengambil keputusan untuk merubah masa depannya menjadi lebih baik. Seolah nasib baik memihak Nesa kali ini. Datangnya kesempatan ini tidak mungkin di sia siakan Nesa.
***