Walk away, if you want to
It's okay, if you need to
You can run but you can never hide
From the shadow that's creepin' up beside you
There's a magic runnin' through your soul
But you can't have it all
Whatever you do
I'll be two steps behind you
Wherever you go
And I'll be there to remind you
That it only takes a minute of your precious time
To turn around
I'll be two steps behind
Yea, yea
Take the time
To think about it
Just walk the line, you know you just can't fight it
Take a look around you'll see what you can find
Like the fire that's burnin' up inside me
Now there's a magic runnin' through your soul
But you can't have it all, no
Whatever you do
I'll be two steps behind you
Wherever you go
And I'll be there to remind you
That it only takes a minute of your
precious time
to turn arround...
I'll be two step behind you... ?
***
Nesa mendengarkan lagu itu sambil memejamkan mata. Lagu itu selalu membuat Nesa sedih, karena selalu teringat dengan seseorang. Where are you now, Giov? Tiba tiba rindu itu muncul di hati Nesa.
Terus mencintai bukan berarti ingin memiliki. Dirinya sudah berusaha melupakan sosok itu. Karena pasti dia sudah punya kehidupan yang bahagia di jauh sana. Biarlah yang terjadi di antara mereka menjadi kenangan terindah.
Nesa melirik jam tangannya. Berharap pesawat segera mendarat. Masih sekitar 30 menit lagi. Nesa merapikan dandanannya, merapikan isi tasnya, mencoba menyibukkan diri.. Nesa tak sabar lagi untuk segera melihat Jakarta. Yaa, ini kali pertama Nesa ke ibukota.
Akhirnya pesawat yang ditumpanginya mendarat mulus. Nice landing.
Nesa merapikan barang bawaannya yang berupa kudapan khas daerahnya, oleh- oleh buat keluarga Debie.
Sambil menunggu jemputan, Nesa mengambil kesempatan untuk selfie dan langsung story di sss dan ig. Hehe, no bully ya guys...
Sudah cukup lama Nesa selesai mengambil bagasi, barulah orang yang ditugaskan Debie tiba. Segera Debie masuk ke mobil jemputan lalu sibuk membaca komen di sss dan membalas satu persatu. Nesa jadi senyam senyum sendiri membaca komen sahabat sahabatnya. Tiba tiba notif sss berdenting lagi. Kali ini ada Friend request. Nesa terkejut saat dibukanya nama orang yang request. Giovani. Segera Nesa membuka profilnya. Nesa melihat profile picturenya. Foto keluarga yang terdiri dari ayah ibu anak. Kelihatan sekali di foto kalau mereka merupakan keluarga kecil yang bahagia dan harmonis. Nesa tersenyum sedih melihatnya.
"Kalau saja diriku mampu bersabar menunggu Giov, pasti akulah orang paling bahagia yang ada di sampingnya sekarang" batin Nesa.
"Hmmm, sadar Nesaa.... it's over now" lanjut Nesa sambil melamun mengingat semua kenangan indah bersama Giov.
Dengan ragu, Nesa akhirnya menerima pertemanan itu. Kan hanya temenan di sosmed, ga ada salahnya, pikir Nesa.
Tak lama setelah Nesa confirm, muncul notif di messenger. Bisa ditebak, pasti Giov.
"Hallo, makasih sudah dikonfirm. Apa kabar, bisa kasih no hp kamu plisss... " chat Giov.
Ketik Nesa, "tumben ingat nama aku di sss. Apa kita pernah kenal sebelumnya?"
Balasan Nesa langsung di read. Artinya Giov di sana menunggu jawaban Nesa.
"Aku tahu kamu ada di Jakarta. Aku selalu ikutin ig dan sss kamu. Aku ingin ketemuan. Kamu mau nginap di mana? Aku jemput yaa... "pesan Giov muncul lagi di layar ponsel Nesa. Nesa termenung. Selama ini Nesa berusaha tidak mencari tahu di mana keberadaan Giov. Ternyata selama ini dia stay di Jakarta. Dan sudah menikah. Punya anak perempuan yang imut. Mungkin anaknya sekitar 3 tahunan.
Nesa yang melamun jadi lupa membalas pesan Giov, di seberang sana Giov penasaran karena dicuekin.
Drrrt.... drrrrtt.... ponsel Nesa bergetar. Dilihatnya layar, Giov calling on messenger.
Ragu-ragu Nesa akhirnya mengklik tombol yes.
"Hallo.... " terdengar suara bariton yang menurut Nesa sangat seksi menggema di telinganya. Suara Giov banyak berubah sekarang. 6 tahun lebih tidak pernah bertemu, tentu sudah merobah sosok Giov menjadi lebih dewasa.... dapat di dengar dari suaranya.
"Hallo..." Balas Nesa.
"Kamu apa kabar? Kita harus ketemu.. Ada yang harus kita bicarakan. Pliss, jangan menolak" kata Giov.
"Maaf Giov, aku ga bisa. Aku harus ke rumah sepupuku. Ini lagi di jalan. Lagipula ga ada lagi yang perlu kita bicarakan." tolak Nesa langsung menutup panggilan.
Giov yang ga terima dirinya ditolak Nesa, menjadi nekad.
"Kita liat aja kalo kamu masih berani menolak ketemuan... " batin Giov sambil mengetik sesuatu. Selang beberapa saat notification sss Nesa berbunyi lagi. Omg, g*la ni orang. Giov komen di statusnya.
"Sayang, kita jadi ketemuan kan... Buruan"
kata Giov. Nesa langsung pucat pasi dibuatnya. Langsung aja Nesa men-delete komen itu. Moga aja belum ada yang sempat membacanya, harap Nesa.
Ting.... Lagi muncul pesan dari Giov
"Aku tunggu tar malam di hotel Form*la1 Cikini jam 7 teng. Jangan coba ga datang. Aku bisa lebih nekad. Ini no ponsel aku 08*********."
Nesa melirik jam tangannya. Jam 3 sore. Nesa dibuat kalut oleh kelakuan Giov. Mengapa masih saja perlakukan Nesa seperti miliknya? Seenaknya mengatur hidup Nesa. Tapi kalau mau jujur, di lubuk hati yang paling dalam, Nesa justru senang Giov masih memperlakukan Nesa seperti itu. "Ternyata dia juga belum bisa melupakan aku. Hmm, Nesa....bukankah ini yang kamu inginkan? Tunggu apa lagi?" pikir Nesa. Tapi sisi baik Nesa berusaha mengingatkan Nesa untuk tidak bertemu Giov.
"Apa jadinya kalo sampe Piere tahu aku ketemuan dengan mantanku? Mungkin dia akan membunuhku."
Aaakhh pusing mikirin semua itu. Lebih baik fokus bisnis aja dengan Debie, putus Nesa. Dia lalu memblokir Giov dari pertemanan di sss.
Akhirnya Nesa sampai juga di rumahnya Debie di daerah Duren tiga.
"Akhirnyaaa......" sambut Debie senang. Di peluknya Nesa erat.
"Ihh kamu kok kurus amat sih? Piere ga kasih kamu makan ya.... " Debie memperhatikan Nesa dengan seksama.
"Hmmm, kamu ga bahagia... I see!" lanjut Debie.. Nesa tahu dia akan terus kekeh cari tau keadaannya. Mata Nesa langsung berkabut. Tapi dia memilih diam.
"I'm sorry dear..... ga seharusnya aku membuatmu sedih. Enjoy your vacation. Kutunjukkan kamarmu. Istirahat dulu, kamu pasti cape. Tar malam ku ajak jalan-jalan"
cerocos Debie. Nesa pun masuk ke kamar yang ditunjuk Debie, merapikan barangnya yang ga seberapa. Setelah itu Nesa memutuskan untuk mandi karena badannya gerah. Sejak subuh dia sudah keluar rumah menuju bandara karena jarak rumah ke bandara cukup jauh. Melanjutkan perjalanan dengan pesawat route Manado - Makasar - Jakarta. Cukup panjang dan melelahkan. Belum lagi masalah yang ditimbulkan Giov selama perjalanan dari bandara sampe rumahnya Debie. Membuat pikiran Nesa menjadi mumet. Mandi berendam is a good idea. Yeah, Jakarta.... I'm here. Be nice to me, please... Nesa berharap.