Can't replace to another heart

1089 Words
Malam pertama di Jakarta, Nesa menikmati yang namanya macet. Perjalanan mereka ke tempat Debie janjian ketemu dengan suaminya untuk menjamu Nesa terjebak macet. Suami Debie, Steve sudah duluan nyampe di sana. "Nesa, besok pagi kita mulai hunting yaa. Kita pilih baju yang lagi trend di sana yaa, juga model-model terbaru di sini. Kita cari distributor yang harganya murah tapi bagus dan bahannya berkualitas, biar nanti kita ga malu-maluin bersaing dengan toko di sana. Iya kan?" kata Debie memecah kesunyian. "Siap... 86." sahut Nesa antusias. Ga sabar dirinya menunggu esok hari tiba. Hal yang paling disukai wanita adalah shopping, ya kan? Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat tujuan. Ketika mereka turun dari mobil, Nesa memperhatikan sekeliling dan membaca tulisan di depan gedung. Hotel Form*la1. Nesa berusaha mengingat di mana dia pernah mendengar nama ini. Beriringan dia masuk bersama Debie. Alunan musik menyambut mereka, menyapa lembut telinga Nesa.. Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi Tercipta nelangsa merenggut sukma Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati Saat mendengar lagu itu entah mengapa dia tiba tiba ingat kalau Giov lah yang tadi mengajak Nesa ketemuan di tempat ini. Deg. kok bisa kebetulan banget yaa. Nesa jadi nervous seketika itu juga, seolah dia bisa merasakan kehadiran Giov di tempat itu. Ahh, halu... "Itu Steve.. " tunjuk Debie dan langsung menuju meja paling sudut. "Yang, ini lho sodaraku yang paling imut... Nesa, ini Steve... " Debie saling mengenalkan keduanya kemudian keduanya saling salaman dan say hi. Setelah itu Debie langsung memesan makanan untuk mereka bertiga. Makan malam mereka disertai obrolan hangat. "Selamat malam,..." tiba tiba suara lain datang mengusik. Nesa mendongak dan terkejut. "Giov... " lirih Nesa. "Iyaa... maaf kalau saya mengganggu waktu makan kalian. Saya Giovani, kalau tidak keberatan, ijinkan saya mau bicara dengan Nesa. Bisa kan? " kata Giov sopan. "Nesa? " tanya Debie. Nesa bisa melihat mata Debie yang penasaran menunggu penjelasan Nesa. "Aku..... " suara Nesa tercekat di tenggorokan. Melihat Nesa yang nervous, Giov menarik tangan Nesa dan berkata kepada Debie dan Steve, "Jangan kuatir tentang Nesa. Nanti ku antar pulang." Terpaksa Nesa mengangguk malu ke Steve dan Debie. Nesa mengikuti langkah Giov, two step behind. Always. "Apa yang kamu lakuin tadi! Kamu membuatku malu, Giov! Apa kata Steve dan Debie nanti?" protes Nesa marah. Mereka sampai di parkiran, Giov membukakan pintu mobilnya untuk Nesa. Setelah keduanya sudah di dalam mobil, Giov tak langsung menjalankan mobilnya. Ditatapnya Nesa lekat, yang ditatap merasa. Pandangan keduanya beradu. "I miss you... " kata Giov. "Miss you so much, honey.." sambung Giov sambil memegang tangan Nesa. Nesa bisa melihat rindu itu sarat di matanya. Nesa bisa merasakan hanya dengan menatapnya. "Tahukah kamu, aku menunggu dengan sabar hari ini terjadi ... Karena aku yakin akan ada hari ini untuk kita berdua" Giov meremas tangan Nesa lembut. Nesa mau berkata sesuatu, tapi Giov menutup bibir Nesa dengan telunjuknya. "Jangan rusak pertemuan kita ini dengan protesmu, plisss.... Enjoy it honey... Aku tau cintamu selalu untukku. Takkan berubah. So do I" Tiba tiba Giov menarik tangan Nesa mendekat dan langsung mencium bibir Nesa. Bukan mencium, melumat. Buat yang sudah merasakan truly love pasti tau rasanya mencium dan dicium pasangannya dengan cinta. Ciuman yang dalam namun tidak menuntut. Pemberian yang benar benar dari hati. So sweet. Tak ada yang mampu menolak diperlakukan seperti itu. Nesa memejamkan mata menyesap bibir manis Giov, berpikir sudah berapa lama dia merindukan momen inj.. Nesa menangkup pipi Giov dengan kedua tangannya, ingin merasa bahwa ini nyata, bukan mimpi. Kedua bibir saling kecup, bertautan, saling memberi rasa, dan keduanya menemukan kenyataan, bahwa keduanya masih sangat saling mencinta. Tiba tiba Nesa menghentikan kegiatannya, menjauhkan diri dari Giov dan berkata "Tapi ini salah, sayang... kita sudah punya keluarga masing masing," kata Nesa sedih. "Trus, kalo kamu beneran sayang sama aku, kenapa kamu menikah?" cecar Nesa egois saat ingat foto profil Giov di sss. "Karena awalnya aku ingin nyerah! Menyerah mengharapkanmu yang sama sekali tidak pernah mencariku. Tidak pernah merindukanku. Malah hidup bahagia dengan Piere! Aku sakit hati, sakit hingga hampir gila. Entah berapa banyak perempuan yang menjadi korban dan kutinggalkan. Aku lelah mencari dirimu di diri perempuan lain. Hingga orang tuaku turun tangan dengan menjodohkanku dengannya. Aku cape, honey.. Kuturuti keinginan mereka dan menikah. Pikirku, kamu aja bisa bertahan dengan Piere, maka aku juga pasti bisa dengan Maya. Tapi aku salah. Bayangmu semakin mengganggu. Kuputuskan mencari tahu keberadaanmu di sosmed. My lucky day, kamu datang ke Jakarta. So, thanks for coming, honey... aku ga perlu balik ke Manado." kata Giov panjang lebar. "Anak dan istrimu di mana" tanya Nesa penasaran. "Di Manado. Aku stay di Jakarta udah lebih dari setahun" jawab Giov santai. "Kenapa? " cecar Nesa "Yaa, di sinilah aku sekarang." kata Giov mengelak, tidak menjawab pertanyaan Nesa. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Nesa tersentak kaget saat ponselnya berbunyi. Oma Ziano calling. Di tekannya tombol yes sambil menaruh telunjuknya di bibir, menyuruh Giov diam. "Hallo mamaa.... Ma, mama di mana cihh? kok ga pulang-pulang? Ziano ga bisa bobo kalo ga ada mama..." rengek Ziano manja. Ternyata anaknya semata wayang yang kangen hingga omanya menelpon Nesa. "Ziano sayang.... sabar yaa, mama belum bisa pulang. Mama lagi cari duit yang buanyak buat Ziano sekolah yaa... Ziano bobonya sama oma. Ingat ya de'... jangan nakal nakal, tar oma sedih kalo dede Zianonya nakal. Ziano sayang oma kan? Nurut sama oma ya sayang... Love u, muach muach" balas Nesa lalu menutup panggilan. Giov memperhatikan Nesa yang tiba tiba sedih. Maklum, ini pertama kalinya Nesa jauh dari anaknya. "Jangan sedih gitu, tar anakmu di sana ikutan jadi sedih kayak mamanya" hibur Giov sambil mengelus kepala Nesa dengan sayang. Nesa memejamkan mata, tersentuh dengan kelembutan Giov. "Honey, sekarang Ziano sudah mulai sekolah yaa.. pasti anak kita itu pintar kayak mommy and dad nya dong..." tanya Giov sambil menstater mobilnya. "Anak kita? " gumam Nesa. "Kamu boleh membohongi mereka, honey... tapi aku ga bisa kamu tipu. Perasaan aku ke Ziano terlampau kuat, begitu sebaliknya. Walau kita belum pernah bertemu, hati kita connect. Bukti kecil adalah kejadian tadi, Ziano tiba tiba menelpon saat kita lagi bersama. Dia merindukanku, sama seperti mommy nya, bener kan?" sambung Giov sambil tersenyum. Deg, sumpah Nesa ga tau harus bersikap bagaimana. Mengapa bumi selalu berputar membawa Nesa kembali ke Giov? Nasib seolah mempermainkan mereka. Sekarang memang mereka bertemu, tapi bagaimana nanti? Haruskah setelah kembali ke kehidupan sebenarnya, ke keluarga mereka masing-masing, kejadian malam ini di anggap tidak pernah terjadi? Apakah ini semua semu? Ataukah hanya mimpi yang membuat hati mereka berharap? In fact... mereka berharap dunia berhenti sampai di sini saja. Together
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD