Sejak kepergian Giovani dan tak pernah ada kabar, Vanesa melewati harinya tanpa pernah tersenyum. Pulang kuliah langsung mengurung diri di kamar. Rutinitas kesehariannya dilalui bagai robot... tak ada yang bisa menarik perhatiannya.
Namun hari itu sedikit berbeda. Pulang kuliah saat turun dari angkot, Nesa melihat ada mobil yang parkir di depan kosan.
"Haloo... kenalkan saya Piere. Saya cucu dari oma pemilik kosan ini" kata cowok itu ramah sambil mengulurkan tangan.
"Vanesa..., saya kos di sini" jawab Nesa ragu tanpa mengulurkan tangan.
" Maaf, ..." Nesa pun melewati Piere begitu saja dan masuk ke kamarnya, meninggalkan Piere yang terpana.
" cantik,.." gumam Piere.
Piere pun melangkah masuk ke rumah utama milik omanya itu dan langsung mencari omanya..
Sementara di kamarnya Nesa tiba tiba merasa mual...
"Oh no, whats wrong with me?"
Mualnya terus menerus mengganggu, sampai Nesa harus ke kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin tampak di dahinya. Kasihan sekali Nesa tak punya teman dekat di kosan itu. Sejak Nesa pacaran dengan Giov, Nesa tak pernah lagi jalan bareng teman kampusnya. Hari harinya selalu bersama Giov.
"Tidak, aku tak boleh sakit. Ga ada siapa siapa di sini yang akan ngurusin kalau aku sakit." Padahal pagi tadi semua baik baik saja... Tak bisa tenang, Nesa memutuskan untuk ke apotik dekat kosan.
Pas mau keluar, ternyata Piere masih duduk bercakap sama sepupunya Jimmy di teras depan.
"Nesaa, mau ke mana?" tanya Jimmy
"Mau keluar bentar.. " pamit Nesa tanpa menjelaskan tujuan sebenarnya. Nesa sejujurnya sangat takut dan bingung saat ini.
Bergegas dia ke apotik beli testpack, lalu langsung balik ke kosan. Dilewatinya begitu saja Jimmy dan Piere juga teman kos yang lain yang sudah mulai pesta miras.
Dengan harap cemas Nesa menunggu hasil nya keluar.
" Hiksss, Seandainya positif, aku harus gimana, Tuhan?"
Plissss jangan, plisss...
Dengan memberanikan diri Nesa mengintip testpacknya. 2 garis!
"OMG.... aku hamil, tidaaakk. "
Nesa tak mampu menerima kenyataan pahit ini..
"Where are you, Giov? "
Hiks hiks... dengan tersedu Nesa menangisi nasibnya. Apa yang harus aku lakukan?
Kalau sampai orang tuaku tahu, aku harus bilang apa? Ayah dari anak dalam kandungan inipun entah di mana... Tidak sanggup aku melihat orang tuaku kecewa dan menanggung malu akibat perbuatanku.
Sampai larut malam Nesa tak bisa tidur. Di luarpun terdengar berisik karena mereka mulai mabuk..
Tak tahan dengan suara berisik di luar, Nesa pun keluar kamar. Di luar dia langsung di sambut dengan bau alkohol dan asap rokok.
"hallo cantik, ayo gabung dengan kita""
Mereka semua cewek cowok sudah dipengaruhi alkohol. Cara bicara dan kelakuan mereka juga sudah tak terkontrol..
" Piere menuang minuman ke dalam gelas dibatas meja dan menyodorkannya ke tangan Nesa....
"Ayo minum... " Piere senyum smirk.
Entah apa yang merasuki pikiran Nesa saat itu, tanpa ragu dia mengambil gelas dan langsung menenggak minuman itu. Rasa panas menjalar masuk ke tenggorokannya.
Mukanya memerah. Ini pertama kalinya Nesa mencoba minum minuman keras. Bisa dipastikan, Nesa langsung merasa tubuhnya tidak nyaman. Rasa panas itu membuat Nesa gelisah. Piere yang melihat Nesa seperti itu kembali menuang minuman ke dalam gelas dan langsung meminumnya habis. Sekali lagi menuang minuman ke dalam gelas, lalu menyuruh Nesa minum
"Giliranmu! " kata Piere
"Ga ahh" tolak Nesa. Tiba tiba dia ingat keadaannya yang lagi hamil, membuat Nesa nekad. Diambilnya gelas dari tangan Piere dan kembali menenggak sampai habis. Tak butuh berapa lama, kepala Nesa pusing, dunia terasa penuh bintang.. Badannya lemas tak berdaya...Terakhir yang diingat Nesa adalah Piere yang membawa Nesa masuk ke kamar..
***
Pagi itu Nesa terbangun dengan kepala pusing. Sangat pening. Nesa ingin ke kamar mandi tapi dia tidak mampu bangun dari tempat tidur. Setelah beberapa saat Nesa berusaha bangkit, dia menepis selimutnya dan terkejut karena ternyata dia naked. Nesa beeusaha mengingat kejadian semalam. Ketika memorinya kembali, dia terkejut dan langsung terisak. Saat terisak, Piere keluar dari kamar mandi.; membujuk Nesa yang menangis tersedu..
"dont worry, kalau kamu hamil, aku pasti tanggung jawab"
Piere mengaku, dia sudah jatuh cinta kepada Nesa saat melihatnya kemarin.
Jujur, Nesa sama sekali tidak menyukai Piere karena pergaulannya dan kebiasaan minum alkohol itu. Saat mau protes, Nesa teringat dirinya yang sedang hamil. Sumpah demi apapun juga, kelemahan Piere di atas membuat Nesa berpikir untuk memanfaatkan Piere. Daripada orang tuanya malu kalau dia pulang kampung dengam perut buncit tapi tanpa suami..
Diam diam Nesa mengambil keputusan nekad dalam hatinya.
Sejak hari itu Nesa berusaha menerima Piere di sisinya, dan menyimpan rahasia besarnya sendirian. Menjalani hari harinya sambil menunggu waktu yang tepat. Dengan terpaksa pula Nesa memberikan dirinya dinikmati oleh Piere agar nanti tidak timbul kecurigaan saat Nesa mengaku hamil.
Meski kadang ada perasaan bersalah muncul dalam hati Nesa, karena harus membohongi Piere...
***
Piere adalah anak tunggal yang manja dan tidak mandiri. Di usia yang sudah 26 tahun dia tidak bekerja, hanya mengandalkan harta orang tuanya. Hobinya ikut balapan mobil, drag race atau bahkan sampai balapan liar antar geng. Setiap malam minggu memenuhi jalan kota, ikut konvoi memamerkan mobil mobil mereka. 1 lagi hobi yang tidak bisa dipisahkan darinya, tak ada har tanpa alkohol. Hal ini membuat jiwanya labil, menjadi pendiam kalau tidak lagi dalam pengaruh alkohol. Itu sebabnya Nesa merasa tak bisa matching dengan cara hidup Piere.
Nesa berbanding terbalik dengan Piere. Nesa selalu kagum dengan orang yang pintar dan rajin serta ulet. Karena Nesa adalah cewek yang pintar. Sejak awal di Sekolah Dasar sampai kuliah, Nesa selalu mendapat nilai terbaik. Makanya Nesa sangat menyesal harus ada kejadian hamil sebelum dirinya selesai kuliah. Tapi apa mau dikata, semua sudah terlanjur terjadi.
***
Memasuki 8 minggu kehamilan, Nesa makin sering mengalami morning sickness. Untunglah Piere bukan orang yang peka. Dia tak banyak mengerti tentang perubahan tubuh seorang perempuan.
Sedikit waktu lagi, Nesa... bertahan...
Sebisa mungkin Nesa menutupi keadaannya. Karena sejak Nesa menerima Piere jadi pacarnya, Piere pun tinggal di rumah omanya yang notabene adalah tempat kosan Nesa. Walaupun begitu, Piere tinggal di rumah infuk, dan Nesa di kamar kosan. Hubungan Nesa dengan tantenya Piere atau mamanya Jimmy juga baik. Mereka tidak keberatan dengan hubungan Nesa dan Piere. Kalau ada acara keluarga besar mereka, Nesa selalu di ajak.