next step

1043 Words
"Vanesa... kamu kenapa? " tanya Piere di suatu pagi, saat dia tak bisa menahan mualnya dan langsung lari ke kamar mandi.. Piere menatap Vanesa saat cewek itu keluar dari kamar mandi. Wajahnya yang pucat dan lesu membuat Piere kwatir.. "Ayo kita ke dokter" kata Piere dan langsung menarik tangan Nesa menuju mobil. Tanpa menghiraukan protes Nesa, Piere membuka pintu mobil dan menyuruh Vanesa masuk. Mobil pun langsung dilarikan menuju klinik terdekat. Karena masih pagi, suasana klinik masih sunyi, Nesa bisa langsung di periksa. Saat keluar dari kamar periksa, dokter langsung menyalami Piere dan berkata "Selamat yaa, istri anda sedang hamil" Nesa tidak berani menatap Piere. Sepanjang jalan pulang tidak ada kata yang terucap di bibir keduanya. Sampai di kosan, Piere berkata "Nesa, besok kamu pulang dulu ke kampung, ke orang tuamu. Aku akan bicara dulu dengan orang tuaku dan hari minggu nanti orang tuaku akan mengunjungi kalian, membicarakan pernikahan kita. " Nesa pun mengangguk dalam diam. Dalam hati Nesa, dia minta maaf karena jalan ini harus dia tempuh supaya orang tuanya tidak terlalu sedih, meskipun karena kejadian ini Nesa tetap aja tidak bisa membahagiakan orang tuanya yang sudah bersusah payah berusaha supaya dia bisa kuliah. Bahkan sampai menjual kebun mereka untuk biaya Nesa selama kuliah di kota. "I'm sorry Piere kalau aku harus berbohong .. " di hati Nesa cuma ada seorang Giov. Hati Nesa sudah terpaut pada orang yang telah mengambil kegadisannya. Maafkan Nesa kalau Nesa egois kali ini. Demi orang tuanya Nesa harus mengambil keputusan ini. *** Besoknya Nesa pulang ke rumah orang tuanya. Ibunya heran Nesa tiba tiba muncul. "Keke... kenapa pulang? ini bukan hari libur kan? " Keke adalah panggilan sayang orang tuanya untuk Nesa. "iya maa... pengen pulang aja" kata Nesa. "Apa duit kamu habis? " cerca ibu "Ga kok... masih ada" "Truss? " Nesa diam "Apa yang terjadi? " ibunya mulai was was melihat Nesa. Firasat buruk hinggap di otak ibunya Nesa tak bisa mengelak. Air matanya turun membasahi pipinya. Nesa terus menangis di depan ibunya.. "Maafin Nesa maa... " Belum sempat Nesa lanjut, ibunya langsung meraung memarahi Nesa dan teriak menangis sampai pingsan. Tetangga mereka berdatangan karena mendengar teriakan ibunya. Oh God... "semua karena aku.." batin Nesa sedih. Ibu ibu tetangga langsung menolong ibu Nesa. Bisa dipastikan bisik" tetangga bahkan orang sekampung akan membicarakan aib Nesa. Tapi Nesa berusaha tegar, berapa hari ke depan Nesa menghabiskan waktunya dalam kamar saja. *** Hari minggu pun tiba. Menjelang sore, 2 mobil berhenti di depan rumah Nesa. Walaupun Nesa sudah mendengar, tapi Nesa tetap tinggal di dalam kamarnya. Piere datang bersama orang tuanya. Dan oma juga tante Piere di mana Nesa kos juga ikut. Pembicaraan antar 2 keluarga pun tercipta. Keputusannya Piere dan Vanesa akan dinikahkan akhir bulan. Itu berarti 2 minggu lagi. Ayah Nesa tiba tiba berkata, "Anak kami hanya Keke seorang, kami juga ingin mengadakan pesta di sini sebelum hari pernikahan. Jadi 3 hari sebelumnya kita akan menggelar pesta di sini. Nesa dapat mendengar semua pembicaraan mereka dari dalam kamarnya yang kebetulan dekat ruang tamu. Sampai tamu pulang, Nesa tak kunjung di panggil walau sekedar untuk ditanyai. Belakangan Nesa baru diberi tahu kalau itu adalah adat di kampung itu. Nesa diam aja. Hatinya sedih karena harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya, walaupun itu adalah pilihannya sendiri. "Ah sudahlah... mudah mudahan cinta dapat tumbuh seiring berjalannya waktu hidup bersama." harap Nesa. *** Waktu berjalan begitu cepat. Dengan persiapan yang tidak maksimal karena waktu yang mepet, pesta pun di gelar. Pesta pertama di gelar di kampung Nesa. Semua yang hadir adalah undangan dari keluarga Nesa. hampir semua warga kampung hadir di pesta Nesa. Tapi Nesa tidak merasa bahagia.Hatinya justru perih harus menjalani hidup, seumur hidup dengan pria yang tidak di cintainya. 3 hari kemudian pesta di laksanakan di kota di sebuah gedung yang besar. Banyak juga undangan yang hadir saat itu. Teman kuliah Nesa juga memberikan surprise buat Nesa. Mereka berteman ada 8 orang. Semuanya pintar dan berprestasi. Nesa adalah yang pertama menikah di antara mereka. Mereka cewek semua. Dan saat Nesa turun dari mobil pengantin, mereka menyambut Nesa dengan peluk dan cium. Saat Nesa perhatikan, mereka berpakaian seragam pagar ayu.. "Oh God.... makasih banyak ya teman teman." Kehadiran mereka sedikit banyak bisa membuat Nesa bahagia. Pesta berlangsung sampai larut malam. Sesi foto bersama yang paling menyita waktu. Nesa melewati semuanya dengan perasaan tersiksa. Selain karena sedih bukan Giov yang menikah dengannya, juga karena tersiksa dengan gaun pengantin yang dia pakai. Terasa sempit di perutnya yang mulai membuncit. Sebisa mungkin ditahannya mual yang sering datang menganggu. " Akh akhirnya....." Setelah acara di gedung selesai , Nesa diperbolehkan pulang ke rumah Piere. Sampai di rumah harapan Nesa untuk bisa langsung istirahat sirna. Karena ternyata masih ada lanjutan acara di rumah. Miras dan disco tanah menyambut pemandangan Nesa. Di sini, saudara Piere dan teman teman dugemnya hadir. Nesa memilih masuk kamar dan mandi karena badannya terasa lengket dan gerah. Setelah mandi, Nesa melihat di atas tempat tidur sudah tersedia gaun malam untuk pesta yang sedang berlangsung di luar. Nesa memilih mengenakan baju tidur dan langsung tidur. Piere masuk dan melihat Nesa tidur. Piere membangunkan Nesa "Nesa... ayo kita keluar. banyak yang nungguin kamu... " Nesa diam aja, memilih terus tidur. Terpaksa Piere keluar lagi dan menutup pintu. Nesa membuka mata saat dirasanya Piere sudah keluar kamar. Suara bising musik dan riuh orang orang yang mulai mabuk sampai di telinga Nesa. Membuat Nesa tak bisa tidur. Hampir subuh baru mereka bubar. Tak ada yang namanya malam pengantin malam itu. Piere bahkan tidak tidur di kamar dengan Nesa karena sudah terkapar mabuk di sofa. Bangun pagi Nesa melihat kalau tempat tidur di sampingnya kosong. Hatinya pun kosong. Kalau saja bisa memilih, Nesa tak akan pernah mau memilih menikah dengan Piere. Never. Tapi Nesa tak punya pilihan. Air mata menetes di hari pertama setelah dia menikah. Akankah Nesa mampu menghadapi ini semua? Mampukah Nesa bertahan? Baru sehari dia bahkan sudah menyesali keputusannya untuk menikah dengan Piere. Mampukah Nesa merobah kebiasaan buruk Piere yang selalu mabuk di malam hari? Mampukah Vanesa mencintai Piere dan bertahan hidup dengannya? Semoga saja... Karena pernikaham bukan bicara waktu yang pendek tapi setiap hari, setiap waktu bersama, sampai maut memisahkan.. Bukan pula cuma bicara waktu, tapi bagaimana menyatukan dua pribadi yang berbeda menjadi 1 rasa, selaras dan harmonis ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD