PART 6

1101 Words
Dua bulan lamanya sudah Jessi bekerja di perusahaan Andre’s Corp sebagai sekretaris dari seorang Rafano Andreas. Dua bulan yang di laluinya tentu tidak mudah karena dirinya selalu di tekan untuk bekerja cepat dan teliti oleh Rafano Andreas alias bosnya yang bermuka datar dan selalu saja menyulut emosi dalam diri Jessi. Flashback On. “Keruangan saya sekarang” Suruh Rafa melalui interkom. Baru saja Jessi hendak menjawab, interkom itu langsung di matikan oleh bosnya. “Untung tu orang bos gue, coba kalau enggak ih” Dumel Jessi dan setelahnya masuk ke dalam ruangan Rafa. “Permisi tuan ada yang bisa saya bantu?” Tanya Jessi sambil tersenyum manis, padahal di dalam hatinya sangat ingin memaki bosnya yang datar tapi sialnya sangat tampan itu. “Kerjakan semua laporan ini dan sebelum jam makan siang antar keruangan saya” Jawab Rafa sambil meletakkan laporan tersebut ke atas mejanya. “What gila ni orang gak liat apa banyak banget laporannya mana sebelum jam makan siang harus selesai lagi” Batin Jessi kesal. “Baik tuan” Ucap Jessi. Jessi pun langsung mengambil laporan tersebut dan pamit keluar ruangan. Flashback Off. Dret dret … Suara panggil telepon mengalihkan Jessi pada ponsel nya yang tertera nama sang sahabat di layar ponsel tersebut. “JESSI HUWA GUE KANGEN BANGET SAMA LO” Teriak Siska di seberang sana. Jessi yang mendengar suara Siska pun sontak menjauhkan handphone dari telinganya. “Heh Markonah biasa aja dong suara lo, pengang nih telinga gue” Kesal Jessi. “Hehehe maaf bestie” Balas Siska. “Ngomong-ngomong ngapain lo nelpon gue?” Tanya Jessi. “Ooo iya hampir lupa tujuan gue nelpon lo sebenarnya itu gue mau ngajakin lo ketemuan. Gimana kalo sehabis lo pulang kerja?ada yang mau gue ceritaiin sama lo” Jawab Siska. “Bisa kok gue. Gimana kalo kita ketemuan di Cafe Flower dekat perusahaan gue aja?” Saran Jessi kepada sahabatnya itu. “Ayok, yaudah sampai ketemu di sana ya Jess bye” Tutup Siska. Setelah panggilan terputus, Jessi pun kembali melanjutkan pekerjannya. Jam pulang kantor pun tiba. Sebelum pulang Jessi pun masuk keruangan CEO. Tok tok tok … “Permisi tuan, apakah ada yang harus saya kerjakan lagi?” Tanya Jessi. “Tidak ada” Balas Rafa. “Kalau tidak ada pekerjaan lagi, apakah saya boleh pulang tuan?” Tanyanya lagi. “Ya” Jawab Rafa singkat. “Baik kalau begitu saya permisi tuan” Pamit Jessi dan keluar dari ruangan tersebut. Tidak lama Jessi keluar dari ruangannya, ponsel milik Rafa pun berdering dan tertera nama sang Mama di layar ponsel tersebut. “Halo Ma” Sahut Rafa. “Halo sayang, apakah kamu bisa pulang malam ini?” Tanya sang Mama. “Kalau Mama menyuruh pulang untuk menjodohkan ku lagi maka Mama sudah tau jawabannya” Jawab Rafa. “Rafa sayang umur kamu udah dua puluh delapan tahun lo dan kamu gak pernah sekali pun mengenalkan satu perempuan pun pada Mama dan Papa. Mama hanya khawatir sayang” Sahut Mama nya di seberang sana. “Kamu masih suka perempuan kan Raf?” Sambung sang Mama. Rafa yang mendengar ucapan sang Mama pun menjadi kesal. “Ma” Kesalnya. “Aku pasti akan mengenalkannya pada Mama dan Papa jika aku sudah menemukan perempuan yang aku sukai. Sudah dulu Ma, aku tutup” Ucap Rafa dan mengakhiri panggilan tersebut. “Ck” Decak Rafa sambil melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Rafa pun pergi ke sebuah club untuk menenangkan pikirannya. Kebiasaan yang Rafa punya ketika dirinya mempunyai masalah atau ada yang mengganggu pikirannya maka dia akan pergi kesana dan meminum banyak alkohol. ***** Saat ini Jessi sedang berada di Cafe tempat dirinya dan juga Siska berjanji untuk bertemu. Jessi pun langsung mencari keberadaan sahabatnya itu. Tatapannya pun jatuh pada seorang gadis dengan dress biru yang sedang asyik memainkan ponselnya. Jessi pun menghampiri Siska. Namun, sebelum itu dirinya berniat untuk mengejutkan sang sahabat. “DOR” Kejut Jessi pada Siska. Siska yang kaget pun reflek berucap “Kambing sapi bertelur”. Jessi yang berhasil mengejutkan sang sahabat pun sontak mengeluarkan tawanya. “Gila lo Jess kaget gue. Untung ni jantung masih kuat” Dumel Siska. “Hahaha duh Sis gue baru denger deh kalau kambing sama sapi bertelur” Ucap Jessi. “Namanya juga orang kaget, pasti kan gak sadar nyebut apaan” Balas Siska cemberut. “Yaudah sana lo pesan Jess” Sambung Siska. Jessi pun memesan makanannya. Ketika sudah selesai memesan, Jessi pun berbicara kepada Siska. “Bye the way tumben banget lo ngajak gue ketemuan, biasanya kan lo sibuk banget tuh sama butik lo” Ucapnya. Siska yang mendengar ucapan sang sahabat pun langsung menghela nafasnya kasar. “Jess” Ucapnya pelan. “Sebenarnya gue mau cerita ke lo. Gue sebenarnya mau di jodohin sama mama dan papa” Lanjut Siska. Jessi yang mendengar ucapan Siska pun melototkannya. “Hah di jodohin?yang bener Sis?” Ucap Jessi yang masih tak percaya. “Gue serius Jessi. Gue bingung di satu sisi gue gak mau ngecewain mama sama papa. Dan di satu sisi lagi gue gak mau di jodohin” Lirih Siska. “Apa lo tau orang yang mau di jodohin sama lo?” Tanya Jessi. Siska pun menggelengkan kepalannya. “Sis dengerin gue. Gue tau yang namanya perjodohan apalagi di zaman sekarang terdengar sangat kolot. Tapi menurut gue gak ada salahnya lo nyoba untuk kenal sama orang yang mau di jodohin sama lo. Dari situ lo bisa lihat sifat dan sikap dia. Serta bagaimana cara dia melihat, memperlakukan, dan juga menghargai lo sebagai seorang perempuan. Ibaratnya lo pendekatan dulu sama dia. Kalau semisal lo emang gak srek sama dia, lo bisa bilang pelan-pelan ke orang tua lo. Gue yakin mereka bisa ngerti, apalagi lo anak satu-satunya yang mereka punya. Yang gue tau orang tua lo itu sayang banget sama lo, jadi gak mungkin orang tua lo bakal memaksakan kehendak mereka berdua. Tapi kalau lo srek sama dia ya lanjut aja haha” Ucap Jessi yang di akhiri dengan tawanya. Siska pun menjadi ikut tertawa karna sahabatnya itu. “Makasih Jess, gue jadi agak tenang” Ucap Siska sambil tersenyum tulus. “Sama-sama Sis. Itu kan gunanya sahabat selalu ada baik susah maupun senang” Balas Jessi tersenyum. Tak lama pesanan Jessi pun datang dan dirinya langsung saja memakan makanannya. Setelah selesai makan, keduanya pun melanjutkan kembali obrolan mereka. Waktu pun sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang membuat Jessi ingin pulang dan mengistirahatkan badannya. “Gue balik dulu ya Sis. Kapan-kapan kita ketemuan lagi” Ucap Jessi. “Yoi Jess atur aja nanti” Balas Siska. “Bye besti” Pamit Jessi. “Bye juga bestiku” Sahut Siska.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD