Insiden!

741 Words
Khumaira dan Laila sedang berangkat ke pasar Plono. Tapi, si Laila lebih dulu kabur karena mau membeli sesuatu. Khumaira berdecap kesal karena di tinggal, Laila. Tambah dongkol tatkala para pemuda, pria dewasa dan anak baru gede menyapa seraya mengerling nakal. 'Jaga itu mata, atau kucolok sampai mampus," batin Khumaira lagi tensi. Gadis cantik itu sedang asyik membeli sayur mayur dan ikan asin. Khumaira membayar sang Ibu penjual, tapi naas saat hendak menyimpan kembali dompetnya tiba-tiba ada seseorang yang mencopet dompetnya. Sontak Khumaira kaget dan meminta tolong para pengunjung pasar. Para lelaki hendak menolong namun langsung mundur tatkala preman pencopet menodongkan pisau tajam ke arah mereka. Khumaira panik sendiri akan situasi ini. Dan hanya Allah yang bisa menolong dirinya, "Ya Allah, tolong hamba dan mereka yang hendak menolong, hamba!" Ada empat preman datang membantu teman yang tadi di kepung. Mereka sering meresahkan warga di kala pergi ke pasar Plono. Azzam tadi sempat menonton sebentar insiden pencopetan. Dia melihat banyak warga tampak ketakutan akan situasi ini. Menarik napas sebentar sebelum mendekat ke arah mereka. "Permisi, boleh saya mendekat?" tanya Azzam kalem. Sontak para pria menatap Azzam kaget dan membiarkan pria berperawakan kekar nan tinggi maju. Azzam mengukir senyum untuk para Preman lalu berkata, "Ya akhi, ini bulan puasa tidak baik mencopet." "Bacot, kami yang copet lu yang rempong. Kalau mau ceramah di masjid saja!" bentak Preman yang mencopet. Azzam masih mengukir senyuman, "Baiklah, tolong mundur!" Para warga mundur menurut perkataan Azzam. Mereka cemas akan situasi ini tapi harus bagaimana lagi ini sangat mendesak. Azzam yang dasarnya sudah menguasai seni bela diri spontan langsung menendang pisau Preman gempal. Lalu berbalik menonjok rahang preman pertama. Perkelahian sengit cukup mendebarkan tatkala sang preman kalah telak. Azzam merebut dompet Khumaira dan mengantonginya. Preman yang jadi pemimpi geram pasalnya ketiga temannya sudah di ringkus warga. Ia mengeluarkan pisau hendak membunuh Azzam. Azzam memegang pisau itu agar tidak menghunjam perutnya. Tangannya terluka karena pisau tajam sang preman. Preman menarik pisau itu membuat luka sayatan dalam di telapak tangan Azzam. Azzam berusaha tenang lalu tanpa babibu menendang perut sang pelaku. Berakhir 4 Preman di ringkus warga ke pihak yang berwajib. Pengunjung pasar langsung lari mencari apotek terdekat untuk membeli perban, kapas dan lainnya. Khumaira mendekat ke arah sang penolong. Dia tidak jelas melihat wajah penolongnya. "Mas, terima kasih atas bantuannya," ucap Khumaira dengan tulus. Azzam menengok ke arah Khumaira sembari tersenyum tipis. Dia juga melihat gadis manis itu terkejut melihatnya. "Kak Azzam," gumam Khumaira dan buru-buru menunduk menghindari tatapan lembut manik Hazel pria yang sudah memikat hatinya. Azzam tersenyum melihat tingkah Khumaira. Dia menyerahkan dompet pada Adik sahabatnya Bahri. "Ini dompetmu, lain kali hati-hati apa lagi bulan puasa," nasihat Azzam sembari menyerahkan dompet. Khumaira kembali tersenyum sambil menerima dompetnya. Mata coklat sewarna lelehan karamel membulat melihat cowok itu terluka. Khumaira memasukkan dompet di tas lalu merobek sedikit rok bawahnya. "Maaf, Kak," cicit Khumaira langsung membalut luka Azzam. Dia meringis ngilu melihat luka itu yang dalam. "Nduk, ini saya beli kotak P3K, kapas dan perban!" seru pria sekitar 40-an. "Pakde, terima kasih," ucap Khumaira pada tetangga satu kompleks. "Kak, ayo ke sana, dan obati lukanya," usul Khumaira terlihat panik. "Tidak usah, Dik. Nanti obati di rumah saja ___” "Tidak bisa, nanti infeksi. Ayo ke sana!" kekeh Khumaira dan akhirnya Azzam menurut. Mereka duduk saling berjauhan. Azzam berusaha mengobati lukanya sendiri tapi kesusahan. Khumaira di rundung gelisah memikirkan mau bantu atau tidak. Ini bulan puasa tidak baik berbuat tidak pantas. Berbagi pertimbangan terus berputar di kepala dan akhirnya memutuskan untuk bantu. "Kak, maafkan saya kembali sentuh, Kakak. Sungguh ini darurat, tolong maafkan saya," sesal Khumaira. Khumaira dengan telaten mengobati luka Azzam penuh kehati-hatian. Setelah semua selesai dia buru-buru menjauh sembari menunduk minta maaf. "Mbak Khumaira, Laila cari in ke mana-mana ternyata di sini," dumel Laila. Khumaira mengukir senyum canggung ke arah Azzam. "Assalamu'alaikum, Kak. Saya permisi dulu," pamit Khumaira. "Wa’alaikumussalam, Dik. Hati-hati," pesan Azzam. Khumaira tersenyum lalu berlalu menghampiri Adiknya. "Mbak, itu Mas Azzam, kan? MasyaAllah ganteng banget," puji Laila setelah jauh. "Ingat puasa," tegur Khumaira. "Aish, Mbak kan masih datang bulan. Tadi baru saja mulai, betul? Mau beli pembalut sekalian, ngga?" decak Laila sembari berbisik. "Ah, Mbak lupa, Dik. Ayo temani Mbak beli," sahut Khumaira. "Mbak ini, ah kemarin Mas Azzam main loh gara-gara di seret, Mas Bahri," celoteh Laila. "Masak? Mbak ngga lihat, tuh!" celetuk Khumaira sedikit menggoda Adiknya. "Aa, Mbak ke kebun bantu Ibu jadi ngga ketemu, Mas Azzam," dumel Laila. "O, ya sudah lupakan!" "Dasar!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD