BAB 20 Tak Perlu Dijelaskan Lagi

1144 Words
Bagiku, itu sudah cukup Bagiku, tak mudah menerima, Bagiku, ada rasa ingin meninggalkan, Dan mengakhiri semua               Liliana didudukkan di tengah-tengah gazebo. Dikelilingi beberapa murid Padepokan. Sementara Tirta, sebagai sang Master berdiri tepat di samping Liliana sedang membaca doa-doa dan Arvita mempersiapkan sekantung plastik kecil untuk jaga-jaga kalau Liliana sampai muntah-muntah.             “Baik, saya proses rukyah ini, kalian bantu doa. Saya ingin mengeluarkan jin yang ada di dalam tubuh Liliana ini, bismillahirrahmanirrahiim…” Tirta memegang pundak belakang Liliana sambil membaca doa-doa juga mantra. “dengan segala izinmu Ya Allah, keluarkanlah jin yang ada di dalam tubuh Liliana. Yang menguasai jiwa dan pikirannya, Ya Allah. Keluarkanlah…!” tak lama kemudian Tirta menepuk-nepuk bagian tubuh yang lain sebelum akhirnya Liliana merespon dan merasakan sesuatu.             Tubuh Liliana berkeringat dan napasnya menjadi sesak. Seperti ada yang naik dari perut bawah sampai ke d**a. Mual.             “Ka, hoe, mau… mau muntah,” Arvita Theeta yang sudah siap sedia dengan kantung kresek pun, menempelkan kantung itu di mulut Liliana dengan dua tangannya.             “Ayo, keluarin Liliana. Kamu bisa,” support Arvita membantu Liliana sebisa mungkin.             “Hoek, hoek, hoek,” selama beberapa kali Liliana memuntahkan sesuatu yang hanya berupa air asam lambung saja. Namun begitu, seluruh tubuhnya terasa lemas sekali dan hampir pingsan.             “Yang kuat Liliana,” Arvita masih membantu Liliana dengan menahan tubuhnya agar tidak jatuh saat proses pembersihan.             “Keluarkan jin-jin kafir yang ada di dalam tubuh Liliana, Ya Allah. Jin yang selama ini ada di dalam tubuh dan menguasai hati, jiwa juga pikirannya. Yang membuatnya lemah dan menderita. Keluarkan jin yang bersarang di pundaknya, d**a, perut, kepala, atau matanya Ya Allah. Dengan kuasaMu, keluarkanlah jin yang ada di dalam tubuh Liliana ini, Allahu akbar!” Tirta menempelkan telapak tangannya di punggung Liliana dan menariknya dari bawah ke atas hingga pada akhirnya sesuatu terjadi.             Suara sendawa yang dialami Liliana sangat mengerikan dan berbeda. Seperti bunyi suara tokek yang tak berhenti bernyanyi.             “Sendawa terus, Lili! Kamu kuat!” Arvita terus mensupportnya, tapi tidak dengan tubuh Liliana yang melunglai. Akhirnya diapun pingsan karena kehabisan banyak tenaga.             Liliana ambruk.             “Lili!” Tirta terkejut dan membangunkan posisi Liliana yang tergeletak di lantai. Ditepuk-tepuk pipinya tapi tidak ada respon. Dibopongnya Liliana masuk ke dalam kamar yang ditinggali sementara saat di Padepokan. Arvita terus membuntuti dari belakang, sedang murid-murid yang lain ada yang masih berdiri di gazebo, pun ada yang merasa penasaran dan mengikuti Liliana.             “Kenapa dia, Master?” Arvita membuka pintu kamar Liliana.             “Sudah, nanti dulu penjelasannya. Makhluk yang ada di badannya sudah terlalu lama bersarang, susah keluarnya,”             “Memang makhluk itu apa, Master?”             “Qorin leluhurnya,”             “Apa? Qorin leluhur?”             “Sudah, kamu diam saja dan baringkan dia di sini, tolong ambilkan air minum segelas!” Tirta menyandarkan kepala Liliana di atas bantal dan memijit-mijit keningnya.             “Kakak, Kak…,”             “Ya, Kakak di sini,”             “Saya mau pulang,” igaunya dalam kondisi kurang sadar. Dari kepala sampai kaki semua berkeringat.             “Benar mau pulang? Biar nanti saya antar saja,”             “Siapa yang ada di badanku, Kak?”             “Nenek kamu, Lili. Nenek buyutmu,”             “Nenek?”             “Saya pernah melihatnya, tapi tak pernah terpikir lagi,”             “Iya, dia sejak dulu bersamamu, nanti saya bantu keluarkan,”             “Kak, saya mau pulang.”              Tiba-tiba gawai Liliana kembali berbunyi. Dan Arvita yang memegang gawai itu pun mengangkat panggilan video di mana di layar tampilan terlihat nama ‘Pak Bos’.             “Lili, Bos kamu telepon,” Arvita menyodorkan gawai itu tapi tubuh dan tangan Liliana masih lemas tak kuat menerimanya.             “Kau angkat saja, Vita,”             “Baik, Master,” diterimanya panggilan tersebut dan nampak seraut wajah lelaki yang dipanggil Pak Bos itu terkejut saat melihat orang yang menerima panggilan itu bukanlah Liliana.             “Hei, hei, kamu siapa? Maling ya? Ini hape punya Liliana, kamu siapa?” Pak Ardhan bermuka panik.             Arvita pun membalik posisi kamera itu mengarah pada Liliana yang sedang terbaring lemah dengan mata terpejam.             “Dia sakit, pingsan tadi Pak. Terus minta pulang,”             “Apa? Pingsan?!!”                                                                                         *            Mobil Luxio hitam itu terparkir tepat di depan pintu gerbang Padepokan Meditasi Tunggal. Tepat setelah dia mendapatkan kabar tentang kondisi Liliana yang mendadak pingsan dan sakit. Mendengar kabar tersebut, Pak Ardhan sebagai CEO-nya merasa bertanggung jawab penuh atas diri Liliana. Pak Ardhan membopong Liliana dari depan masuk ke dalam mobil. Saat itu kondisi Liliana sedang tertidur dan terus-terusan mengigau. Tak sadar dirinya sedang bersama dengan bosnya sendiri.             “Liliana, kenapa kamu malah jadi begini?” tanyanya resah. Semakin resah setelah mendengar penjelasan dari pengurus Padepokan itu saat menangani Liliana. Disentuhnya kening Liliana dan dikecupnya. Sebelum akhinya Pak Ardhan menutup pintu mobil dan dia berpamitan dengan pemilik Padepokan dan yang lainnya.             “Kalau dia sudah baikan, bawa Liliana kembali ke sini. Saya akan melanjutkan proses pembersihan dirinya lagi.”    Tutur si Tirta sebelum akhirnya dia berbalik badan dan masuk ke dalam Padepokan.             “Terima kasih, Master!” sahut Pak Ardhan melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil. Mobil pun perlahan-lahan berlalu pergi meninggalkan Padepokan, sedangkan tepat di sisi kiri tak jauh dari mobil sang CEO sebelumnya. Berdiri sosok Cleon bersama dengan temannya, Bernard yang baru saja tiba di Padepokan.             “Itu kan Liliana dan bosnya?” Bernard memberitahu Cleon yang mana lelaki itu tengah berdiri diam terpaku.             “Iya, katanya dia mau menungguku,”             “Ternyata…,”             “Lagi-lagi Bos posesif itu muncul lagi di saat aku hendak menemuinya.”             “Sabar, Sob!” Bernard menepuk-nepuk pundak Cleon, kali ini dengan tepukan yang lumayan keras.             “Sepertinya ini hari terapesku.” ucapnya tertunduk.  Mentari, tak sepenuhnya berpihak Pada dua waktu, Dia lebih mencintai pagi Daripada malam… V.I.N.D.Y             Vindy menguap lebar. Tubuhnya letih, karena habis mengeluarkan energi banyak saat bermalam dengan CEO-nya. Benar-benar letih, karena nafsu Pak Ardhan di malam itu benar-benar terlepas meski berujung kekecewaan.             “Sial itu Liliana, kenapa nama dia yang harus disebut!” Vindy mencoret-coret kertas kosong dengan tekanan bolpen yang kuat. Hal itu selalu dilakukan jika hatinya merasa tertekan. Vindy menarik selimutnya lagi dan berniat untuk tidur, tapi pikirannya kembali tertuju pada pekerjaannya yang sudah menunggu sejak tadi. Laptop dan kursi kesayangan, jika sudah tenggelam ke dalam tulisan maka siapapun tak bisa mengganggunya. Tangannya meraih gawai yang diletakkan di samping meja, baterai pun sudah penuh. Saatnya membuka-buka pesan. Baru saja dibuka masuk beberapa notifikasi dari beberapa teman, tapi bukan bosnya. Yang diharapkannya tidak mengirim apapun.             Bibirnya cemberut. Tapi kemudian, kembali tersungging saat membuka file video simpanannya semalam. Video yang menggairahkan dan panas. Disimpannya video itu dipindah ke alamat e-mailnya agar tidak pernah hilang. Bagaimanapun juga dia dapat menjerat Pak Ardhan dengan cara apapun. Vindy menarik tali tas jinjing yang tergeletak di bawah kasur. Mencari-cari sebotol minyak pengasihan yang tidak ada di dalam tas. Vindy terperanjat dan ketakutan. Ke mana botol itu? Jatuh di mana?  Gawat!                                                                                             *                              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD