BAB 18 Pelet Cinta untuk Sang CEO

1364 Words
            Ciuman terpanas itu mendarat di bibir Vindy seketika, saat Vindy baru saja datang ke apartemen Pak Ardhan. Sewangi parfum yang dipakainya langsung membuat klepek-klepek diri seorang lelaki lajang itu sampai tak kuat menahan nafsu kelelakiannya untuk memeluk dan mencium Vindy.             “Pak, Pak Ardhan, tolong eh, sabar sedikit,” Vindy berusaha melepas diri. Tapi, semakin dirinya berusaha untuk terlepas. Ciuman Pak Ardhan semakin menjadi-jadi, tubuhnya pun dikunci dan diangkat masuk ke dalam kamarnya. Lalu direbahkan di atas ranjang dan menatap mata Vindy lekat-lekat.             “Kamu sangat menggairahkan,” dilanjutkannya lagi ciuman panas itu sampai Vindy benar-benar terkuasai. Dress yang dipakainya pun tersibak pelan-pelan dari lengan atas pun turun ke bawah semakin ke bawah dan ke bawah lagi. Wangi semerbak tubuhnya yang sudah diolesi oleh minyak penjerat hati itu sukses.             “Malam ini, kau milikku. Ehmemmm,” ucapnya sambil melumat habis bibir Vindy dengan penuh gairah.             Tapi justru pikiran Vindy lari-lari entah ke mana, saat lelaki itu tengah menyusuri tiap senti bagian tubuhnya. Vindy malah meraba-raba sekitar ranjang untuk mendapatkan gawai Pak Ardhan. Dia ingin tahu apa ada pembicaraan dengan Liliana. Dan ternyata benar, baru saja Vindy berhasil meraih gawai itu. Ada panggilan langsung video call dari Liliana. Merasa mendapatkan momen yang tepat, dengan kondisi Pak Ardhan yang sedang memuaskan nafsu hewannya. Vindy menjawab panggilan video itu dan seketika terlihat seraut wajah Liliana yang duduk diam terbengong-bengong saat tampak di video itu adegan ranjang secara live terjadi. dengan tatapan mata Vindy yang seolah menikmati sekaligus mengejek Liliana bahwa posisinya kini ada di mana dengan CEO tercintanya itu. Sebagai wujud balas dendam pada kejadian beberapa hari yang lalu.             “Hai, Liliana,” gumamnya pelan lalu menunjukkan apa yang sedang dilakukan oleh Pak Ardhan pada dirinya. Ketika leher Vindy digigitnya dan Vindy melenguh sakit keenakan.             Panggilan video itu pun terputus.             Senangnya hati iblis Vindy kala itu dan pada posisi Pak Ardhan tak sadar sebagai orang waras. Vindy membuka aplikasi video dan merekam kejadian kenikmatan di malam yang penuh cinta dan kegairahan seorang CEO dengan penulis pendatang baru.             “Liliiii….” begitulah erangan Pak Ardhan saat dia mencapai klimaksnya. Bagai disambar petir, Vindy sampai mendelik mendengar erangan keenakan Pak Ardhan yang sudah menyantap tubuhnya dari ujung kepala sampai kaki. Dan seenaknya menyebut nama Liliana?             b*****t!                                                                             *             Liliana jatuh terduduk setelah dia mengakhiri panggilan video pada bosnya. Sekadar untuk mengabari bahwa dia sudah sampai di Padepokan dengan selamat. Tak menyangka saat dirinya tidak ada, rupanya gelagat binal Pak Ardhan tidak bisa diredam dan malah bersama dengan Vindy. Liliana terduduk di lantai terdiam dengan pandangannya yang kosong. Sedang Pak Ardhan seolah memberi hati padanya, tapi di sisi lain dia justru menerima hati dan kehadiran wanita lain. Apalagi sampai wanita itu mau mengorbankan dirinya sendiri sekadar untuk mendapatkan perhatian lebih dari CEO.             “Pak, kau penipu!”              “Siapa yang penipu?” celetuk suara seorang laki-laki yang ada di belakang Liliana.             Liliana menoleh dan ternyata itu suara si Penjaga gerbang, Spionase. Dengan muka cemberut, Liliana yang sedikit menahan air mata yang terbendung di pelupuk matanya itupun berkeinginan untuk pul.ang ke rumah saja.             “Kak Spion, saya mau pulang dulu ke rumah. Ada urusan mendadak,” kata Liliana tiba-tiba.             “Loh, bukannya mau menginap di sini?”             Liliana diam dengan mata yang terus memandangi gawainya. Antara ingin pulang untuk melabrak bosnya, tapi lagi-lagi keinginan itu justru harus diredamnya kuat-kuat. Pulang juga percuma, ketemu bosnya juga percuma pasti yang ada hanya marah-marah saat bertatap muka dengan dirinya.             Berbeda dengan Vindy. Vindy seolah mampu memberikan kehangatan yang lebih untuk Pak Ardhan. Tak disadari air mata Liliana pun menitik perlahan, merasa dibodohi oleh CEO-nya sendiri. Sementara dirinya sedang bersusah payah mengikuti kemauan Pak Ardhan, tapi yang terjadi malah di luar dugaan.             “Apa aku harus sudahi saja semua ini dan menyerah?” gumamnya sekali lagi. Spionase semakin tak mengerti tapi dia menepuk pundak Liliana pelan.             “Temukan jati dirimu, kau akan tau apa yang telah terjadi nanti,” ungkapnya kemudian melenggang kangkung pergi meninggalkan Liliana seorang diri di depan ruangan pemilik Padepokan.             “Kak Spionase!”             Spionase menoleh ke belakang, “Ya, apa?”             “Terima kasih ya?”             “Sama-sama,”             Liliana bangkit dan menunggu Kakak Tirta selesai menerima tamu yang datang, di luar teras itu dia berdiri lalu menatap gelapnya langit malam. Sampai kapankah ini akan berakhir jika yang dijalaninya baru tahap permulaan. Jalan masihlah sangat panjang.   Kutahu mengapa kuterpikat olehmu sedalam ini alangkah manisnya Tergapai rindu siang dan malam Sepenuh sanubari ini terbelenggu Tanpa canggung kini menatap rona wajahmu Biarkanlah tergantung aku diangan-angan mendampingi sepanjang waktu       Mata riang tenang menyejuki perasaanku                                                                                              * Dear diary, Aku pernah jatuh cinta sebelum ini, Aku jatuh cinta pada seorang laki-laki, yang membuat hatiku gelisah menjadi semangat. Pancaran wajahnya mengubah pikiranku yang sedih menjadi berpikir positif. Suatu penyakit somatisasiku menghilang tiba-tiba karena cinta. Aku membuka buku diaryku”Trifelo” yang telah menyimpan berbagai kenangan tentang indahnya “Jatuh cinta”. Pertemuan di 1 september Aku bertemu dengan Roki bulan september tanggal 12. Tepatnya pada hari kamis. Di hari itulah aku merasa suka dan jatuh hati padanya. Parasnya ganteng, kulitnya putih bersih seperti boneka. Dibandingkan denganku,tidak ada apa-apanya. Aku mengenalnya dari temanku”Auk” saat akan mencomblangkan dia dengan Roki. Tapi,entah kenapa malah aku sendiri yang berbalik menyukainya. Tapi,itu terjadi setelah aku meminta ijin pada”Auk”. Karena,dia sudah tidak memikirkannya lagi. Aku tidak tahu alasannya apa,yang jelas “Auk”itu adalah teman yang paling baik dan mengerti keadaanku.   Penantian di satu OktoberAku sering menunggunya di depan kelas,sebelum jam masuk dimulai. Demi dia,aku sering berangkat lebih awal. Hanya untuk melihatnya,semangatku kembali tumbuh dan menjadi Irma ramayanti yang dulu ceria dan tertawa. BukanIrma  yang terlihat sedih dan murung,teman-temanku kembali menjadi banyak dari sebelumnya. Hingga hampir dari mereka semua sudah mengenalku dengan predikat”Anak lucu”.   Penantian di satu NovemberAku, tak pernah merasa sejatuh cinta ini. Aku,biasanya hanya suka sesaat. Entah,darimana asalnya dia menjadi penyemangat hidupku. Aku sering mencurahkan isi hatiku padanya. Tapi, dia tidak mengetahui bahwa aku menyukainya. Aku,menyembunyikan perasaanku padanya,tapi semua teman-temanku mengetahui aku menyukainya setengah mati. Walaupun berapa orang dari mereka mengejekku dengan sebutan”Bagai pungguk merindukan bulan”.   Penantian di satu desemberHari ini tepat kamis,tanggal 4 desember. dimana,ini adalah hari ulang tahunku yang ke-20. masa pendewasaan yang akan merubahku bukan menjadi anak ABG. Walaupun,aku memang masih seperti itu. Upacara perayaan resmi adalah dengan membeli es krim untuk keluargaku. Kebetulan, ayahku saat itu selalu memberiku uang untuk merayakan hari kelahiranku. Dan,malam harinya aku menelpon Roki seperti biasanya. Dan, tak ada yang spesial saat itu.   Pergantian Tahun,awal JanuariRasa resah menyelimuti diriku kembali. Sudah hampir lima bulan ini aku berbohong padanya,aku mengatakan bahwa yang menyukai dirinya adalah temanku dan bukan “Aku”sendiri. Kebohongan karena aku takut juga malu untuk mengungkapkan semuanya. Apalagi aku seorang wanita. Roki,kau sedang apa?  Dan jatuh cinta itu pun kembali terulang pada orang yang berbeda.                                                                                                 *              Cleon mengirim pesan chat pada Liliana: [Cleon] Jadi kapan sampainya tadi? [Liliana] Siang, Cleon. Oh ya, kapan jadi nyusul ke sini? [Cleon] Lusa, aku datang. [Liliana] OK. Aku tunggu.               Cleon mengakhiri obrolan dan kembali membaca novel Liliana. Di atas kasur, Cleon mulai berkhayal. Membayangkan kalau suatu hari Liliana mau menerima dirinya sebagai seorang  kekasih hati. Apalagi kala itu dia sempat mencium bibir Liliana, mengawang-ngawang sudah pikirannya ke mana-mana. Namun sayang, Cleon dihadapkan pada satu pesaing yang berat. CEO Liliana sendiri yang notabene lebih punya kuasa dan menguasai Liliana. Padahal jelas-jelas tampak di depan mata Liliana, gelagat tidak baik bosnya itu sudah terlihat saat tengah bersama dengan wanita lain dan b******u mesra dalam kondisi mabuk. Luka lebam meski sudah agak hilang, sakitnya masih terasa.             Tak akan pernah terlupa. Cleon menyetel lagu kesukaan dari Tito- Kubenci engkau dengan cintaku, yang dia jadikan sebagai lukisan dirinya jatuh akan cinta. Mungkin takdir ini terlanjur menunggu Diriku tak dapat menghindari Walaupun seribu bintang tinggalkanku Dan mentari tak bersinar Aku takkan mampu tuk lepaskanmu Mencoba sejenak ungkapkan segalanya yang telah terjadi   Duhai cinta.. Tataplah aku disini tetap menatapmu Walau perih terus kau sakiti aku Tetap mengharapmu   Mungkin benar bila aku tak berarti Dan dirimu terlalu berarti Walaupun pekatnya bulan gelapkanku Dan pelangi tak berpijar Wajahmu terlalu indah tuk kubenci Dan kuterus mencintaimu Engkau terus melupakan aku                                                                                                 *                                               
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD