BAB 61 Akal Picik Si Vindy

436 Words
            Vindy nyelonong masuk ke dalam ruang kantor CEO siang hari itu dengan memasang raut muka cemberut dan kesal. Saat itu dia sudah mulai kehabisan akal dan tak bisa berbuat apa-apa lagi selain hal yang akan disampaikannya pada Pak Ardhan. Liliana saat itu sedang tidak bersama dengan Pak Ardhan, sehingga semakin bernyali-lah Vindy untuk mengutarakan niat jahatnya.             “Saya dengan Pak Ardhan mau menikahi penulis itu ya?” Vindy langsung saja menarik kursi di depan meja Pak Ardhan tanpa izin terlebih dahulu.             “Main nyelonong saja, tidak sopan! Sana pergi!” geram Pak Ardhan sampai menggebrak meja.             Tapi Vindy tak bergeming. Malah dia mengambil posisi duduk yang mantap seakan menyatakan pertentangan.             “Saya tidak mau Pak Ardhan menikahi dia, dia itu penulis yang nggak bermutu. Bikin bangkrut, novelnya sudah tak laku sekarang malah menggaet Bos sendiri untuk dijadikan istri? Itu taktik, Pak. Dia itu penipu!”             BRAK!             Sekali lagi meja itu digebraknya lebih keras. “Diam, dia bukan penipu. Kamu-lah yang penipu!”             “Anda terkena sihir Liliana, Liliana pasti menggunakan sihir untuk merayu Pak Ardhan, dan tak lagi ada perasaan pada saya?” sanggah Vindy yang bersiap-siap mengeluarkan gawainya untuk menunjukkan sesuatu pada Pak Ardhan.             “Diam kau, Vindy. Kamu yang main sihir, malah menuduh Liliana,” Pak Ardhan beranjak dari kursi dan meminta Vindy bangkit dari tempat duduknya.             “Begitu? Ingat Pak, saya masih menyimpan video kemesraan kita dulu, dan ini akan kusebarkan pada semua orang di kantor ini, agar mereka tahu kalau Bapak-lah yang mengkhianati saya dan malah memilih penulis pencundang itu!” kata-kata Vindy semakin menekan diri Pak Ardhan. Apalagi Vindy memberitahukan tentang video itu padanya.             “Hapus video itu, dan berapa saya harus bayar kamu untuk menyudahi semua ini? Jangan lagi datang ke kantor saya, kamu saya pecat!”          Pak Ardhan berusaha mencari cara untuk meraih gawai dari tangan Vindy tapi Vindy masih terus menahannya dan mengangkat gawai itu tinggi-tinggi. Vindy mundur-mundur ke belakang sementara Pak Ardhan maju terus menghadapnya hingga tak sadar kaki Vindy terantuk ujung sofa dan dia pun jatuh di atas sofa berikut dengan Pak Ardhan yang ikut terjungkal dan tanpa diduga-duga tubuhnya menindih Vindy, gawai itu pun terjatuh ke lantai. Wajah keduanya melekat dan bibir Pak Ardhan menempel di bibir Vindy. Pada saat itu Pak Ardhan berusaha untuk menarik diri tapi Vindy malah menarik ke pelukannya sampai akhirnya Vindy mencium bibir Pak Ardhan.             Tanpa diduga pintu ruangan kantor pun terbuka. Di saat itu sesuatu terjadi tepat di depan mata Liliana. Pak Ardhan menoleh ke arah pintu dan terkesiap lekas beranjak dari sofa dan berdiri dengan memasang wajah kikuk.             “Jadi …, ini yang sebenarnya terjadi?” *             
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD