BAB 60 Kecemburuan yang Membabi Buta
285 Words
Vindy melempar gawainya ke lantai sampai pecah menjadi beberapa bagian selepas dirinya melihat foto pertunangan Pak Ardhan dengan rivalnya, Liliana di aplikasi ** beberapa menit yang lalu. Ditelusurinya foto-foto dari ** CEO-nya itu satu per satu, api pun mulai membakar ubun-ubun Vindy. Terbakar sudah hatinya, teriris sudah perasaannya yang sudah sangat dalam. Harus, harus dengan cara apalagi agar dirinya benar-benar diterima dan tidak dianggap sebagai koleksi pengganti saja. Air mata Vindy berurai sudah, dia menangis sejadi-jadinya. Jiwa dan raganya sudah diberikan untuk Pak Ardhan, tapi lelaki itu malah memilih wanita yang lain, dan bahkan sosok yang amat dibencinya.
“Pak Ardhannn!!! Huhuhu …!” tangisannya memecah dan terdengar pilu, sampai terdengar oleh sahabatnya yang kala itu sedang tidur sampai akhirnya dia terbangun.
“Viinnnn!” Sabrina yang masih belum genap nyawanya dibuat kebingungan dan langsung terkesiap melihat Vindy sedang meronta-ronta.
“Aku sudah berikan segalanya, aku sudah berikan semuanya! Aku sudah mengorbankan apa yang kupunya. Tapi dia malah memilih dia …! Huhuhu!”
Sabrina mengucek-ucek matanya, “Dia, siapa?”
“Siapa lagi? Liliana … penulis dekil itu!” umpat Vindy kesal.
“Kenapa sih?”
“Pak Ardhan, sudah bertunangan sama dia, Liliana,” tandas Vindy.
Sabrina terkejut saat melihat gawai Vindy rusak dan bagian-bagian gawai tersebut terpental ke segala arah.
“Kok, kenapa hapemu? Hah?” Sabrina memungut satu per satu bagian gawai itu dan dipindahkan ke atas meja.
“Aku benci dia, aku benci dia!”
“Sabar, pasti masih ada cara untuk memisahkan mereka berdua,” Sabrina menepuk-nepuk pundak Vindy pelan. Sebagai sahabatnya, dia harus berusaha membantu sedapat mungkin agar temannya itu kembali mendapatkan kebahagiaan.
“Memisahkan mereka? Dengan apa?”
“Santet.”
“Kau gila.”
*
- Writer
