BAB 47 Mereka Para Astral

2009 Words
                                                                                      PART 1  ===================================================================================  (TAHUN 2006) #Setan itu Berdiri di Jendela Kamar# Malam hari adalah saat di mana waktu yang tepat untuk menulis cerita horor. Aku pun berkutat dengan komputer bututku, komputer pinjaman. Yah, kehidupan keluargaku tergolong tidak mampu semenjak uang pensiun Ayah ludes untuk bisnisnya yang bikin bangkrut. Sampai-sampai tidak bisa membeli komputer baru. Sedang pekerjaanku saja sekadar menjadi seorang guru les privat anak SD, dengan upah ratusan ribu saja. Semenjak aku sering dipecat dari tempat aku bekerja lantaran aku sering mencuri-curi waktu sholat dan makan siang. Aku bercita-cita untuk jadi penulis buku saja yang kerjanya cuma di rumah. Sebab pikirki, tidak akan ada tekanan. Komputer butut pinjaman ini adalah penolong masa depanku kelak. Dan malam hari ini, ketika semua lampu ruangan dimatikan tepat pukul 9 malam. Diriku sudah terpisah dari dunia nyata menuju dunianya setan. Energiku berubah menjadi negatif, seketika aku mulai merasa merinding saat .... Semua anggota keluargaku tidur. Mereka biasa tidur jam 9 malam. Dan hanya aku yang terjaga untuk menulis naskah. Aku tidak takut menonton film horor atau acara-acara pemburu hantu. Bagiku itu satu hiburan yang menarik tiap malam Jum'at. Seperti acara realiti show Dunia lain, yang selalu menguras energiku alias ikut kesetrum saat ada peserta ketakutan berteriak minta tolong, karena melihat penampakan Kuntilanak, Gendruwo atau hanya sekadar panci-panci bergerak sendiri dan lemparan batu dari yang tak nampak siapa yang melemparnya. Aku percaya ada setan, bahkan aku pecandu sinetron Di sini ada setan atau Antara ada dan tiada. Kutekan tuts-tuts hitam itu dengan cepat, mataku terfokus pada layar komputer. Aku ada di dunia setan detik ini. Pikiranku melulu adalah bayang-bayang setan, yang mana aku sendiri belum pernah secara nyata melihat penampakan mereka. Hanya sekali makhluk halus yang kulihat 4 tahun yang lalu, saat aku melihat sesosok kakek-kakek tengah berdiri di depan jendela. Sosok kakek berpakaian putih, wajahnya pucat pasi seperti mayat hidup. Rambutnya tergerai panjang dan dipenuhi uban. Kakek itu menatapku tajam, saat aku menyibakk tirai jendela itu malam-malam. Antara kondisi sadar dan tidak. Sempat membuatku tercekat. Siapa dia. Secepat itu aku membalikkan punggung dan melanjutkan tidurku. Aku masih ingat badanku demam tinggi, jadi aku tidak merasa takut apapun. Esok pagi, aku bertanya pada Papa: “Pa, tadi malam aku liat setan di luar jendela.” Papa terlihat kaget dan seolah sedang memikirkan jawaban untukku. “Setan apa?” “Mbah-mbah laki, rambut panjang, baju putih. Ngeliatin aku terus.” Kataku penasaran. “Itu bukan setan, tapi yang njaga kamu.” “Yang njaga?” Tanyaku mengernyitkan alisku, memang aku dijaga setan? Aku tidak tahu bahwa ada perbedaan antara jin, dan setan. Kupikir keduanya sama saja makhluk halus yang mengerikan. Di naskah word, aku tak bercerita tentang diriku. Aku hanya cerita tentang seorang gadis bernama Sheila yang ketakutan saat tidur di kamar barunya yang baru saja direnovasi. Yah, kini kamar Sheila pindah di sebelah kiri yang awalnya adalah ruang tamu, sedang ruang tamu pindah di kamarnya yang dulu. Malam pertama Sheila, kutuliskan biasa saja sebelum waktu itu datang. Ketika tepat pukul 12 malam, Sheila tiba-tiba terbangun karena dia merasa ada yang menggelitiki perutnya. Sheila mendengar suara dua orang, satu wanita dan satu laki-laki. Sheila benar-benar merasa tengahh digelitikin mereka sampai dia terbangun. “Ayo gelitikin, gelitikin terus!” Kencangnya jemari-jemari mereka yang terasa panjang itu seakan menyisakan rasa sakit di perutnya. Dan pada saat Sheila terbangun, rupanya tangannya terjepit di sela-sela tempat tidur. “Hah, ternyata aku ngelindur.” Gumam Sheila yang akhirnya beranjak dari kasur dan menuju ke kamar mandi. Malam hari itu, tepat pukul 12 malam. Dan Sheila bangun sendirian, di dalam kamar mandi, ia nyalakan kran air, setengah mengantuk ia duduk di toilet untuk buang air kecil. Di luar pintu tiba-tiba ada yang mengetuk dan memanggil namanya. Dok...dok..dok “Sheila, sheila...,” Seperti suara mamanya. Sheila pun menyahut, “Bentar, Ma...,” Dia pun selesai dari hajatnya dan keluar dari kamar mandi. “Sudah, Ma.” Sambung gadis itu yang saat berbalik badan, dirinya dibuat ternganga hebat... Saat itu suasana ruangan dapur terlihat hening. Tidak ada sosok mamanya di dapur, atau mungkin, mamanya sudah masuk ke dalam? Bulu kuduk Sheila berdiri. Namun dirinya mencoba untuk tidak berpikir ke arah sana. Secepat kilat Sheipa menyalakan lampu dan memanggil mamanya. Tapi tak ada siapapun, semuanya tidur. Adik dan Papa-Mamanya. “Mamaaaaa! Mamaaa!!” Spontan gadis itu berteriak memanggil mamanta dengan suara yang keras. === Tuts-tuts keyboardku masih asyik menari dalam ruang dunia setan yang bisa kupermainkan seenak hati. Apakah begini nasib setan di dunia, bisa jadi kadal. Gelakku tertawa dalam hati. Hingga saat itu tiba-tiba aku mulai merasa aneh. Di penglihatanku yang sedikit melirik ke arah kanan. Di tempat tumpukam pakaian, tepat samping printer. Aku merasa ada sesosok setan yang sedang berdiri memperhatikanku. Tapi aku pura-pura tak melihatnya padahal aku sudah sempat meliriknya. Aku menoleh ke kiri dan kulihat adikku tidur di depan TV yang sudah dimatikkan. Suara desahan pun akhirnya kudengar, sepertinya sosok itu mau mendekat dan spontan aku beranjak dari kursi dan menyalakan lampu ruangan. CTEK... Sosok itu pun menghilang... Fiuhhh, hampir saja. Dasar Kuntibodong awas kau datang lagi. Aku masuk ke dalam kamarku dan memutuskan untuk tidur saja, besok aku akan memamerkan naskah cerita ini ke temanku. Aku ingin tahu pendapatnya. Seram atau tidak. *** Keesokan harinya, teman baikku yang sudi meluangangkan waktu membaca naskahku bilang, “Ceritamu bagus, serem, tapi banyak kata yang terbalik-balik.” Okelah, aku pulang saja dan meletakkan kertas-kertas itu ke atas meja. Buyar sudah! Buyar! Tidak berbakat ya tak berbakat, kok maksa! Ngimpi jadi penulis, siapa lu Fan! Geramku dalam hati. Oh, ini sudah bulan Juni dan sebentar lagi rapotan murid-muridku. Kalau nilai mereka biasa saja, pasti orangtua mereka minta putus les. Terus aku kerja apa? Jadi pengangguran. Usia sudah mau 23, belum jadi apa-apa. Punya pacar enggak, kuliah putus. MaDeSu, masa depan surem! Berhari-hari aku terlihat luntang-lantung tidak jelas. Akhirnya aku cari hiburan dengan menceritakan kisah hororku sendiri pada adikku. Adikku juga Madesu, ikut ujian SPMB gagal terus 2x dan tengah menunggu pengumuman. Kasian dia, keuangan lagi kere-kerenya sampai mau daftar kuliah saja tak punya uang. Kita berdua sama-sama depresi. Stres berat pada nasib. Bercerita hantu adalah hiburan. Aku tidak tahu kalau ternyata hal itu berdampak buruk buatku dan adikku sendiri yang sama-sama diganggu setan. Ya, kami berdua tengah diincar oleh setan-setan di rumah yang baru direnovasi ini. ====================================================================================                                       Top of Form     #PART 2   Cerita-cerita Setan.   Aku mulai sering bercerita tentang setan-setan di dalam kamar yang awalnya adalah kamar kakak perempuanku, dia sudah menikah dan pergi dari kamar ini. Aku merasa seperti ada di dalam istana, tidur sendirian dengan kasur yang lebar.   “Jadi, pas malam itu, aku tidur di kamar sendirian, terus pintu kamar aku tutup. Lampu kumatikan, tiba-tiba di jendela ada sosok yang berdiri,tinggi besar. Rambutnya diwut kayak monyet, matanya mendolo, merah. tangannya bercakar. Terus tangan dia masuk nembus jendela, abis itu..., datang lagi setan satunya, cewek. ..” ceritaku bla..bla..bla...   kulihat adikku ketakutan, dia serius sekali mendengar celotehan tak bermutuku. Hanya adikku ini yang setia mendengarku. Tidak ada kritikan apapun.   “Sudah, Mbak. takuttt!” katanya, dia itu sudah berumur 21 tahun tapi wajahnya baby face. Jadi kelihatan imut. Sebesar itu aku masih tetap memperlakukannya seperti anak kecil. Mama yang mendengr ceritaku sampai geleng-geleng. Tidak ada yang takut selain adikku. Aku senang menghiburnya, oh ya, dia lolos ujian SPMB di Universitas Negeri.   Sudah jelas masa depannya, tinggallah aku yang tidak punya. Dia pun keluar dari kamar dan tinggal aku yang sibuk melamun masa depan. Aku tidak tahu bahwa sebentar lagi aku akan kena depresi yang hebat. Merasa menjadi manusia tidak berguna. Hingga malam itu pun datang...   malam yang tak bisa kulupakan, 26 Juni 2006   ===         Malam itu terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Meski seperti biasa semua lampu akan dimatikan tepat pukul 9 malam. Dan aku mendengarkan radio EBS FM kesukaanku, menunggu si Rudy EBS on line.   Namun, aku terjebak pada sebuah suasana aneh. Antara terjaga dan tidak, di tempat yang sama. Aku tidak sedang bermimpi karena aku ada di tempat yang sama. Berbaring di tempat tidurku sendirian. Aku melihat sesosok kakek berpakaian putih berjalan melayang masuk ke dalam kamar dan naik perlahan ke atas dipan. Kemudian dia merebahkan dirinya di samping kiriku. Dengan tangan kanannya ditekankan ke leherku. Aku sesak napas tiba-tiba, terkejut. Tak mampu untuk bergerak sama sekali. Aku berteriak, berdzikir menyebut asma Allah. Namun, lebih terkejut lagi saat kemudian muncul sosok Gendruwo hitam dengan bulu-bulu lebatnya itu berdiri di depan dipan dan menarik kaki kananku, mencengkram kaki dan menekan jempol kaki kananku.   “Allahu..akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!!!” kalimat terakhir itu melepaskan cengkramanya dari kakiku. Tepat di saat itu, aku merasa keningku ditepuk-tepuk keras oleh Papa.   “Hei, bangun! Bangun!” kata Papa mengejutkanku.   Oh, kenapa aku? Siapa mereka? Aku tindihan? aku merasa itu sangat-sangat nyata sekali.   “Jam berapa, Pa?”   “Jam 4 pagi,” Aku mengucek mataku, ini sudah shubuh. Jadi tadi aku tindihan jam berapa? Itu nyata tapi kok seperti di film horor suasananya. Menyatu tapi berbeda waktu. Apakah sebenarnya roh-ku saja yang masuk ke dunia setan? Dalam posisi yang sama persis. Kepalaku terasa pusing sampai tidak bisa tidur lagi.   Pukul 6 pagi, aku mengirim pesan ke teman baikku, Dhina.   'Aku baru diganggu setan. Kepalaku dipukul keras sama Papa. Soalnya aku ga bangun2'   Dan malam harinya, aku tidur dengan lampu kamar kunyalakan. Aku masih takut dan terbayang-bayang sosok-sosok setan yang menggangguku. Energi mereka jahat, yang satu ingin mencekikku. Yang satu mau merasuki badanku.   Aku masih ingat kata-kata Papa, bahwa aku punya penjaga si Kakek yang melindungiku dari gangguan roh jahat.   Sehingga apapun mereka berusaha, tetap mental alias gagal.   Aku punya ilmu, iya sedikit. Tapi aku yakin, sepertinya setan-setan itu masih berkutat di dalam kamar ini.   Dalam kurun waktu seminggu ini, tidak terjadi apa-apa denganku lagi.               DRAFT: Adikku Kerasukan Setan   Aku benci hari Minggu. Hari yang tak kusukai, pun juga termasuk hari kelahiranku. Hariku mengalami kecelakaan besar pun juga hari Minggu. Sebab itu aku berbeda dengan orang-orang yang lebih suka berkata, I hate with Monday. “I hate Sunday!” gerutuku dalam hati. Hate lantaran aku masih single, pengangguran dan tidak punya uang. Sudah gitu digangguin setan. Dan malam hari itu, Mama mengantarkan adikku yang sakit ke dokter. Seminggu kemarin setelah dia diterima di Universitas Negeri, karena kelelahan belajar untuk persiapan ujian. Akhirnya badannya jadi sakit.   Dan malam hari itu aku tidur lebih awal, badanku sudah tidak enak kurasakan semenjak siang. Pun aku juga tak menyalakan radio, suntuk pikiranku. Suntuk akan masa depan.   Dan, tepat pukul 12 malam. Aku terperanjat hebat, saat mmendengar suara teriakan adikku, Fiko seperti orang yang ketakutan.   “Hiy...hiy....hiy...!” teriaknya. Aku lekas beranjak dari tempat tidur dan menghampirinya, kala itu kulihat kedua tangannya naik ke atas, seolah-olah dia sedang berusaha menahan sesuatu. Entah, energi negatif itu menular. Hingga napasku pun tercekat. Suaraku mendadak tertahan di tenggorokan. Aku tak melihat apa-apa saat itu selain hanya adikku yang mengalami tindihan hebat. Kutepuk-tepuk keningnya, sama persis saat Papa menepuk keningku dengan keras. Kunyalakan lampu dan mencoba untk membangunkannnya.   “Hei, Fik! Bangun! Bangun!” Aku menepuk pipinya keras, kali ini dia terbangun dengan kondisi napas tak beraturan dan pandangan mata yang seolah baru melihat setan.   “Astaghfirullah, astaghfirullah!” ucapnya beristighfar.. “Kamu nggak apa-apa kan?” kuelus punggungnya pelan. Aku beranjak dari kamarnya dan memanggil Papa-Mama untuk mengurus adikku.   “Mbak, anterin aku ke kamar mandi. Tungguin di dapur.” pintanya. Sepertinya dia baru saja mimpi buruk. Aku antar adikku ke kamar mandi. Dia ketakutan, pasti dia kebelet pipis. Perasaanku sendiri tidak enak, jadi aku menunggunya tepat di depan pintu. Dan...sesuatu pun terjadi, saat itu.   tiba-tiba Fiko keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang berubah dan suaranya berubah menjadi besar. Energi-energi negatif mengumpul dan membesar, di mana energiku pun tersedot sehingga suaraku pun ikut membesar seperti suaranya.   “Mbak, Mbak! Telingaku kenapa?!” Bergegas aku menggiringnya masuk ke dalam ruang tengah dan memanggil Papa-Mama. “Pa, Ma, adik kerasukan setan!”                                                                         *         "Mana horornya?" ejek Toni, Ibrahim, Rosita dan juga Hana. "Pasti ditolak sama bosmu! Jelek!" ejek mereka lewat chat w******p.         Liliana baru saja sumringah dan percaya dirinya meminta pendapat mereka semua. Ternyata jawabannya di luar harapannya.         JELEK! KARYAMU JELEK! JELEK LILIANA!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD