BAB 69 Selamat Tinggal Pelabuhan Terakhir

604 Words
Pelabuhan Tanjung Perak             Semua anggota TNI AL berkumpul di depan kapal besar yang akan membawa mereka menyeberangi lautan. Selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan lamanya. Berlabuh di tiap Pelabuhan untuk sekadar bersandar sejenak, sebelum kembali melaut lagi.             “Bersiap semuanyaaaa!!!” teriak seorang Letkol AL memberikan aba-aba untuk memberi kode naik ke dalam kapal. Semua barisan anggota TNI AL pun bergegas dan berdiri secara rapi melaju naik ke atas. Mereka kembali bertugas setelah sekian waktu mengambil jatah libursejenak untuk berkumpul dengan keluarga mereka. Para pelaut berseragam putih-putih itu berjalan seperti barisan para semut yang mengikuti Jendral-jendral mereka masuk ke dalam markas kapal. Iringan lagu Mars TNI AL mengiringi laju langkah mereka sampai semuanya masuk ke dalam kapal. ♫ANGKATAN LAUT INDONESIA   PENGAWAL SAMUDRA RAYA   BERJUANG BELA BUMI PERSADA   DEMI KEJAYAAN NUSANTARA   PRAJURIT LAUT PUTRA SAMUDRA   BERNAFASKAN TRISILA   GAGAH BERANI PANTANG MENYERAH   BERSEMANGAT PANCASILA   TERJANG WALAU BADAI MENGHADANG   HANCURKAN RINTANGAN TEGUH PADA TUJUAN   TERUS KOBARKAN SEMANGATMU   KIBARKAN BENDERA KEWAJIBAN   JALESVEVA JAYAMAHE♫         Dan semuanya pun memberikan tepuk tangan selepas nyanyian usai dan hanya tinggal suara-suara iringan drumband saja. Para pengantar pun ikut menangis haru, sedih bercampur menjadi satu lantaran kepergian anak-anak mereka yang kembali mengarungi lautan dan tidak pasti kapan akan kembali. Pun begitu dengan Roki yang kini sudah berdiri di depan dek kapal melihat para pengantar yang sudah digiring untuk pulang dan meninggalkan Pelabuhan. Secercah senyuman tersungging di sudut bibirnya lantaran diapun juga sudah selesai menggantung cinta seorang wanita yang mencintainya. “Selamat tinggal, Liliana. Semoga kau bahagia. Lupakan diriku, biarku aku hanya menjadi memori lamamu.” *             Lantunan lagu dari Melly Goeslaw mengiringi perjalanan Liliana yang sedang bersama dengan Pak Ardhan untuk menuju ke kantor penerbitan. Meskipun dia sedang dipingit, tapi untuk urusan penting membuat Liliana mau tak mau harus berdampingan dengan calon suaminya itu. Telinga Liliana yang dipasang headset dan tengah terfokus melamun sambil pandangannya mengarah terus ke luar jendela mobil. Sesuatu bayangan yang mengawang dan berkelebat di depannya membuat hatinya terus gelisah. Duduk pun juga tak merasa jenak, seperti ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Seperti ada sesuatu yang hilang dan teringat atas perkataan Roki lusa lalu kalau lelaki itu akan kembali bertugas, ya tepatnya di hari ini. “Lusa, aku akan kembali melaut, Liliana.”            Perjalanan mereka pun melewati Pelabuhan Tanjung Perak, dan pandangan Liliana buyar saat melihat banyaknya rombongan orang yang baru saja naik ke mobil mereka dan keluar dari dalam pelabuhan. Seperti baru saja ada perayaan besar.             “Ramai sekali jalannya,” celetuk Liliana melepas headsetnya dan diapun mendengar iring-iringan suara drumband yang terdengar keras.             “Ada pelepasan angkatan sepertinya,” jawab Pak Ardhan yang ikut menoleh ke arah Pelabuhan.             “Pelepasan angkatan,”             Terenyak hati Liliana saat mendengar kata-kata itu. Bayangan akan seraut wajah Roki melesat di depannya.             “Jadi sudah pergi ya?”             “Siapa?”             “Ah, lupakan …,”             “Biasanya para anggota TNI AL kembali bertugas melaut begitu, makanya jalannya ramai.”             “Oh,” sahut Liliana dengan kepala tertunduk. Kembali dia memasang headset ke telinganya dan menyandarkan kepalanya di sisi kaca mobil. Dikeraskannya volume suara playmusic-nya sampai full. Sampai dirinya tak lagi dapat mendengar apapun lagi termasuk suara Pak Ardhan. Liliana memejamkan matanya, terkonsentrasi pada lagu yang tengah didengarnya. ♫Jangan pernah menyanjung cinta Bila tak mengerti maknanya cinta Satu terindah dalam dirimu Kini ada di jiwaku Ku inginkan cerita cinta Terindah bagaikan dalam dongeng Percintaan berhujankan rindu Asmara kita akankah lama? ♫         Dan air matanya pun menitik pelan, disekanya air mata itu dengan tangannya. Sampai akhirnya selembar kertas tissue pun tersodor di depannya. Pun juga salah satu dari kabel headset di telinganya pun berpindah ke telinga Pak Ardhan.       “Kenapa menangis?” *                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD