BAB 28 Liliana, Awas di Belakangmu!

1419 Words
Dear diary, Aku ingin bercerita padamu, bahwa ini adalah hal tergila dan ternekad yang pernah aku lakukan seumur hidupku. Kau tahu, bahwa Cleon mengajakku mendatangi rumah lama yang sampai kini belum laku dijual. Sampai kata Ayah, papan tulisan ‘Rumah dijual’ itu akhirnya dilepas juga. Hei, kau tahu! Ini adalah satu perjalanan yang menakutkan dan bikin denyut jantung berdegup kencang. Selama di perjalanan aku terus berdoa dan berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa denganku. Oh ya, Cleon memberiku sesuatu. sebuah gelang Kouka yang cantik. Katanya agar aku tidak diganggu saat ada di sana.                                                                                                     *             Motor Sport Cleon berhenti tepat di depan rumah Liliana. Keduanya masih sama-sama belum memutuskan untuk turun dari kendaraannya. Cleon melepas helm dan menoleh kebelakang, melihat Liliana yang sedang diam terpaku memandangi rumah yang sudah lama tidak pernah lagi ditinggali.             “Ini benar rumahmu?” Cleon meletakkan helm di gagang spion dan meminta Liliana turun dari sepeda motor. “Nggak turun?”             Liliana meringis, “Beneran ini masuk?”             “Yaaa, sudah sampai di sini masak mau putar balik lagi?” raut wajah Cleon memelas.             “Sebenarnya, tujuanmu apa sih ngajak aku ke sini?” Liliana mengernyitkan kening, “aku sampai harus ngendap-ngendap ke kamar Ayah buat ngambil kunci rumah ini. Ntar kalau sampai ketahuan Ayah, aku pasti kena marah, Cleon…”             “Tenang, kita mau berburu hantu di sini. Katamu di sini banyak? Jadi mari sekarang kita buktikan…, kita mau ngadain life di Bigo,”             “Hah? Live di Bigo?” Liliana melongo. Seumur-umur baru dirinya terpikir tentang aplikasi Bigo yang menurutnya lebih cocok untuk ajang selfie daripada merekam secara live rumah kosong. “kamu waras? Apa mereka nanti kalau nampak, bakal kamu suruh joged-joged atau gimana?”             Gelak tawa Cleon memecah suasana, “Hahaha, bukan. Ini sebagai pembuktian saja, kalau apa benar di rumahmu ini angker, gitu,”             “Terus kalau memang angker?”             Cleon mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, “Ini, pakailah. Dari Abang Bernard, katanya kau suruh pake itu buat pagaran,” sebuah gelang Kouka hitam dimasukkan ke pergelangan tangan Liliana.             “Gelang apa ini?”             “Gelang keselamatan,”             Liliana memandang gelang itu dan tertegun, “Tunggu-tunggu, ini semacam jimat?”             “Sudah, jangan banyak tanya…,”             Liliana turun dari motor dan berjalan perlahan mendekati pagar depan rumah. Bulu kuduknya mendadak merinding. Telinga kanannya pun berdenging. Ngiiingg…. Liliana sampai menutup telinganya itu dan beristighfar.             “Astaghfirullahaladziim,”             “Kamu kenapa?”             “Aku ngerasa kayak ada hantaman angin kencang ke punggungku gitu, terus telingaku bunyi juga. Gimana, gimana kalau kita pulang?” pinta Liliana cemas. Tubuhnya tampak gemetaran.             “Tenang, kau sudah mengenakan gelang itu, tidak ada apa-apa kok, ada aku juga di sini,” hibur Cleon. “Mana kunci gemboknya?”             “Ini,” Liliana mengeluarkan satu gantungan yang ada beberapa kunci rumah lamanya pada Cleon.             “Oke, bismillah. Aku buka sekarang,”             “Eh, Cleon…,”             “Apa?”             “Kamu dulu orangnya sopan banget, sekarang baru ketahuan aslinya,”             “Hehehe…,” Cleon meringis lalu tangannya menggandeng Liliana. “Kau harus bisa menulis cerita dengan bagus, penjiwaan itu penting. Jadi, mau tidak mau kau harus melaluinya sendiri, agar kau bisa merasakannya,”             Liliana memperlihatkan deretan giginya yang putih dengan terpaksa. “Penjiwaan itu penting tapi kalau harus menjiwai hantu-hantu, itu gila namanya hehehe…,”             “Kau suka nonton film horor nggak?”             Liliana menggeleng, “Nggak,”             “Kenapa?”             “Takut,”             “Takut sama setan?”             “Takut pokoknya,”             “Kamu tau nggak,”             “Apa?”             “Kalau film horor itu,”             “Kenapa?”             “Kan mereka bukan setan betulan, wkwkwkwkk!” Cleon terbahak-bahak. Tapi Liliana tidak merasa lucu dengan segala leluconnya.             “Cleon,”             “Apa?”             “Kamu harus permisi dulu,”             “Oh ya, aku lupa…,”             “Dasar kamu,”             “Assalamualaikum ya ghaib,”             Ditepuknya keras pundak Cleon, “Ngawur!”             “Hush, ikut saja. Ini sesuai bimbingannya Abang Bernardlah,”             “Belajar jadi dukun?”             Cleon terkikik sambil mengarahkan gawainya ke pintu depan. Baru saja dia mengarahkan kamera ke depan pintu, tiba-tiba tubuh Cleon terjungkal dan gawai itu jatuh ke lantai.             “Cleon, Cleon! Cleon!” Liliana terpekik saking terkejutnya, dia melihat seolah ada sesosok yang tak kasat mata menyerang Cleon dari depan.             “Uffht, Arght!” rintih Cleon berguling-guling.             “Cleon, kamu kenapa?” Liliana mencoba mendekati Cleon tapi tak bisa. Seolah ada jarak di mana ketika tangan kanannya hendak menyentuh Cleon. Tangan Liliana terkibas dengan sendirinya. Tangan yang terpasang gelang itu seakan menahan dirinya untuk mendekati Cleon. Dilepasnya gelang koukah itu dan dilemparnya pada Cleon. “Pakai gelang itu, Cleon…! Cepat pakai!”             Gelang yang ada di atas d**a Cleon pun bergegas dipakainya dan seketika serangan itu pun terhenti dengan sendirinya. Hanya saja seolah-olah sesosok yang tak terlihat itu selain hanya erangan suara saja seakan mendekati diri Liliana yang tengah berdiri ketakutan. Namun anehnya, sesosok itu sama sekali tidak menyerangnya seperti pada Cleon.             “Assalamualaikum ya ghaib, tolong jangan ganggu kami,” Liliana duduk berjongkok dan mencoba untuk tetap kalem. Meski yang terdengar hanya suara erangan seperti seekor harimau saja.             Dan gangguan itu pun hilang. Sesosok yang tak kasat mata itu pun lenyap. Cleon terduduk dengan membaringkan punggungnya ke dinding. Sedangkan Liliana mengambil kembali gawai Cleon yang jatuh ke lantai.             “Wih, untung ga sampai retak LCD-nya,” Liliana memberikan gawai itu pada Cleon.             “Hmm,”             “Dilanjutkan?”             Cleon melihat layar aplikasi Bigo yang menampilkan ratusan viewer dan mereka semuanya berkomentar saat kejadian Cleon terkena serangan tadi.             “Wah, banyak banget yang liat tadi, itu gawai tapi sayangnya natap ke lantai jadi nggak kelihatan pas aku tadi diserang,”             “Cleon, matikan. Kamu mau diserang lagi?”             Cleon melihat ke arah pergelangan tangannya, “Eh, kamu nggak pake gelang ini kok malah nggak diserang? Aneh…”             Liliana terdiam. Dia tahu akan sesuatu hal, bahwa dulu Liliana sudah pernah bertemu dengan sesosok harimau itu dalam dimensi lain.             “Entahlah, kita pulang saja ya?”             “Yakin? Sudah nanggung ini,” Cleon mengembalikan lagi gelang koukah itu pada Liliana.             “Aku masih merinding ini,”             Cleon bangkit dari duduk dan langsung melangkah menuju pintu samping. “Kalau tidak begini, kamu tidak punya pengalaman apapun dalam dunia gaib, dan bosmu akan menagih uang kerugian itu suatu hari,”             “Cleooon!”             “Ayo, beranilah!”             Mau tak mau Liliana mengikuti Cleon dari belakang. Sedangkan Cleon terus mengarahkan layar gawai itu ke tiap sudut.             “Rumahmu lampunya kunyalakan dulu, tiba-tiba saat Cleon menyalakan lampu. Ada satu benda terjatuh dan suaranya sangat keras sekali.             BRUAK!!!             “Apa itu, Cleon!” Liliana memeluk erat punggung Cleon dia merasa sangat ketakutan kalau melihat sesosok mengerikan di dalam rumahnya. “Kita balik aja, aku mau pulang. Aku mau pulang, cepat! Antar aku pulanggg!”             Cleon yang merasa senang karena dipeluk erat Liliana pun sampai kegirangan habis. Dia pun memutar badannya dan membalas pelukannya.             “Tenang, ada aku di sini,” Cleon memundurkannya ke dinding dan menatap lamat-lamat seraut wajah Liliana yang menyiratkan ketakutan yang luar biasa. Dielusnya pipi Liliana dengan lembut. Tiba-tiba saja perasaan sayang itu muncul luar biasa. Cleon mengecup bibir Liliana dengan sentuhan yang lembut.             “Cleon,”             “Jangan bicara, aku sedang menciummu,”             “Yon…,” kaki Liliana bertambah gemetaran, apalagi saat merasa ada sesuatu di belakang Cleon. Tangan Cleon yang memeluk pinggangnya tiba-tiba terasa ada sepasang tangan yang lain yang ikut memeluknya. Liliana membuka matanya dan cilukbaaa….! Tampak sesosok wanita berambut panjang merumbai tengah meringis padanya, seorang wanita bergaun putih panjang yang wajahnya menakutkan. “Kuntttiiii!!!” Liliana mendorong tubuh Cleon sampai terjatuh ke lantai. Bergegas diapun berlari dan mendengar suara terkekeh-kekeh si Kunti yang ada di dekat Cleon.             Saat itu Cleon pun ikut melihatnya pula, sampai dia pun berlari terbirit-b***t keluar dari dalam rumah setelah menutup dan mengunci kembali pintu rumah. Keduanya merasa gemetar dan ketakutan, napas mereka ngos-ngosan. Bergegas Cleon menyalakan motor dan keduanya berlalu dalam kondisi gemetaran. Pikiran kalut dan tak terarah. Sedangkan bibir Liliana berkomat-kamit membaca doa-doa yang dia hafal seperti ayat kursi selama beberapa kali.             “Kamu nggak apa-apa, Lil?”             “Kamu stupid, Yon! Gilak, tau nggak?”             “Maafin aku, Lil. Aku tuh kalau dipeluk cewek dari belakang kayak gitu, apalagi aku itu…,”             “Itu apa?”             “Aku sayang kamu, Liliana!” ucap Cleon dengan suara yang tergoncang hempasan angin menyambar wajahnya.             “Bodohhh ah!!! Kamu gila!” *                                                                          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD