BAB 66 Hai, Apa Kabarmu? Ini Aku, Liliana

580 Words
            Liliana seakan kembali mengalami Déjà vu beberapa tahun silam, di mana saat dirinya duduk terdiam sambil memandangi telepon kabel yang ada di hadapannya. Dulu, saat dirinya masih duduk di bangku kuliah, sepulang dari kuliah yang menyita waktu senggangnya. Liliana hobi menelpon teman-temannya, siapapun itu yang dianggapnya enak diajak berteman dan ngobrol,  pasti dia akan menelponnya berkali-kali. Dan ternyata, sosok si Roki yang dikenalnya itu termasuk sosok yang humble dan enak diajak bicarWaktu menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit dan jemari Liliana masih tetap terdiam di atas tombol-tombol angka telepon.       Telepon, tidak, telepon, tidak …       Pada niatnya, jemari Liliana pun akhirnya menekan juga nomor telepon Roki meski detak jantungnya berdetak kencang. Dia kembali mengingat masa-masa di mana dirinya sering menulis puisi untuk dikirimkan ke lelaki yang dimaksud. Aku mempunyai sebuah puisi untuk kerang laut:      Sebuah kerang putih       Yang selalu menyimpan mutiara didalamnya       Sebuah kerang putih yang berubah ungu       Sebuah kerang yang selalu dicari seorang kakek                   Seorang kakek yang berharap menemukannya                   Untuk bisa bertemu dengan istrinya                   Kerang ungu itu tak pernah ada                   Hanya kepalsuan dari sebuah warna               Tapi, puisi tentang kerang laut itu tak pernah dikirimkannya dan hanya dia pajang di dinding kamar. Ya, di sana … tepat di depan telepon kabelnya sendiri. Air mata menitik pelan, rasa haru dan sedih bercampur menjadi satu. Pergi tidak bilang, pulang pun juga tidak bilang. Lagipula, mana pernah Roki menghubunginya? Jauh selama ini hanya dirinya seorang yang selalu menjadi pihak penelpon. Bahkan pernah, suatu waktu dia berharap Roki menanyai tentang berapa nomor telepon rumahnya. Tapi, sampai sejauh ini Liliana tak pernah mendengarnya sama sekali.             TUUT … TUUT … TUUT …             Panggilan tersambung dan terhubung langsung, pun tetiba diangkat tanpa persiapan diri Liliana terlebih dahulu. Suara itu, suara yang dirindunya kembali terdengar. Suara khas dari seorang lelaki yang dipujanya selama ini.             “Hallo, Assalamualaikum,”              "Apa?"                                                                                                         *          “Siapa namamu?”             “Liliana,”             Liliana terenyak diam sesaat setelah mendengarkan suara Roki di dalam pesawat telepon yang selama ini dinanti-nantiya. Suara yang sempat hilang kini kembali terdengar. Betapa bahagianya Liliana saat itu, degup jantungnya berdetak sangat kencang menari-nari tarian India tak henti-henti.             “Ya, hallo, siapa ini?” sapanya kembali.             Kegugupan Liliana pun tak hilang juga, suara gagapnya pun muncul, “Ha … hallo, waalaikumsalam, eh …,”             “Ya, dengan siapa ini?”             “Ini, benar suara Roki?”             “Ya, kamu siapa?”             “Ah, aku, ini aku … yang kemarin kita ketemu di Toko Emas,”             Hening sesaat. “Oh, kamu, ada apa?”             “Tidak ada apa-apa, tadi aku mau nelpon temanku aja, tapi kok kepencet nomormu yang ini,”             “Oh, alasan klasik,”             “Ehm, iya,”             “Nggak pernah berubah,”            “Nggak,”             “Terus?”             “Tetep aja gitu,”             “Kamu kali yang tetep gitu,”             “Selamat ya,”             “Hah?”             “Dikasih selamat kok malah jawab, hah?”             “Selamat untuk apa?”             “Calonmu ganteng, keren pula,”             “Ah itu, iya, terima kasih,”             “Kapan nikah?”             Hening.             “Nikah?”             “Ya, kamu mau nikah kapan?”             “Kenapa tanya?”             “Tuh kan, tetep aja gitu, muter, kalau nggak ada yang penting mending tutup aja deh teleponnya, aku ada urusan ini,”             “Urusan?”             “Ya,”             “Mau ke mana?”             “Pergi sama pacarku,”             “Hah? Kamu sudah punya pacar?”             “Iya-lah,”             “Oh, selamat ya?”             “Makasih, kamu juga.”             TUUT … TUUT … TUUT… *                                                                                                      a. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD