BAB 36 Kedatangan Sang CEO ke Padepokan

1287 Words
Pak Ardhan membawa Liliana ke sebuah kafe terdekat yang tak jauh dari Padepokan. Untuk meminta izin saja pada guru Liliana harus memohon-mohon sampai berbusa mulut Pak Ardhan saat itu. Mobil pun berhenti tepat di sebuah kafe di pinggir jalan raya, Pak Ardhan ingin mengajak Liliana ngopi-ngopi dan membicarakan masalah naskah yang sedang digarap.             “Sudah pernah mampir ke kafe ini?”             Liliana menggeleng, “Belum. Boro-boro, keluar Padepokan aja susahnya minta ampun, Pak. Harus ada izin dulu,”             “Ya, I see,” Pak Ardhan menganggukkan kepala. “kita turun sini saja,” lelaki itu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Liliana. Keduanya tengah berdiri di sebuah kafe yang bernama ‘Refresho Coffee Café’.             Sebuah kafe yang beralamat di griya Asri Blok A-1, Selosari, Kecamatan Magetan, Sirogo.             “Wah, bagus banget kafenya…” puji Liliana tertegun.             “Nggak cuma di Surabaya yah, ada tempat keren seperti ini,”                        “Heem, nggak nyangka,”             Keduanya masuk ke dalam kafe dan memilih tempat duduk paling tengah. Pak Ardhan sengaja mengambil kursi tepat di samping Liliana. Sedang Liliana sendiri merasa kikuk karena kedekatan itu.            Seorang waiter mendatangi mereka dan memberikan menu cemilana dan minuman. Pak Ardhan memesan coffeelate dan begitu juga Liliana. Dan meminta agar di atas lapisan coffee diukir nama Liliana dan Ardhan.             Pipi Liliana bersemu merah, , merasa malu dengan perlakuan Pak Ardhan yang berkesan istimewa.             “Jadi…,” sambil menopangkan dagu di kedua telapak tangannya. “gimana dengan perkembangan novelmu, apa kamu sudah dapat feel cerita?”             “Sudah, tapi…,”             “Bagus, lanjutkan. Tidak ada kata tapi,”             Begitulah Pak Ardhan, sikap tegasnya tidak dapat ditawar-tawar.             “Gelangmu cantik,” pandangannya teralih pada gelang Liliana. “sepertinya saya baru melihat benda itu,”            Gelang kauka  pembelian dari Cleon itu belum dilepasnya, “Oh, ini…, iya. Ini dari Cleon waktu kemarin saya sama dia datang ke rumah yang lama,”             Pak Ardhan mengamati bentuk gelangnya, sebab dia termasuk pemburu koleksi benda-benda antik dan juga bertuah. Hendak dipegangnya gelang tersebut, tapi sesuatu yang aneh terjadi. saat telapak tangannya akan menyentuh gelang, tiba-tiba saja tangannya terempas begitu saja. Seakan ada energi yang mendorongnya dan tidak boleh menyentuh barang sedikit pun.          “Eh, kenapa begini?” Pak Ardhan mengernyit.             Liliana terperangah, “Hah, kenapa bi… bisa begitu?”             “Oh,” Pak Ardhan merasa tangannya kesemutan.             “Pak Ardhan baik-baik saja?” Liliana menyentuh tangan Pak Ardhan. Tapi selalu saja seakan ada yang menahan.             “Lili, itu gelang…,”             “Kenapa, Pak?”             “Gelang pagar gaib ya?”              Liliana mengangguk, “Kok, Pak Ardhan bisa tau?”             “Untuk apa kau pakai itu? Lepas saja,” pintanya.             “Tapi ini dari Cleon,”             “Lepas atau tidak?”             “Kenapa sih, Pak?”             “Karena energinya berbenturan dengan energi lain yang ada di saya!” tandasnya sambil memberitahukan cincin batu akik yang melingkar di jari jempolnya itu.             “Ah,”             “Benturan energi?”               “Ini makanya saya minta kamu mempelajari dunia lain, Lili, biar kamu lekas paham bahwa ada kehidupan lain di alam sebelah,” jelasnya sekali lagi menekankan.             Liliana yang awam dengan benda-benda bertuah seperti itu semakin lama semakin bingung lantaran banyak sekali yang harus dipelajari tentang dunia gaib. Apa yang dibahas di dalam cerita di novelnya nanti belum ada bayangan sama sekali.             “Pak,”             “Ya?”             “Bisa tidak membicarakan hal lain?”             “Kenapa?”             “Saya bosan bahas hal-hal gaib, jenuh.”             “Oh, baiklah kalau begitu. Tapi, alangkah baiknya kalau kau lepas saja. Karena kurang cocok untuk perempuan memakai gelang jenis itu, nanti emosimu jadi tidak terkontrol,” Pak Ardhan membuka google dan mencari jenis gelang kauka seperti yang dipakai Liliana. Kemudian sampailah pada mesin pencari dan didapatinya gambar gelang yang sama itu. “Coba lihat ini, gelang yang kamu pakai mungkin beli dari toko online ini juga,” Pak Ardhan menyodorkan gawainya itu agar dilihat Liliana.             “Apa? Kenapa?”              Liliana melihat deskripsi gelang yang sama dipakai olehnya. Tertulis di sana sesuatu hal. “Ha? Gelang berkhodam?”             “Khodam? Di gelang? Apalagi itu?”             “Hahaha, banyak yang harus kamu pelajari tentang dunia gaib, Liliana, dan seharian pun tak cukup untuk kuterangkan padamu. Jadi sekarang, ayo dinikmati coffeelatenya,”              “Oh ya, Pak. Saya mau tanya,”             “Tanya saja, mumpung saya lagi di sini,”             “Mengapa saya tidak bisa mendapatkan buku tentang hal-hal dunia gaib? Saya cari di toko buku tidak ada, di internet pun juga tidak ada buku yang membeberkan perihal dunia gaib. Tapi yang saya dapati kebanyakan di blog-blog dan video youtube. Sampai-sampai saya mengira dunia gaib itu tidaklah ada,”             Terpecah juga suara tawa Pak Ardhan yang menertawai pertanyaan Liliana. Ini baru pertama kalinya dia mendengar pertanyaan senaif itu.            “Hahaha, Liliana… hahaha,”             Merasa ditertawakan dan tidak ada yang lucu, Liliana kesal. Wajahnya berubah cemberut. Padahal menurutnya tidak ada yang salah dengan kata-katanya.              “Adakah yang lucu?”             “Lili, di bumi ini ada batasan-batasan tertentu untuk menjabarkan keilmuan atau seputar dunia yang melibatkan alam lain. Karena sesuatu hal yang gaib itu kadang sulit untuk diterima dan dijabarkan. Sebagian ada yang sangat mempercayai perihal dunia gaib, sebagian yang lain tidak. Mereka bersikukuh bahwa dunia itu hanya satu yaitu dunia nyata.  Sehingga antara logika dan batin itu tidak bisa bersatu,”              jelas Pak Ardhan. “bahkan saya sendiri belum pernah menerbitkan buku tentang dunia gaib, padahal itu jelas ada,”             “Bisa begitu?”             “Juga ada batasan-batasan agama untuk membahas perihal dunia gaib. Bukan orang atau penulis sembarangan yang bisa membeberkan tentang hal itu, seperti kau alami ini. Kau harus mendatangi Padepokan untuk mencari informasi atau sumber atau ilmu apapun tentang dunia sebelah itu yang harus melewati bimbingan seorang guru, karena jika tidak…,” Pak Ardhan berhenti tiba-tiba.             “Jika tidak. Kenapa?”             Pak Ardhan menarik napas sejenak, “Jika tanpa bimbingan, kau bisa tersesat atau bahkan gila selama-lamanya.”             “Hah?! Gila?”             “Ya, gila. Karena tersesat dan jiwa diambil oleh iblis yang menguasai alam gaib. Sebab itu, inilah alasan mengapa dunia supranatural itu tidak boleh sembarangan dipelajari. Jika tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi. Para iblis berbondong-bondong mencari manusia-manusia agar terjerumus dalam lubang kesalahan. Mereka berusaha menyesatkan manusia ke neraka melalui berbagai macam cara. Sebagian besar mereka menyesatkan manusia lewat ilmu-ilmu gaib seperti ini. Saya hanya ingin kamu sedikit mengenalnya saja, tidak perlu mendalami karena itu berat. Kau hanya perlu menulis tentang bahwa dunia gaib itu benar-benar ada. Dan bukan hanya perihal dunia hantu-hantu tidak, bukan itu yang saya cari. Kau ini spesial, tulislah sesuatu hal yang sangat bermanfaat untuk orang banyak. Karena jika novel ini sukses, namamu pun akan kembali melambung.”             “Kalau ternyata, suatu hari saya jadi gila karena terjebak dalam kegaiban. Apa yang akan Pak Ardhan lakukan?”                                                                                         *               Dear diary,             Aku tidak tahu harus berkata apa. Dan apa tujuan hidupku di dunia ini, kau tahu… mendapatkan beban berat seperti ini rasanya hati dan pikiranku tidak kuat menjalaninya sendiri. Sana-sini semua mendapatkan tekanan, beban mental yang kurasakan sangat berat. Jika memang dunia gaib itu terasa dan terlihat mengerikan, kenapa aku harus membuka kembali portal gaib yang sudah lama kututup sedemikian lama?             Bukankah itu sangat mengerikan? Aku tidak habis pikir orang-orang seakan-akan menjerumuskanku ke dalam jurang. Apalagi tentang gambaran sketsa-sketsa itu, mengerikan. Semua mengerikan.                     Bukankah lebih baik aku tak terlahir ke dunia jika harus menghadapi ujian semacam ini? Apakah aku kuat? Apa diri ini kuat menghadapi semuanya? Aku bukanlah Wonder woman supergirl yang memiliki kekuatan lebih. Aku hanyalah Liliana, Liliana yang sebenarnya berjiwa lemah dan tidak tahu harus berbuat apa. Hidupku hanya sebagai penjalan perintah saja, tak lebih dari itu.             Ya, tak lebih dari itu.             Mengerikan…                                                                                                                                                       *                                                                                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD