BAB 52 Pencarian Jati Diri Liliana

3354 Words
#flashback Siapa aku? Siapa? Mengapa aku tiba-tiba ada di sini, di tempat ini yang semula tak pernah kupikirkan sebelumnya. Siapa… siapa aku? Tak kenal siapapun lalu aku mengenalnya, mengenal dirinya, seorang lelaki yang mana aku menyimpan satu rasa padanya. Dia, yang membuat aku jatuh hati atas segala kata-katanya yang menggugah hati tentang kehidupan. Di mana kehidupan itu berbeda dengan kehidupan yang dijalani manusia biasa. Petuah-petuah akan hidup yang sarat makna, tak pernah kudengar selama ini.             Tapi…             Siapa aku? Siapa? Mengapa aku ada di bawah pohon besar ini dan berlutut memohon padanya agar aku dicint.., oh tidak maksudku diterima menjadi muridnya. Dalam lirih suara angin, tak kudengar lagi suara-suara orang lain yang semenjak tadi menunggu dan memperhatikanku. Meski sang surya, oh… sudah terik rupanya! Tapi aku tak merasakan panasnya. Walau kurasa air keringat ini menetes dari kening sampai ke leher, asal Kaka Tirta menerimaku menjadi muridnya. Aku sudah senang dan bahagia. Bahkan jika aku harus ada di tempat ini sehari semalam. Asal aku bisa membalas budi karena dia telah membebaskanku dari ikatan monster jahat yang ada di dalam tubuhku selama ini.             Siapa aku? Siapa?             Sudahlah… aku bertemankan dengan angin dan canda-canda syahdu dedaunan yang mulai rontok dari dahan rantingnya. Seperti hujan, ya… hujan dedaunan yang kurasakan amat lembut. Kupejamkan mata ini dan kuingat kembali saat-saat itu, ketika aku menatap mata tajam itu untuk pertama kalinya. Aku sudah jatuh hati. Apakah memang cinta antara guru dan murid itu terlarang?             Jika dia tidak menerimaku menjadi muridnya, apakah Kaka juga memiliki rasa padaku agar aku… ah, apakah ini halusinasi tertinggi bahwa dia menginginkanku menjadi kekasihnya?             Sekali lagi, siapa aku? Siapa?             Mengapa aku tiba-tiba ada di sini, di tempat ini yang semula tak pernah kupikirkan sebelumnya.                                                                                         * Dear diary,             Kenapa tidak ada yang percaya dengan ceritaku tentang kejadian malam itu? Kau tahu? Aku seperti tengah berada di film Harry Potter. Di mana aku seakan melihat Kakek Dumbledore dan Narnia. Menakjubkan. Hanya kau yang kuceritakan tiap ada kejadian selanjutnya. Orang lain tak perlu tahu. Aku suka, aku seperti berada di dunia lain.             Tapi, apa aku bisa bermimpi untuk yang kedua kalinya? * Dear diary,             Aku tidak mempercayai angin, yang datang membawakanku satu kabar baik. Tapi, aku  lebih percayai bahwa kedatangan sang angin akan membawaku ke satu tempat yang baru dan asing-berpindah tempat.             Aku tidak mempercayai udara yang kuhirup setiap saat ini benar-benar bersih dari kotoran. Bahkan aku memerlukan bulu-bulu hidung untuk menyaringnya sebelum masuk ke dalam saluran pernapasan.             Aku tidak mempercayai hujan yang turun itu mampu membasahi hatiku kali ini. Saat mereka memintaku untuk pindah ke rumah baru dan meninggalkan rumah ini. Dan aku benci suara tokek di malam hari yang sehari sebelumnya seakan memberiku sebuah pilihan, pergi atau pergi!             Ya, tidak ada pilihan maksudnya. Si tokek tidak memberi pilihan. Aku benci ini, mereka mencoba memisahkanku dari semuanya. Memangnya bisa? Iya, setidaknya selepas Om Waluyo kembali mendatangiku dan mengusapkan air doa-doa (air mantra) ke bagian mata dan seluruh mukaku beberapa kali.             Lalu Bunda membawaku pergi dari rumah ini.             Aku tidak mempercayai angin, yang datang membawakanku satu kabar baik.             Tapi aku lebih percaya bahwa perginya angin juga membawaku pergi selama-lamanya dari dunia yang tercipta.             Aku benci! * Dear diary, Ini seperti sebuah mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Bahwa aku bisa memiliki nama besar sebagai seorang penulis novel best seller. Sejak aku memenangkan lomba menulis itu, aku dikenal banyak orang dan memiliki penggemar setia. Uangku banyak, dan datang tiap bulan. Tabunganku tak pernah kosong…, untuk orang sepertiku, juta-juta saja sudah cukup untuk kubuat bersenang-senang dan menabung untuk masa depan. Aku punya nama pena ‘Liliana De Frank. Kenapa aku memakai nama akhir De Frank, sebab aku menyukai sosok Frank yang penuh misteri. Anne Frank yang meninggal akibat dari kekejaman Nazi di Jerman. Bagus kan? Namaku benar-benar menjual. Dan saat itu, aku menulis kisah tentang seorang gadis kecil berusia 13 tahun yang bekerja sebagai seorang badut perempuan di pinggir jalan dan berhasil mengubah dirinya menjadi seorang penyanyi terkenal.   Dunia seakan menyebut-nyebut namaku sebagai seorang novelis yang mengangkat tema orang kelas bawah yang berhasil mengubah masa depannya menjadi luar biasa.   Ini seperti sebuah mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dan esok adalah hari pertama untuk novel ketigaku, yang menulis tentang kisah seorang pendaki gunung di Tibet yang hilang dan tubuhnya tak pernah ditemukan oleh siapapun, berjudul, ‘Lost in Everest’. Aku sangat suka sekali dengan covernya, dan aku percaya novel itu juga akan sukses menyusul novel-novel sebelumnya.   Hidupku seperti bercahaya dan esok aku diajak berkemah oleh CEO-ku di gunung Bromo bersama dengan teman-teman untuk merayakan launchingnya novel ketiga tentang pendakian gunung. Dan CEO-ku ingin merayakannya di gunung, sama seperti tema novel meski berbeda lokasi. Di novel lokasinya adalah Tibet, sedang di dunia nyata ada di gunung Bromo. Tapi, sebenarnya aku agak takut berangkat, seperti ada firasat tidak enak. Hanya saja, karena aku diajak sama Bos, jadinya aku sama sekali tidak bisa menolak. Apa maunya Pak Ardhan, apa mau seorang CEO ya harus diikuti, tidak ada penolakan. Dear diary, Ini saja yang ingin kusampaikan padamu, dan kutuliskan di sini. Aku masih berharap diriku akan tetap baik-baik saja. Bismillah. * Dear diary, Aku menulis ini di dalam tenda, sendirian. Teman-teman semua ada di luar dan tengah sibuk mempersiapkan kayu-kayu untuk dibakar nanti. Ya, malam ini ada acara api unggun dan Pak Ardhan katanya akan menyampaikan sesuatu hal yang penting padaku dan semua teman. Juga acara doa bersama untuk terbitnya novel ketigaku yang baru agar bisa best seller seperti novelku yang sebelumnya. Kau tahu, jantungku berdebar saat ini. Jauh lebih kencang daripada sebelumnya dan ini aku seakan malu untuk menyampaikan ah, entah… apa mungkin Pak Ardhan akan menyatakan cintanya padaku begitu. Hihihi… Aku dicintai oleh seorang CEO penerbitan yang ganteng dan keren. CEO yang berpacaran dengan penulisnya sendiri, begitu. Genggaman tangan pada tanganku masih terasa sekali, aku kegeeran apa ya? Atau jangan-jangan aku sedang berhalusinasi? Diary, apa aku salah berkata padamu? Oh ya, cerita tentang sosok kakek itu apa aku juga sedang berhalusinasi juga? Aku sedikit merasa ada perbedaan, ya sedikit saja tapi mungkin aku Cuma salah melihat. Itu saja… mungkin. * Dear diary, Aku bermimpi sedang berada di dalam sebuah taman yang indah banyak bunga-bunga yang mekar mengitariku. Tapi, aku sendirian. Dan tidak ada siapapun bersamaku, aku melihat ke sekeliling. Ada satu ayunan yang tak jauh di sana seakan menyapaku. “Kemarilah, Liliana! Kemarilah!” jadi teringat diriku di masa kecil saat itu, ketika aku tengah bermain ayunan seorang diri. Sendirian melamun sepanjang hari tmemikirkan tentang bagaimana pulang nanti, apa aku akan dimarahi? Ayunan yang ada di rumah dahulu, sebelum akhirnya pindah ke rumah baru. Aku melihat sesosok gadis kecil yang sedang bermain ayunan di sana. Kuhampiri gadis kecil itu tampak sedang menangis. Kudekati dia perlahan, dan gadis kecil itu pun terkejut lalu turun dari atas ayunan lalu berlari kencang secepat kilat melesat lalu dan menghilang. Sungguh, aku sedang ada di mana ini? Terdengar suara-suara dari atas langit memanggil-manggil namaku. “Liliana, Liliana bangun.” *    Dear diary, Seperti biasa aku bercerita padamu, tentang sesuatu. Ini baru pertama kalinya aku mengalami hal yang tak mengenakkan. Semua mendadak berubah, dan aku sedih. Apakah sebentar lagi akan datang lagi sesuatu yang lebih mengerikan daripada  ini? Jika memang sudah waktuku untuk tidak lagi dikenal orang lain dan ataupun sudah tak lagi dibutuhkan oleh CEO penerbitan—dianggap merugikan. Ini termasuk satu kesalahan terbesar, aku tidak ingin hidup untuk merugikan siapapun. Bahkan kalau bisa, lebih baik aku sendiri yang rugi. Jangan orang lain. Sebab jika aku begitu, sama halnya seperti sampah! Iya, aku sampah! Orang-orang sudah menganggapku tidak ada, tidak terlihat, jauh lebih buruk tidak dianggap. Ya, aku tidak terlihat oleh mereka sehingga tidak ada yang datang di acaraku tadi malam.   Terpuruk sudah aku di sini, bahwa ini adalah satu-satunya pekerjaan yang sangat kusenangi dari apapun. Bahkan aku rela mati daripada meninggalkan dunia tulis-menulis ini. Tidak ada yang menyukaiku lagi. Tidak ada. Oh, eh… aku ingat, cowok tampan itu yang tadi membeli novelku. Dia menyukaiku, atau mungkin setelah membaca novelku. Dia buang ke tong sampah, tapi… dia janji katanya akan menghubungiku selepas dia selesai membaca. Oh ya, apa aku hanya sedang kegeeran saja? Hari sudah malam, kenapa tiba-tiba terbayang seraut wajah kakek itu sih? * Dear diary, Kau tahu, aku tahu ini berat. Tapi, bagaimanapun juga aku harus menyelamatkan posisiku dan terus bertahan. Sekian lama aku belajar dan terjun di dunia ini, apakah harus terus menghindari kegaiban jika memang suatu hari itu semua menjadi takdirku. Mau tak mau aku harus bisa mengerjakan tugas ini, meski aku harus mengalami mimpi-mimpi buruk. Sejenak akan kupersiapkan diriku sekuat-kuatnya.   Kau tahu, Allah tidak pernah tidur. Dia-lah yang menyusun semua ini dengan kitabNya. Bahwa diriku dan kisahku semua sudah tertutlis di Lauhul Mahfuz hingga sampai daun terakhir lepas dari ranting dan jatuh ke tanah merah. Aku percaya bahwa takdir sudah ditentukan sejak dulu. Apapun ini aku tidak bisa menghindarinya, dan sepertinya aku mendapatkan kekuatan untuk bisa meraih semua ini. Gaib, tidak semua orang mendapatkan pengalaman ini. Jika mengalami pun pasti sebelumnya ada kisah-kisah yang mendahului di masa lampau. Oleh leluhur-leluhur yang juga menekuni dunia gaib. Dan pasti Allah lebih tahu semuanya, segala rahasia di masa lalu yang mungkin akan terkuak satu per satu..   Termakhtub… Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Sedangkan Arasy Allah ketika itu di atas benda cair.[1] [1] Hadits Shahih-Muslim. Kitab Qadar-1841 * Dear diary, Aku pernah jatuh cinta sebelum ini, Aku jatuh cinta pada seorang laki-laki, yang membuat hatiku gelisah menjadi semangat. Pancaran wajahnya mengubah pikiranku yang sedih menjadi berpikir positif. Suatu penyakit somatisasiku menghilang tiba-tiba karena cinta. Aku membuka buku diaryku”Trifelo” yang telah menyimpan berbagai kenangan tentang indahnya “Jatuh cinta”. Pertemuan di 1 september Aku bertemu dengan Roki bulan september tanggal 12 tahun 2003. tepatnya pada hari kamis. Di hari itulah aku merasa suka dan jatuh hati padanya. Parasnya ganteng, kulitnya putih bersih seperti boneka. Dibandingkan denganku,tidak ada apa-apanya. Aku mengenalnya dari temanku”Auk” saat akan mencomblangkan dia dengan Roki. Tapi,entah kenapa malah aku sendiri yang berbalik menyukainya. Tapi,itu terjadi setelah aku meminta ijin pada”Auk”. Karena,dia sudah tidak memikirkannya lagi. Aku tidak tahu alasannya apa,yang jelas “Auk”itu adalah teman yang paling baik dan mengerti keadaanku.   Penantian di satu Oktober Aku sering menunggunya di depan kelas,sebelum jam masuk dimulai. Demi dia,aku sering berangkat lebih awal. Hanya untuk melihatnya,semangatku kembali tumbuh dan muenjadi Irma ramayanti yang dulu ceria dan tertawa. BukanIrma  yang terlihat sedih dan murung,teman-temanku kembali menjadi banyak dari sebelumnya. Hingga hampir dari mereka semua sudah mengenalku dengan predikat”Anak lucu”. Penantian di satu November Aku, tak pernah merasa sejatuh cinta ini. Aku,biasanya hanya suka sesaat. Entah,darimana asalnya dia menjadi penyemangat hidupku. Aku sering mencurahkan isi hatiku padanya. Tapi, dia tidak mengetahui bahwa aku menyukainya. Aku,menyembunyikan perasaanku padanya,tapi semua teman-temanku mengetahui aku menyukainya setengah mati. Walaupun berapa orang dari mereka mengejekku dengan sebutan”Bagai pungguk merindukan bulan”. Penantian di satu desember Hari ini tepat kamis,tanggal 4 desember. dimana,ini adalah hari ulang tahunku yang ke-20. masa pendewasaan yang akan merubahku bukan menjadi anak ABG. Walaupun,aku memang masih seperti itu. Upacara perayaan resmi adalah dengan membeli es krim untuk keluargaku. Kebetulan, ayahku saat itu selalu memberiku uang untuk merayakan hari kelahiranku. Dan,malam harinya aku menelpon Roki seperti biasanya. Dan, tak ada yang spesial saat itu.   Pergantian Tahun,awal Januari Rasa resah menyelimuti diriku kembali. Sudah hampir lima bulan ini aku berbohong padanya,aku mengatakan bahwa yang menyukai dirinya adalah temanku dan bukan “Aku”sendiri. Kebohongan karena aku takut juga malu untuk mengungkapkan semuanya. Apalagi aku seorang wanita. Roki, kau sedang apa? Dan jatuh cinta itu pun kembali terulang pada orang yang berbeda. * Dear diary,             Ini baru pertama kalinya aku keluar malam ditunggu Ayah. Padahal sebelumnya tidak, tapi setelah aku kembali dari Padepokan. Tampaknya rasa khawatir Ayah padaku semakin besar saja. Padahal aku sudah bersama Cleon, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan. Sepulang dari Café malam itu, Bernard memberiku sebotol air mineral. Katanya air mineral itu untuk menetralisir gangguan jin yang ada di dalam tubuh. Macam-macam tulisan tentang kegunaannya, aku salin di sini ya diaryku… GANGGUAN JIN / KENA KIRIMAN GOIB - KENA PENGARUH PELET / GUNA-GUNA - NETRALISIR TEMPAT USAHA / TIRAI GOIB - PAGAR GAIB -GANGGUAN JIN NEGATIF - MENYELARASKAN KHODAM             Sumpah, aku seumur-umur baru tahu fungsi air untuk hal-hal goib itu berbagai macam manfaat. Hahaha, air apaan sih ini? Kata Ayah, diminum saja. Kalau dibantu sama orang jangan menolak, hargai saja meski mungkin dirasa tidak enak untuk diri sendiri. Begitu agar orang yang membantu merasa senang dengan kita.             Bernard berkata kalau setelah minum air itu nanti akan terasa khasiatnya setelah diminum selama tiga hari. Jadi, sekarang aku duduk di depan meja sambil merenungi tentang botol air doa ini. Apakah aku harus meminumnya atau tidak? Ada sedikit rasa was-was yang datng entah dari mana. Sepertinya bulu kudukku agak merinding dan aku putuskan untuk membiarkan saja botol itu penuh. Aku mengantuk. * Dear diary, Aku ingin bercerita padamu, bahwa ini adalah hal tergila dan ternekad yang pernah aku lakukan seumur hidupku. Kau tahu, bahwa Cleon mengajakku mendatangi rumah lama yang sampai kini belum laku dijual. Sampai kata Ayah, papan tulisan ‘Rumah dijual’ itu akhirnya dilepas juga. Hei, kau tahu! Ini adalah satu perjalanan yang menakutkan dan bikin denyut jantung berdegup kencang. Selama di perjalanan aku terus berdoa dan berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa denganku. Oh ya, Cleon memberiku sesuatu. sebuah gelang Kouka yang cantik. Katanya agar aku tidak diganggu saat ada di sana. * Dear diary, Aku pernah membaca buku yang pernah kubeli dulu, ya… buku yang dibaca dari judul saja sudah bikin ngeri dan mimpi buruk. Apalagi kalau yang k****a itu tentang Hari Kiamat. Sumpah, setelah membacanya sempat aku menggigil selama 7 hari 7 malam. Ini tentang cerita si Dajjal. Bahwa Dajjal itu adalah si Picak bermata satu. Yang katanya jika ia telah datang, maka dia akan membawa sesuatu yang nampak sebagai surga dan neraka. Di mana dia katakan surga, padahal itu sebenarnya adalah neraka. Dan yang dia katakan neraka, maka sebenarnya itu adalah surga. Dan apa kau tahu diary? Aku pernah mendapatkan mimpi bertemu dengan sosok itu, si sosok bermata satu yang mengetuk pintu rumah. Di mana saat aku membuka pintu, yang tampak adalah wujudnya si mata satu. Aku merasa seperti mengalami déjà vu, kau tahu berapa umurku saat aku memimpikan itu? Ya… 12 tahun. Dan aku sama sekali belum mengetahui apa-apa tentang segala hal. * Dear diary, Ini adalah kenakalan pertamaku, dan kau tahu? Aku sampai harus berjalan mengendap-endap saat akan memasuki Padepokan. Dan, seperti diketahui bahwa Kakek Darmo sudah tidak lagi tidur di pos jaga. Lalu, aku harus masuk darimana? Apa ada pintu belakang? Kalau sampai ketahuan, bisa mampus aku…  * Aku tidak tahu siapa mereka, Ternyata di sana sungguh mengerikan, Kuntilanak, Pocong, Raksasa, Gendruwo, Anak kerdil, siluman, macam, dan hantu-hantu lainnya. Kakek… kau di mana? Mengapa memintaku untuk kembali ke sana? Liliana takut, takut sekali. * Dear diary, Apa aku harus sudahi saja semua ini? Perjalanan yang kutempuh rasanya sangat berat, berat sekali. Baru saja pertama melangkah, jantungku sudah seperti berhenti saja. Diary, apa aku harus sudahi saja semua ini?  * Dear diary,             Aku tidak tahu harus berkata apa. Dan apa tujuan hidupku di dunia ini, kau tahu… mendapatkan beban berat seperti ini rasanya hati dan pikiranku tidak kuat menjalaninya sendiri. Sana-sini semua mendapatkan tekanan, beban mental yang kurasakan sangat berat. Jika memang dunia gaib itu terasa dan terlihat mengerikan, kenapa aku harus membuka kembali portal gaib yang sudah lama kututup sedemikian lama?             Bukankah itu sangat mengerikan? Aku tidak habis pikir orang-orang seakan-akan menjerumuskanku ke dalam jurang. Apalagi tentang gambaran sketsa-sketsa itu, mengerikan. Semua mengerikan.             Bukankah lebih baik aku tak terlahir ke dunia jika harus menghadapi ujian semacam ini? Apakah aku kuat? Apa diri ini kuat menghadapi semuanya? Aku bukanlah Wonder woman supergirl yang memiliki kekuatan lebih. Aku hanyalah Liliana, Liliana yang sebenarnya berjiwa lemah dan tidak tahu harus berbuat apa. Hidupku hanya sebagai penjalan perintah saja, tak lebih dari itu.             Ya, tak lebih dari itu.             Mengerikan… * Dear diary,             Kau tahu, tepat malam itu aku bermimpi lagi untuk yang kesekian kalinya. Seakan-akan aku berada di sebuah tempat dan dimensi yang berbeda. Di mana yang kulihat hanyalah kegelapan. Berdiri di satu jalan yang gelap dan sepi. Hawa dingin yang kurasa terasa berbeda. Aku di mana? Kenapa bisa sampai ke sini? Aku terus berjalan tanpa arah dengan tangan yang memegang sesuatu, yah.. selembar sketsa bergambar si Kakek penjaga gaib itu. Aku juga tidak tahu harus ke mana, terus saja berjalan. Hingga akhirnya aku sampai ke suatu tempat yang membuat kakiku ini berhenti melangkah. Aku melihat sesosok kakek itu duduk di atas batang pohon yang sudah ditebang dalam posisi semedi dan memejamkan mata. Dengan tubuh berbalut pakaian adat Jawa khas dengan odengnya yang melingkar di kepalanya. Aku mencoba untuk menyapa, tampilan yang lain itu sempat membuatku pangling atau istilahnya tidak mengenali karena terlihat berbeda seperti yang sebelumnya pernah kulihat.             Aku memanggilnya, “Kek, ini Kakek?”             Dan kakek itu pun mengangguk lalu berkata, “Jangan engkau membuat sesuatu atau memberitahukan gambar wujud kakek pada orang lain.”             Itu saja yang kudengar darinya sebelum aku sempat bertanya lagi tentang perintah larangan tersebut. Tubuhku sudah melesat jauh mengitari langit begitu cepatnya dan sampai aku melihat tubuhku sendirian  yang tertidur di atas kasur. Semua terasa begitu cepat, tapi sekejap aku melihat sesosok wanita yang kukenal tengah berdiri diam terpana melihatku. Dan aku terbangun seketika, tanpa kulihat siapapun di dalam kamar. Selain hanya aku yang sendirian.             Diary, kau tahu… ini seperti sebuah mimpi yang nyata tanpa aku ketahui apa makna dibalik semua sebelum akhirnya aku merenungkannya seharian. * Dear diary,             Kau tahu tidak? Hari ini Pak Ardhan ngajak aku nonton film. Seneng banget nggak sih? Nanti, selepas pulang dari nonton, aku cerita semua ke kamu ya! Tunggu aku…!!! Dan jangan iri. * Dear diary, Aku ingin engkau menjadi saksi bisu atas segala hal yang terjadi. Hingga akhir masaku nanti, catatan inilah yang akan bercerita pada dunia. Atas apa yang terjadi padaku dan semua yang ada di sekitar. Hari ini aku menjemput Venus dan ini pertama kalinya aku bermalam bersama dia di rumah. Sebenarnya, meski tim pemburu hantu itu sudah menetralisir semua. Tapi aku masih agak meragukan bahwa apa benar tak akan kembali? Sebab semenjak di perjalanan tadi, degup jantungku terasa kencang sekali. Aku merasa was-was kalau-kalau sesuatu yang lebih mengerikan daripada ini akan terjadi. Oh ya, aku di malam itu setelah rumah ini dibersihkan. Aku melihat sosok Kakek gaib itu tengah duduk bersemedi. Dia marah, yah… kau tahu menahan rasa kesal di d**a. Aku mencoba untuk mengingat-ingat kata-kata itu bahwa ‘dia benar-benar marah’ karena bukan aku yang turun tangan malah orang lain. Dan kini, ada Venus di sampingku. Dia… duduk di atas kasur kamar yang akan kutempati nanti. Tidak ada reaksi apapun atas dirinya, meski mungkin dia agak merasa tapi tak dirasa.             Diary, aku mencatat ini semua untuk menumpahkan semua rasa kegalauanku. Dan juga sebagai catatan untuk Pak Ardhan atas apa yang kurasakan selama ini. Aku hanya bisa bercerita dalam bentuk diary. Keanehan-keanehan tanpa ujung. *  Dear diary,             Ayah datang ke rumah, mencari tahu keberadaanku yang malam itu tak menjawab panggilan telpon. Katanya Ayah sudah menelponku berkali-kali tapi tak ada yang angkat. Sampai akhirnya Ayah datang ke rumah. Kau tahu diary, Ayah memergoki Pak Ardhan dan aku yang sedang tertidur di satu ranjang yang sama. Setelah itu kau pasti tahu apa yang terjadi kan?             Ya, Ayah murka dan kembali memukuli Pak Ardhn sampai babak belur. Apalagi saat itu aku baru saja tersadar dari pingsanku yang lama sekali.  Kata Ayah begini, “Kau sudah apakan putriku, kau sudah begitu, kau wajib menikahinya!”             Bagai disambar petir, aku harus mau menikah dengan bosku sendiri. Bagaimana nanti? Huhuhu…             Pak Ardhan kata begitu juga, huhu dia setuju menikahiku padahal aku tidak mau!! Aku mau kabur saja! Aku pernah jatuh cinta, sekali saja saat itu. Lalu patah hati. Dia, Roki. Dan sampai kini aku masih memendam rasa cintaku padanya.             Jika aku harus menikah dengan Pak Ardhan, hidupku sudah tak bebas lagi!                                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD