Bab 49 Si Bintang Jatuh dari Langit

1537 Words
            Mata Tirta terbuka setelah sukma kembali ke dalam raganya. Pada momen yang dirasakannya beberapa saat tadi, amat menguras tenaganya. Saat tahu dan melihat ada sesemakhluk lokal pengganggu merasuki tubuh Liliana. Beruntung sekali dia berhasil mengusir makhluk itu untuk menjauhi Liliana. Tirta juga sempat melihat sesosok lelaki yang masuk ke dalam rumah Liliana dan memeluknya erat lalu dibawanya ke kamar. Selepas itu Tirta memutuskan untuk tidak melihat lebih jauh dan kembali ke dalam raganya. Tubuh lelaki itu berkeringat sampai punggungnya basah. Meraga sukma juga sangat menguras energi, meski hanya sebentar saja tapi melepas sukma dalam beberapa menit saja sudah membuat otot lemah dan lunglai.             “Liliana, semoga kamu di sana baik-baik saja,” Tirta bangkit dari alas meditasinya dan mengganti kaos bajunya yang sudah basah sebelum keluar untuk menemui tamu di luar. Di dalam pikirannya sempat dia melihat secara terawangan apa yang dilakukan lelaki itu bersama Liliana yang masih tak sadarkan diri. “b*****t kau laki-laki buaya,” umpatnya saat dari bayangan yang terlihat di depannya itu, si bos Liliana sedang memeluk erat Liliana dan tidur di sampingnya sambil menciumi rambutnya. Terbesit secuil rasa di dalam hati Tirta saat pertama kali bertemu dengan Liliana dengan sapaan pertamanya,     "Hai, Kaka..., ini aku Liliana..."                                                                                                  *             Dear diary,             Ayah datang ke rumah, mencari tahu keberadaanku yang malam itu tak menjawab panggilan telpon. Katanya Ayah sudah menelponku berkali-kali tapi tak ada yang angkat. Sampai akhirnya Ayah datang ke rumah. Kau tahu diary, Ayah memergoki Pak Ardhan dan aku yang sedang tertidur di satu ranjang yang sama. Setelah itu kau pasti tahu apa yang terjadi kan?             Ya, Ayah murka dan kembali memukuli Pak ArdhAn sampai babak belur. Apalagi saat itu aku baru saja tersadar dari pingsanku yang lama sekali.  Kata Ayah begini, “Kau sudah apakan putriku, kau sudah begitu, kau wajib menikahinya!”             Bagai disambar petir, aku harus mau menikah dengan bosku sendiri. Bagaimana nanti? Huhuhu…             Pak Ardhan kata begitu juga, huhu dia setuju menikahiku padahal aku tidak mau!! Aku mau kabur saja! Andai aku dapat berteduh Dibawah kesejukkanmu Menyepi dalam sunyi Mengadu pada selembar daun Yang rontok,karena tua      Kugenggam daun itu      Air mata merembes      Menembus celah-celah daun      Lembaran   daun yang rapuh      Seperti hatiku                                                                             *              Sejak Roki memintaku untuk tidak menelponnya kembali. Pikiranku berubah menjadi kalut. Apalagi saat itu usiaku baru saja menginjak dua puluh dua tahun. Dan, penantianku selama ini juga telah sia-sia belaka. Sebuah penantian selama dua tahun lebih,tak ada gunanya sama sekali.             “Aku pikir, aku pikir dia akan menyukaiku setelah dia benar-benar sudah lulus dari kuliahnya. Aku pikir, aku adalah wanita yang dicintainya. Aku pikir begitu,dan aku pikir seperti itu!”seruku pada sahabat karibku Diaz. Dia hanya terdiam mendengar segala jeritanku.             “Aku pikir juga, sifatnya akan berubah menjadi baik padaku,tidak ketus,tidak sombong,dan acuh! Dia pikir,dia pikir siapa dia?artis?yang pantas dikejar-kejar, aku pikir dia akan lebih menyukaiku setelah aku memakai jilbab. Dan aku pikir selalu begitu!”sambungku kesal.             Kemudian Diaz menjawab;             “Aku pikir,dia memang benar. Kau telah dipandang agresif, makanya dia tidak menyukaimu.” Ucapnya mengejutkanku.             “Bukankah, setiap orang yang jatuh cinta akan seperti itu? Bukankah begitu? Dia itu adalah laki-laki yang benar-benar bodoh!”sahutku marah. Nafasku begitu sesak setelah mendengar tiba-tiba Roki menutup telepon secara kasar. Dan saat itulah,aku benar-benar membencinya. Apa dia pikir,dia adalah laki-laki satu-satunya di dunia? Apakah dia pikir seperti itu?             Menggenaskan!!!             Tapi, kenapa aku masih memikirkannya? *             “Liliana, Roki itu akan mendaftar menjadi tentara angkatan laut,” ucap Yuli mengejutkanku.             “Apa? Angkatan laut?”             “Iya, makanya dia itu tidak ingin berhubungan dengan wanita-wanita dan para fansnya sampai saat ini?”sambung Yuli menjelaskan semuanya di dalam telepon.             Rasanya, gagang telepon itu seakan terjatuh. Tidak bukan gagang telepon,tapi hatiku yang rontok seketika.             “Tidak! Itu tidak boleh! Aku, aku tidak bisa bertemu dengannya lagi,” jeritku didalam telepon.             “Jangan begitu, bukankah dia hebat kalau bisa sampai masuk?” ujar Yuli.             “Tidak, tidak boleh! Pendidikan di sana lama sekali! Apa…apa aku harus menunggunya lagi selama itu?” tanyaku padanya.             “Tidak apa-apa, mungkin hatinya bisa luluh setelah melihatmu menunggunya,siapa tahu bisa berubah ya nggak?” sambungnya menjawab. Tidak...ini tidak boleh!             “Kalau dia diterima, dia tidak boleh berhubungan dengan keluarga dan teman-temannya selama tiga bulan pertama, lalu dilanjutkan lagi empat bulan berikutnya,” sambungnya lagi.             Rasanya, lidahku terasa begitu kelu mendengar ucapan itu. Tidak, ini tidak mungkin. *         Roki, jangan ikut...ya?” pintaku memohon. Entah datangnya darimana perkataanku ini. Yang jelas,rasa maluku sudah tidak ada lagi. Aku mendengar dia tertawa begitu renyahnya.         “Kenapa? Siapa yang bilang?” sahutnya kembali bertanya padaku. Inilah,satu hal yang tak kusukai darinya.         “Roki, jadi ini alasanmu?” tanyaku dengan hati yang begitu resah,saat ini aku berada di wartel seperti biasanya. Menyala-matikan kipas angin di depanku. Jari-jariku berputar-putar mengelilingi seekor semut yang sedang berjalan,kebingungan.         “Alasan apa?” tanyanya         “Alasanmu untuk tidak mau punya pacar dulu!” seruku lalu menutup pembicaraan tiba-tiba. Gagang telepon itu kubanting begitu saja. Entah, aku begitu kesal. Sampai akhirnya aku tak ingin memperdulikannya kembali. Puisi untuk kesia-siaanku; Aku pikir,dia mencintaiku Aku pikir,dia menyukaiku Aku pikir,dia tahu isi hatiku Membiarkanku menantinya             Tapi,sekarang             Setelah tahu semua             Aku tak mau mencintai             Tak mau menantinya Cinta Bagaikan sebuah cerita Cerita sahdu Yang bodoh,benar bodoh Karena kau menjadi bodoh Didalam cinta             “Aaarghththhtt!!!” jeritku sambil menendang bantal gulingku diatas kasur. Semua berkat dia, aku memakai jilbab karena aku terpengaruh oleh anggota UKKI yang diperkenalkan Roki padaku. Tapi, dia sudah pergi. Dia sudah pergi.             Selamanya....             Tak akan pernah kembali,padaku lagi. Uups!!!kapan dia datang padaku?kapan pula dia kembali padaku?             Kuberi saja tanda tanya...???????????? *                         Puisi tentang Bayang Cinta:   Kurakusi wajah ayu Bersama senyum dan tawa senda Renungan mata bola yang sayu Mucuk jiwa dengan redza Mataku, Hatiku jua Diragut kekesalan Diselimuti kepiluan Disana perasaan Antara cinta dan harapan   Kekasih... Yang dirindu Berhadapan aku bahagia Kau menghilang tak kusadari   Sayang... Hati ini kian pudar Harapan kian cemar Bersama bebunga hampa Disemai karena jiwa Berakhir sebuah rahasia Cinta yang sudah punah   Cinta yang sudah punah...                         Menggapai mimpi yang tak nyata, bersimpuh di pangkuan langit. Berteriak pada bintang yang diam,tak berkata. Ketika cinta terasa seperti itu, pergilah,pergilah yang jauh. Jangan mengharapkan kehadirannya kelak. Karena dia hanyalah sebuah bayangan cinta,bayangan impian yang semu. * Kehilangan separuh hati         Aku, sudah tidak menghubunginya selama dua bulan ini. Atas permintaannya padaku. Aku,tak mengenalnya selama dua bulan itu dengan suara dan canda tawanya. Kosong, hati terasa sepi tanpanya. Berbaring melamun sendirian di atas ranjang,menyudut dan melamun. Aku, menatap jam dinding dan kemudian kuhela napas yang begitu panjang. Kualihkan pandanganku pada sebuah telepon. Kuangkat gagang telepon itu,dan berusaha untuk menekan tombolnya.                    Tidak, teriakku dalam hati menjerit. Aku adalah seorang wanita, tidak boleh terlihat agresif dimata lelaki. Namun, rasa kerinduan itu selalu bergelut dengan hatiku. Memberontak dengan cinta. Akhirnya, aku mengalah pada cinta.                    Nada sambung terdengar begitu jelas,menggetarkan jantungku. Berdebar. Terasa berdebar.                                “Assalamualaikum, bisa...bisa bicara dengan Roki?”tanyaku pada wanita itu.                             “Rokinya tidak ada, dia ada di Bandung,” sahutnya. Alisku mengernyit keatas dan sedikit berpikir, sedang apa dia di Bandung.                                “Ke bandung? Di rumah neneknya ya Tante?” tanyaku sok kenal dan sok tahu. Tidak, bukan begitu! Aku hanya ingin menolak pemikiranku tentang dirinya.                         “Tidak, dia sedang mengikuti test angkatan laut.” jawabnya lantang. Petir seakan menggelegar membelah batang otakku menjadi dua. Telingaku seakan menderu-deru kencang mengalahkan angin yang berbisik. Air mata seakan membanjiri lantai rumahku, dan bergetarnya bibirku yang sedikit tertahan. Dengan nada terbata-bata.                                 “Ti...tidak mungkin, yang benar Roki ada di Bandung, Tante?” tanyaku balik masih sangat tak percaya. Bagaimana mungkin, dia benar-benar tidak memberitahukan keberangkatannya padaku? Bagaimana mungkin? Lalu, selama ini aku dianggapnya apa? Tidak adakah sama sekali? Walau hanya sebiji sawi pun.                                            Semua seakan musnah, saat kemudian aku menutup pembicaraanku. Kusandarkan kepalaku di dinding dan menatap langit-langit, menangis dan menangisi kebodohanku selama beberapa tahun ini. Menanti hal yang sungguh sangat sia-sia belaka.                                     Itu sebabnya, dia memintaku untuk tidak sering-sering menelponnya dan bertemu dengannya. Walaupun hanya sekali saja, dia tak memperbolehkanku untuk bertemu. Walau untuk sekali saja, perasaanku benar-benar kacau. Hatiku rasanya begitu teraduk-aduk,antara benci,kesal,marah dan cinta. Menjadi satu. Tidak, dia itu bukan manusiaLiliana ! Dia, bukanlah seorang manusia yang mempunyai hati seperti kamu! Jerit hatiku.                                “Iya, dia bukanlah seorang manusia,dia adalah sebatang kayu yang hanya akan tetap menjadi sebatang kayu, jika tersiram air sebanyak apapun dia tetap menjadi kayu, kecuali hatinya sudah benar-benar busuk termakan oleh rayap”gumamku menangis. Kubuka buku diaryku dan kutuliskan semua perasaanku yang tertoreh dihati. Sehingga hatiku tak merasa sakit lagi, kupindahkan saja rasa sakitku didalam buku ini.             Penantian seorang gadis katak;                Roki, kenapa namamu selalu terpampang disini? Dan, kenapa aku masih menyukaimu? Jangan, kau tidak boleh ikut pendidikan Angkatan Laut! Nanti,kau akan meninggalkanku, kesepian.Boleh, boleh kau ikut pendidikan itu,asal kau suka padaku. Dan, menyatakan cinta padaku. Yang selama ini sangat kuharapkan. Penantian itu, segala doa itu hanya untukmu.Aku, akan menunggumu jika memang cinta padaku. Tapi, tidak kau ucapkan perkataan itu, dan artinya. Selamat tinggal untukmu, sang pelaut yang suka berlayar dengan hati yang tak pasti. Gapailah impianmu seluas laut,sampai kau tak teringat akan penantian seorang wanita yang menderita sebagai katak kecil.Tapi, suatu hati pasti! Disaat kau sendirian dan merasa kesepian, kau akan mengingatku. Walau hanya sekilas. Aku yakin, kau akan mengingatku saat kau sendirian diatas kapal. Berlayar.                                                                                         *                                                                                                                                                                                                                                           
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD