Chapter 2 (Happy Friday)

1282 Words
Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari jumat. Pagi ini memang sangatlah cerah beranjak siang hari matahari pun semakin unjuk gigi menyinari kilauan cahaya bak memayungi di tengah-tengah aktifitas kami. "Bil, jumat ini panas banget nggak sih?". Tanya Nisa menghimpit tangan kirinya di ketiak Nabila seraya mengibaskan tangan kanannya yang bebas. "Yupz, exactly". Balas Nabila mengiyakan seraya tangannya menghadang kilauan matahari yang masuk ke dalam manik-manik matanya. "Ssh". Nisa menghentikan langkanya dan meringis kesakitan seraya meremas perutnya. Mengetahui sahabatnya kesakitan Nabila Ikut memberhentikan langkahnya. "Nisa ada apa? wajahmu pucat?!" "Sebenernya ini hari pertama haid ku, kayanya, kalau aku terusin jalan aku nggak kuat deh Bil perut ku sakit". Rengek Nisa masih meremas perutnya menahan sakit. "Ya ampun Nisa, rasanya pasti sakit banget yah". Ujar Nabila cemas seakan merasakan kesakitan sahabatnya. "Iya nih Bil. Aku kayanya mau pesan ojek online aja deh". Imbuh Nisa. "Yaudah kalau gitu kita cari tempat yang teduh dulu yuk buat nungguin abang ojeknya". Tambah Nabila sembari merangkul sahabatnya yang sedang kesakitan. "Terus nanti kamu gimana?" Tanya Nisa khawatir. "Gak usah pikirin aku Nis, aku nggak pa-pa kok". "Ya aku nggak enak aja Bil sama kamu tadi yang ngajakin pulang bareng kan aku, masa jadi aku yang pulang duluan, terus ninggalin kamu lagi". Tutur Nisa sungkan. "It's okey, i'm fine. Kan yang penting kamu bisa cepat sampai rumah". "Beneran nggak pa-pa Bil?, kamu nggak marah kan??. Tanyanya lagi khawatir " "Serius beneran gak pa-pa Nisa. Ya kali aku marah, mana bisa aku marah sama kamu, nanti apa jadinya Nabila tanpa Nisa". Balas Nabila menghibur sahabatnya. "A... Bila your so sweet, and you all the best best best my friend". Ujar Nisa terharu sambil merentangkan tangannya memeluk Nabila dan ia pun membalas pelukan Nisa. "Nis!, Nisa udahan yuk pelukannya aku susah nafas nih!!". Ujar Nabila gelagapan memberikan pukulan kecil dipunggung sahabatnya. "Astagfirullah, maafin aku ya Bil saking senengnya tuh tadi". Ujar Nisa tertawa kecil sambil melepaskan pelukannya. "Yaudah buruan deh pesan sekarang!" "Oh iya yah, tunggu sebentar yah aku pesan ojeknya dulu". Tutur Nisa sambil mengoperasikan smartphone miliknya. Tak berselang lama ojek online yang dipesan Nisa pun tiba. "Eh Bil, kayanya JEKline aku udah dateng deh". Ujar Nisa sembari membaca inbox dari ojek online pesanannya, dan matanya pun sesekali mencari-cari kearah ojek online yang dipesannya. "Mana Nis?". Tanya Nabila celingukan. "Itu tuh Bil, tuh bener nggak sih motor vario nomer platnya B6519KTI". Jawab Nisa mengarahkan Nabila dengan jari telunjuknya. "B6519KTI, Ohiya bener itu Nis. Ayo cepetan siap-siap!". Tutur Nabila mengulang ucapan Nisa. Sesampainya ojek online dihadapan mereka... "Mba Nisa?". Tanya Bapak JEKline celingukan mencari sosok calon penumpangnya. "Iya saya pak". Jawab Nisa terlihat masih menahan sakit. "Iya ini dia Nisa pak". Sahut Nabila ikut memperkenalkan. "Oh, ini ya! Sesuai aplikasi ya mba Nisa?". Tanya bapak JEKline ramah seraya menyodorkan helem penumpang kepada Nisa. "Iya pak perumahan mawar blok c no 37 ya". Jawab Nisa memastikan sambil berusaha menaiki motor bapak JEKline. "Siap mbak Nisa. Apakah mba Nisa sudah siap?" Tanya bapak JEKline Ramah. "Iya pak saya sudah si-, eh tunggu sebentar pak". Ujar Nisa memotong pembicaraan sambil membalikan tubuhnya kearah Nabila. "Nabila kamu..???". Potongnya lagi. Nabila memberi isyarat kepada Nisa bahwa ia baik-baik saja, seraya melempar senyum dan mengibaskan tangannya seolah mengusir Nisa. "Gimana mba Nisa, sudah bisa jalan sekarang?". Panggil bapak JEKline bertanya dengan nada suara yang ramah. "Oh, i-iya pak ayo kita berangkat sekarang". Balas Nisa kembali membalikan badannya kearah bapak JEKline. Nisa pun berlalu pergi dengan melambaikan tangan kearah Nabila sebagai salam perpisahan, dan tak lama Nabila pun kembali melanjutkan perjalanannya. "Hm, sendiri lagi deh". Gumamnya dalam hati sembari menghela nafas panjang. Tak berselang lama ia menghentikan langkahnya. "Astaghfirullah, aku lupa ini kan hari Jum'at!! Dan sekarang sudah pukul 11.45?!! Duh gimana ini??". Ucapnya terkejut tatkala melihat kerumunan orang yang jaraknya kurang lebih 10 langkah kaki dari tempatnya berdiri. Matanya terperangah penuh kegelisahan seketika itu pula Nabila menghentikan langkahnya di suatu perbatasan. "Duh gimana dong???". Tuturnya dengan nada gelisah sambil menggigit-gigit ibu jarinya. (Nabila memiliki kebiasaan menggigit ibu jarinya apabila ia merasa takut ataupun gelisah). "Jika ku tahu seperti ini, akan ku katakan kepada Nisa bahwa aku tidak dalam keadaan baik-baik saja". Ucapnya dalam hati. "Ini pak uangnya!, makasih ya pak". Tutur Nisa riang. "Iya mba Nisa sama-sama. Mari mba". Balas bapak JEKline ramah dan langsung melesat meninggalkan kediaman penumpangnya. "Mari pak, hati-hati di jalan!". Ujar Nisa ramah. "Alhamdulillah, sampai juga di rumah". Ucap Nisa seraya membuka pintu rumah. "Mmh, Nabila udah sampai juga belum, yah? Aku telefon ah!". Gumam Nisa lagi seraya menekan tombol nomer di smartphonenya. "Tuutt..." Terdengar nada suara tersambung, namun belum jua ada jawaban dari Nabila. "Loh, kok nggak diangkat ya? Coba lagi deh!". Ujar Nisa kembali menghubungi Nabila. "Maaf nomor yang anda tuju tidak menjawab tinggalkan pesan..." Suara operator berulang-ulang terdengar. "Duh.. Kenapa gak diangkat si Biiil?!. Apa Bila belum sampai ya??". Gumam Nisa dalam hati. "Apa mungkin Nabila masih dijalan yah?! Tunggu aja deh nanti kalau dia sudah sampai pasti telfon balik". Tambahnya . *** Sementara Nisa sedang sibuk menelepon Nabila, keadaan Nabila justru tengah di ambang dilema karena harus melewati kerumunan orang-orang yang akan melaksanakan sholat Jum'at. "Duh gimana nih, gak ada jalan lain selain melewati masjid". Gumam Nabila khawatir memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Nabila tengah dilema, ia lupa bahwa hari ini adalah hari Jum'at dimana tidak seorang wanita pun akan melewati area masjid. Sebenarnya Nabila sudah tahu bahwa setiap hari Jum'at mendekati waktu dzuhur, area masjid An-Nur memang jarang dilintasi wanita bahkan hampir tidak ada. Masjid An-Nur yang tidak terlalu besar dengan kapasitas jamaah yang banyak, mengharuskan beberapa jamaah mau tidak mau mengelar sajadah serta melaksanakan sholat di area luar masjid. Bahkan pihak DKM sempat memberi imbuhan tertulis khusus di hari Jum'at agar wanita tidak melewati masjid ketika telah memasuki waktu dzuhur. "Relax Nabila! hhhmmptt, huufftt". Ucap Nabila menarik nafasnya dalam-dalam menenangkan diri. "Baiklah! adzan dzuhur berkumandang tepat pukul 11.45. Saat ini masih pukul 11.38, itu berarti masih ada 7 menit lagi. Yang kamu butuhkan hanyalah pura-pura enggak tau, okey! Huufftt semangat Nabila!". Ucapnya lagi menghela nafas kasar bernada semangat. Saat Nabila mulai memberanikan diri untuk melangkah menuju kerumunan jemaah yang akan melaksanakan sholat Jum'at. Ditengah-tengah kepanikannya melewati jalan sempit yang hampir 70% nya sudah di padati para pria. Saat hendak menerobos lewat tiba-tiba saja. Drrtt!! drrttt!!! Telepon selulernya berdering. "Allahuakbar! bikin deg-degan aja nih hp! Jalan aja Nabila, sekarang bukan waktunya angkat telefon!!". Ujarnya bertekad sambil membekap handphone yang ada di dalam saku gamisnya. Nabila berusaha untuk tak mengeluarkan handphone dalam saku gamisnya, ia masih terus berjalan menuju jalan keluar area masjid. Namun smartphone nya terus saja berdering, dan membuatnya tak tahan ingin meraih dan segera menonaktifkan benda pipih yang ada di sakunya agar ia bisa fokus berjalan melewati kerumunan. Drtt!! Drtt!!! Drtt!! Drtt!!! "Duh, siapa sih?! dari tadi gak henti-hentinya telepon aku terus". Pungkas Nabila terdengar panik dan kesal. Nabila mulai terusik, ia langsung mengambil handphonenya sambil meneruskan langkahnya yang agak cepat dengan pandangan teralih ke telefon genggam miliknya. Tak terasa langkahnya sudah mencapai di tengah jalan area masjid. Ketika ia hendak menonaktifkan handphonenya tiba-tiba saja. Brukk!! Krakkk!!!! Keningnya menabrak punggung bidang milik seseorang dan sudah di pastikan punggung itu milik laki-laki yang hendak sholat Jum'at, di iringi suara benda yang terjatuh ke aspal, ya benda pipih itu adalah smartphone milik Nabila yang jatuh dari genggamannya. "Aah-". Sentak Nabila membuatnya mundur beberapa langkah dan tak mampu mengontrol tubuhnya hingga akhirnya ikut terjatuh. Seorang pria dengan perawakan tinggi berbadan atletis menyadari, bahwa punggungnya terasa sakit akibat benturan keras dari seseorang. Laki-laki itu segera menoleh ke arah seseorang yang sudah terjatuh di bawah kakinya. "Permisi ukhti!, apakah kamu baik-baik saja?". Tanyanya agak merunduk kan kepalanya mencari mata sang gadis yang menabraknya tadi. Bersambung..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD