Chapter 4 (Bertemu Di Majelis Ta'lim)

1429 Words
Ring! Ring! Ting! Ting! Ting! 20 panggilan tak terjawab 15 chat Why App -Khoirunnisa- Nabila terlihat khusyuk beribadah, setelah salam ia langsung menengadahkan tangannya bermunajat dengan khidmat memohon ampun kepada Sang Illahi. "Allahumma aamiin ya rabbal al-amin" Selepas sholat Nabila tak langsung membuka mukena yang dikenakannya. Disandarkan kepalanya di pergelangan tangan yang diluruskan di kasur, lisannya masih berdzikir namun pikirannya masih melayang-layang tak menentu. Lamunannya buyar tatkala netranya sampai pada benda pipih yang bersinar. Di raihnya benda pipih yang tergeletak di depannya. -Khairunnisa- "Bil" "Nabil" "Kubil" "Nabila" "NABILA RADYA ZALKA!" "Ya Allah, sumpah Nabila sahabat ter-nyebelin seantero raya". "Bil" "Nabil" "Kubil" "Iiiihhh Bilaaaaa" "P" "P" "P" "P" "TERSERAH MAU DI BALES ATAU ENGGAK! APAPUN JAWABANNYA AKU TETEP NUNGGU KAMU NANTI MALAM BADA ISYA DI DEPAN RUMAH MU! Wassalam". "Allahu Akbar!!! Ini sih namanya pemaksaan Khairunnisa!". Ujarnya merengek saat membaca 15 pesan singkat dari Nisa. Alam berubah ke warna merah dan seterusnya memasuki fase kegelapan. Waktu Isya ini menyimpan rahasia ketenteraman dan kedamaian dimana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak. (Arti dibalik perubahan warna langit di waktu sholat tiba @Islampos) Terdengar suara motor terparkir di halaman rumah Nabila. Dan ternyata Nabila sudah menunggu terlebih dahulu di depan teras rumahnya sebelum sahabatnya sampai. "Nabiilll". Pekik Nisa kegirangan yang masih memarkirkan sepeda motornya, dan berlari ke arah Nabila tanpa melepas helmet hijab miliknya. Di pegangnya tote bag kanvas yang menggelayut di bahunya dengan kedua tangan yang menggenggam erat tali Tote bag miliknya. "A.. sweet banget sih kamu Bil, gak ngabarin lagi taunya udah nungguin aku". Peluk Nisa ketika sampai di hadapan Nabila. "Ck, dateng kerumah orang tuh salam!, bukan teriak-teriak heboh kek gitu!". Ketus Nabila melepaskan pelukan sahabatnya seraya memukul helmet Nisa dengan gulungan kertas yang sudah ia bawa sedari tadi dan iseng di gulung-gulung. "Ohiya sampe lupa, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarkatuh Nabila ku". "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarkatuh". Balas Nabila dingin. "Bunda sama Abi ada di rumah?" Tanya Nisa "Eh, ada kak Nisa". Panggil seorang wanita di sela-sela percakapan mereka dan ternyata Asma yang tiba-tiba nongol dari pintu rumah. "Assalamu'alaikum Asma Nadia". Ujar Nisa enghampiri Asma dan disambut Asma seraya mencium punggung tangan Nisa. "Wa'alaikumussalam kak Nisa,! Yuk kak masuk dulu, bunda ada kok di dalam". Pungkas Asma mengajak masuk sahabat kakaknya. "Assalamu'alaikum bunda". Ucap Nisa riang. "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarkatuh, hai Nisa. Apa kabar? Mau pada kajian ya?". Jawab Rahma melempar pertanyaan. "Alhamdulillah baik Bun, bunda sehat? Iya nih aku sama Nabila mau berangkat kajian". "Sehat, Alhamdulillah sayang". Jawab Rahma lembut sembari mencium pipi kanan kiri Nisa. Nisa memang teman Nabila sedari SMP sampai beranjak ke universitas mereka masih bersama menjalin persahabatan yang utuh. Tak heran Rahma memperlakukan Nisa bak putrinya sendiri. Namun bunda anak dua ini memang memiliki sifat ramah tutur lembut juga anggun. Kalau ditanya cantik tidaknya, sudah pasti. Bunda Rahma memiliki paras cantik, gak ngebosenin. Ditambah kulit bersih, alis hitam alami juga bermata sendu menambah kesempurnaan ciptaan Allah, selalu tersenyum, dan jarang sekali terdengar nada marah. Oleh sebab itu wajahnya terlihat seperti wanita yang masih berusia 30-an padahal aslinya sudah hampir menginjak kepala lima, awet muda ya Bun. Tak heran jika Nabila dan Asma memiliki wajah cantik ibunya, terutama Nabila yang enak dipandang bukan cuma laki-laki bahkan wanita pun tak bosan melihat parasnya yang teduh. Dan semua karakteristik milik Rahma di turunkan ke putrinya Nabila. "Abi kemana Bun?". Tanya Nisa sembari netra nya mengelilingi ruangan mencari sosok ayah sahabatnya. "Abi masih di masjid Nis. Kalian kalau mau berangkat, pergilah nanti akan bunda sampaikan kalau kalian pamit ke majelis taklim". "Okedeh Bun, kalau gitu aku sama Nabila pamit ya, salam buat abi". Pungkas Nisa seraya mencium punggung tangan Rahma. "Aku pamit ya Bun". Ikut Nabila mencium punggung tangan Rahma dan mencium kedua pipi ibunya. "Dek, kakak sama kak Nisa pergi dulu ya, jagain bunda ya sampai Abi pulang!". Ujar Nabila memberi pesan kepada sang adik. "Iya kak, jangan malam-malam ya!! Jangan lupa bawa oleh olehnya juga". Ujar asma manja mencium tangan Nabila. "Iya nanti kakak bawain materi kajian ya". Seraya mengusap pucuk rambut Asma yang terbalut hijab. "Ih kak Bila mah nggak pengertian!". Pungkas Asma merajuk menyunggingkan bibirnya namum dibalas gelak tawa oleh Rahma, Nabila dan Nisa. "Dah Asma, dah bunda assalamu'alaikum". Ucap Nisa memberi salam, di ikuti suara Nabila sembari melangkahkan kaki keduanya meninggalkan rumah Nabila. *** Allah SWT juga berfirman di dalam Al Quran surat Hud ayat 114 yang memerintahkan umat Islam mendirikan sholat di awal pagi dan petang. وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ Artinya: Dan kerjakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). Suara merdu seorang ustadz yang tengah menyampaikan isi kajian. Nabila dan Nisa yang baru sampai sibuk melangkahkan kaki mereka di antara barisan ibu-ibu, mbak-mbak yang sedari tadi sudah mengikuti kajian ustadz Ibra, sembari sesekali mata keduanya celingukan kanan kiri mencari tempat duduk. "Ini sih udah ketinggalan jauh banget Bil, dengerin deh ini mah udah hampir masuk inti dari kajian". Ujar Nisa sembari matanya mencari sosok sang ustadz pujaannya. "Yaudah gak apa-apa. Tuh ada yang kosong! Yuk duduk di situ aja!". Pungkas Nabila mengajak sahabatnya mengikuti arah tempat yang ia tuju. "Udah, gak usah manyun-manyun gitu. Yang penting kan udah ada niatan dateng kajian juga udah dapet pahala kok". Tambah Nabila sembari duduk dan mendapati wajah Nisa yang sedang cemberut akibat telat datang kajian. "Atau, jangan-jangan dari tadi niatnya bukan kajian! tapi niat mau ketemu ustadz Ibra ya?". Tambahnya lagi menggoda Nisa. "Ih Bila. Kamu tuh kalau ngomong suka bener deh. Hehe". Ujar Nisa yang semula menatap tajam Nabila yang berakhir canda gelak tawanya. "Astaghfirullah aladzim Nisa". "Yee, kan tadi aku udah bilang sambil nyelam minum air. Sambil kajian sambil lihat kang mas ustadz". "Sak karepmu Nis". Pungkas Nabila kesa seraya memalingkan pandangannya ke arah penceramah. "Masya Allah ustadz Ibra ganteng banget yah Bil. Dari jauh aja udah kelihatan gantengnya apalagi kalau di lihat dari dekat. Mmh, gemesnya, sexi banget ya Bil jadi pengen cubit sayang deh". Imbuh Nisa centil cengengesan. "Astaghfirullah aladzim, nyebut Nisa! nyebut!". Ucap Nabila mengingatkan memandangi sahabatnya yang hampir m***m mengagumi ustadz Ibra sembari menggelengkan kepalanya. Sepanjang kajian Nabila mungkin sudah mendapatkan pahala plus-plus berkat sahabatnya. Bagaimana tidak, sudah dapat pahala memperhatikan dan mendengarkan isi kajian, plus dapat pahala beristighfar karena sahabatnya yang tidak fokus. Flashback.. "Ya Allah Bila, diabetes deh gue lama-lama ngeliat yang manis-manis". Kedua tangannya melingkar di lengan Nabila sambil menarik-narik lengan baju Nabila. Nabila tak menghiraukan celoteh sahabatnya sambil menyingkirkan risih tangan Nisa yang bertengger di lengannya. "Nikmat Allah yang mana lagi Bil yang kamu dustakan. Kek nya Allah pas nyiptain kang mas ustadz Ibra lagi bahagia banget deh. Udah tinggi, putih, bersih, hidungnya mancung, alisnya tebal hitam, matanya menawan, bibirnya merah kek opa-opa Korea, berkharisma, pinter, hafidz, jadi ustadz lagi. A.. idaman banget ya Bil". "Bila, Bila, Bila! Masya Allah kang mas ustadz kayanya ngeliatin gue deh, soalnya matanya dari tadi kesini terus". Pungkas Nisa heboh membuatnya menahan malu karena semua pasang mata di bagian shaff wanita sudah melirik keduanya kesal. Namun Nisa tak menggubris sepasang mata yang sedari tadi menatapnya tajam, tatapannya tetap saja fokus memandang ustadz pujaannya. Sedang Nabila hanya bisa merunduk dan menutupi separuh wajahnya dengan tangan menempel di sisi kepalanya. Flashback off.. "Bil, aku ke kamar mandi dulu ya. Kebelet pipis nih". Pinta Nisa segera meninggalkan sahabatnya di depan masjid. "Hmm". Singkat Nabila tanpa memperhatikan Nisa yang telah meninggalkannya dengan pandangannya yang sedari awal sudah sibuk merapihkan lengan baju yang ditarik tarik sahabatnya tadi. Disisi lain seorang pria tengah melangkah keluar melalui pintu masjid, sambil tangannya disibukkan menaruh sesuatu kedalam tas ransel yang diselempang di bahu kirinya. "Eh Nis!, tunggu bentar deh. Ini kayanya sobek gara-gara kamu tarik tadi nih, coba lihat deh". Pungkas Nabila menarik lengan baju seseorang yang diyakininya adalah sahabatnya. Dan disaat yang bersamaan itu pula laki-laki yang lewat disisi kanan Nabila tertarik ke hadapan Nabila. Nabila menoleh namun wajahnya sudah terbenam dalam pelukan seorang pria. Bruk.. "Ah-". Ujar Nabila mengusap keningnya yang terbentur d**a bidang milik laki-laki tersebut, benaknya tersadar bahwa yang menabraknya bukanlah Nisa. "Tenaga mu kuat ba-nget". Imbuhnya lagi mendongakkan kepalanya, seketika ia melambatkan ucapannya. Betapa terkejutnya ia ketika netra nya mendapati seseorang yang ditariknya ternyata bukanlah sahabatnya. Manik-manik matanya yang indah terperangah menangkap sepasang bola mata yang tengah menatapnya bingung. Menatap ke kanan dan ke kiri sepasang bola mata milik Nabila yang sedang melotot. Tanpa tersadar keduanya saling bertatapan. "Ma-af?". Ucap laki-laki tersebut heran, sebab pikirannya yang sudah traveling oleh sayup-sayup perkataan Nabila tadi, sekaligus terkejut karena di tarik oleh seorang wanita yang tak dikenalnya. "Ustadz Ibrahim Yusuf..?!". Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD