00
Chapter 00
"Assalamualaikum."
Samar-samar lelaki berkulit putih yang sedang tiduran di sofa itu mendengar suara salam dari luar pintu kosan.
Tapi berhubung lelaki bernama lengkap Chandra Immanuel sedang bermain game, jadi ia memilih untuk mengacuhkan orang itu.
"Assalamualaikum."
Suara itu terdengar lagi, bahkan sampai tiga kali. Sayangnya cowok itu enggak ada niatan untuk membukakan pintunya.
Alasan pertama, Chandra atau yang biasa dipanggil Chan terlalu malas untuk bergerak. Alasan kedua, Daniel yang sama-sama berada di kosan malah tidur siang, jadi Chan ga bisa nyuruh dia buat ngebukain pintu. Alasan ketiga, game yang Chan mainkan belum selesai ataupun kalah.
Prinsipnya Chan kalo udah nyentuh game, game yang pertama yang lain nyusul. Lelaki yang memakai kalung berbandul salib itu emang pecinta game. Bahkan saat menjadi komdis dan marah-marah seminggu kebelakang, Chan sempet-sempetnya mainin helix jump.
Kan goblog ya.
"Assalamualaikum, Datukk oh datukk."
Tapi kali ini sialnya Chan kalah, jadi dengan terpaksa dia bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pintu.
Pintu kosan ini sengaja Chan kunci karena takutnya dia ketiduran dan ada maling masuk seperti taun lalu.
Dia ga mau barang penghuni kosan jadi hilang.
Chan membukakan pintunya, seseorang yang didepan pintu langsung menyapanya.
"Assalamualaikum Kak Chan."
"Shalom." Chan awalnya tidak begitu peduli dengan siapa yang menyapanya sehingga dia seperti biasa menjawab sapaan umat islam dengan caranya membalas ucapan umat Kristen.
Memang terdengar agak tak biasa dan aneh di telinga orang Indonesia—karena kebanyakan orang kristiani membalas ucapan orang muslim hanya dengan anggukan ramah atau bahkan Waalaikum salam. Hanya saja Chan beda, itu salah satu kebiasaan—buruk—nya yang susah sekali hilang.
Tapi ketika sadar siapa yang tadi mengucapkan salam padanya, Chan malah menutup mulutnya. 'Shit.' Kenapa Chan malah mengucapkan Shalom pada orang yang dia sukai?
"Kenapa Kak Chan?" perempuan didepan Chan menatapnya bingung.
Chan menggelengkan kepalanya. "Enggak, g-gua sakit gigi."
Perempuan bernama Hana Nandhika itu masih menatap Chan dengan bingung. Kalo dia sakit gigi kenapa yang di tutupi malah mulut? Kenapa ga langsung megang gigi?
Tapi ya bodo amat lah, itu kan urusannya, ga peduli lagian. "Oh yaudah, permisi ya Kak, Hana mau ke kamar dulu." Hana memilih untuk pergi ke kamarnya dan mengistirahatkan diri dari segala matkul yang menghujani otaknya hari ini.
"Iya." Chan mempersilakan dengan awkward. Matanya yang sipit menatap punggung Hana sampai akhirnya gadis itu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah Hana masuk kamar dan menutup pintu kamarnya, Chan langsung berlari ke lantai dua, dan memasuki kamarnya. Lelaki keturunan Australia-Korea-Indonesia itu membanting pintu dengan keras. Dia malah guling-gulingan sendiri di kasur, merutuki kebodohannya sendiri.
Untung saja kamarnya sudah di kunci dan kebetulan setiap kamar di kosan bapak Jaelan itu kedap hampir kedap suara. Makannya dia enggak perlu takut Hana mendengar umpatannya.
Chan mengacak rambut hitamnya dengan frustasi. Rasanya didadanya menjadi sangat tidak jelas.
Lelaki itu menyukai Hana, sangat. Bisa dibilang Chan tidak pernah melewatkan satupun snapgram, snapwa, ataupun cuitan gadis itu di twitter.
Tapi tetap saja.
Rasanya seperti jauh.
Walaupun memang faktanya Chan dan Hana itu satu kosan, satu kampus pula, tapi sebelum jadian pun Chan sudah merasa ini adalah LDR terjauh baginya.
Iya lah, orang ketika Hana mengucapkan assalamualaikum, Chan membalasnya dengan shalom.
Written by Hanchiro
Start