bc

YOU GET ME

book_age18+
86
FOLLOW
1K
READ
bold
city
like
intro-logo
Blurb

Rylee yang berasal dari keluarga konglomerat mengalami kebangrkrutan. Mereka sekeluarga menghilang bertahun-tahun. Saat Rylee muncul kembali, Olsen, teman masa kecilnya tak menyia-nyiakan hal ini. Olsen mendekap Rylee dengan erat dan tak akan melepaskannya lagi. Namun, di sisi lain, Rylee tak suka begitu dikekang.

chap-preview
Free preview
Part 1
Suara tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan. Rylee tersenyum sembari mengucapkan terima kasih. Hari ini ia resmi naik jabatan setelah lima tahun berjuang di Perusahaan ini. Keringat, darah, dan air mata ia perjuangkan untuk membuat hidupnya lebih baik lagi. Jabatan ini tidaklah terlalu bagus di mata orang lain. Sebab, posisinya juga tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Bagi debagian orang, itu hanyalah nama posisi yang beda. Jika dilihat dari jobdesknya, sama saja. Tapi, Rylee tidak peduli. Ia sangat senang. Setelah pengumuman jabatan baru, semuanya kembali bekerja. Beberapa mengajak Rylee bicara untuk memberi selamat. Namun, tetap saja ada kelompok atau orang tertrntu yang tidak menyukai hal ini terjadi. "Rylee~selamat, ya, udah berhasil merayu Pak Damar supaya dapat promosi!" Itu adalah suara Ikha, wanita yang digosipkan ada hubungan dengan Damar sang Manager Hrd. Rylee menatap Ikha tajam."Saya merayunya dengan prestasi!" "Oh, ya~lihat saja sebentar lagi, dia akan mengubah keputusannya." Rylee tertawa geli."Sudah diumumkan. Memangnya ada yang bisa mengubah selain direktur? Surat keputusan juga sudah di tanganku." Rahang Ikha mengeras, rasanya ia ingin menampar Rylee. Tapi, ia merasa gengsi karena ini adalah kantor."Ah, begitu, ya~lagi pula itu jabatan yang nggak jauh beda sama sebelumnya." Wanita itu melengos pergi. Rylee menarik napas panjang agat ia bisa.lebih tenang. Ia ingin membalas ucapan Ikha yang tajam. Sebagai simpanan Damar, seharusnya Ikha bisa mendapatkan promosi dengan mudah. Bukan dengan melabrak dirinya yang tidak tahu apa-apa. Tapi, ia tidak mau merusak suasana hatinya yang sedang senang ini. Rylee kembali ke ruangannya dengan senyuman pahit. Ia menatap foto orang tuanya yang sengaja ia letakkan di sana. Foto yang ia anggap sebagai jimat, simbol kekuatan baginya. Rylee akan terus menatapnya jika ia ingin menyerah. Selama lima tahun ini ia sudah berusaha sekuat tenaga menjadi lebih baik. Kelak orang tuanya di alam sana akan bangga. Suara pemberitahuan pesan masuk ke ponsel Rylee. Pesan dari teman-teman semasa sekolahnya. Mereka akan mengadakan reuni pada malam ini. Akhirnya ia berani masuk ke grup alumni setelah belasan tahun lamanya. Saat ini ia sudah punya pekerjaan dan penghasilan tetap. Setidaknya ada sesuatu yang bisa ia ceritakan pada teman-temannya nanti. Walaupun Rylee tidak begitu yakin teman-temannya akan peduli. Rylee kembali membaca pesan, ia tersenyum senang. Ia akan kembali bertemu dengan orang-orang yang sudah lama sekali tidak ia temui. Rylee rindu sekali pada Ramona, sahabatnya. Terakhir kali mereka bertemu saat sekolah, saat kehidupan Ryle masih baik-baik saja dan orang tuanya masih hidup. Ketika jam kerja berakhir, Rylee begitu semangat menuju lokasi reunian mereka. Rylee bahkan tidak mengganti pakaian kerjanya. Rylee mematung sejenak saat melihat orang-orang berpakaian mewah. Kendaraan mewah juga terparkir di parkiran. Rylee menarik napas, berusaha berpacaya diri. Ia sudah siap dengan kemungkinan terburuk. Rylee masuk ke ruangan khusus angkatannya. Di sana sudah ramai sekali. "Ha-halo, selamat malam,"sapa Rylee pada sekumpulan orang di sana. Semuanya menoleh, mematung sejenak, lalu memerhatikan penampilan Rylee. Mereka sedang menerka siapa orang yang baru saja datang. "Hai, mungkin kalian sudah lupa. Aku Rylee~" "Rylee?" Anindya memekik. Ia meletakkan gelas wine-nya dan menghampiri Rylee."Rylee? Ka-kamu beneran Rylee?" Rylee mengangguk canggung. Ia merasa tidak percaya diri dengan penampilan Anindya yang elegan, mewah, dan tentunya wangi. "Oh my God, Ryl?" Anindya memeluk Rylee. Teman-teman yang lain ikut berkerumun. "Sudah lama sekali kami mencari kabar tentangmu. Tidak sangka kita bertemu di sini. Hmm~ berarti kamu ada di grup, ya?"tebak Rani. Rylee mengangguk kuat, ia sedang menahan haru karena respon teman-temannya yang luar biasa. "Ayo, Ryle~kita duduk sambil nunggu yang lain." Rylee duduk dengan lega. Ia mengedarkan pandangannya. Lalu, ia tak sengaja menatap satu orang wanita yang menatapnya sinis. Rylee berusaha mengingatnya, sepertinya wanita itu terlihat paling menonjol di sini. Jika Rylee tidak salah menebak, wanita itu adalah Ariska. Rylee melempar senyum pada Ariska. Wanita itu membuang wajahnya. "Nin, Ramona nggak datang, ya?"tanya Rylee pelan. "Ah, Mona~ katanya dia datang. Mungkin masih di jalan." "Ah, baiklah. Terima kasih." "Hei, Rylee~kenapa kau berpakaian seperti itu? Memangnya kau tidak baca aturan, ya?"tanya Ariska kesal. Selain reuni, malam ini adalah sekaligus merayakan ulang tahun Ariska di club sebelah. "Ah, maaf, aku baru pulang kerja. Kalau pulang dulu, nggak keburu waktunya." Rylee merapikan anak rambutnya yang mungkin kering dan bau matahari. Ariska menyeringai."Kayaknya, jadi staff biasa, ya, Ryl? Kok bisa?" "Iya. Aku cuma staff bawahan, bukan seperti kalian." "Ya ampun apa pentingnya jabatan. Kita ke sini kan mau reunian. Bukan ajang membandingkan kehidupan,"celetuk Rani pedas. Ariska bangkit, kemudian mengangkat gelas wine-nya."Baiklah, karena hari ini aku ulang tahun, kita harus bersenang-senang. Aku yang akan bayar makan dan minum kita malam ini." Mereka semua bersulang kecuali Rylee dan Rani. "Dan~hari ini calon suamiku yang tampan akan datang." Ariska terkekeh. "Kamu tidak perlu memikirkan ucapan Ariska, Rylee. Kamu sudah tahu, kan, bagaimana dia sejak sekolah. Arogan. "Iya, Ran. Terima kasih ya." "Hei-hei, ada yang mulai reunian tanpa aku?" Suara tegas itu terdengar seiring dengan suara ketukan sepatu tingginya. Rylee menoleh ke belakang dan tertegun. Beberapa detik ia terhipnotis dengan kecantikan wanita itu. Pesonanya memang tidak pernah pudar sejak dulu. "M-Mona,"panggil Rylee tercekat. Ramona mengernyit menatap wanita yang menurutnya asing. Penampilannya juga berbeda, itu artinya dia adalah orang baru."Kau~" "Dia Rylee, Ramona, Rylee yang selama ini kita cari." Tas di genggaman Ramona terlepas karena kaget. "Kamu Rylee? Rylee mengangguk haru."Iya ini aku. Aku datang ke sini untuk ketemu kalian." Ramona memeluk Rylee cepat. Ariska memutar bola matanya, malas melihat adegan yang menurutnya memuakkan. "Rylee?" Ramona meneteskan air mata sambil memegangi kedua tangan wanita itu."Kamu masih hidup?" Suara Ramona bergetar. Wanita itu cepat-cepat menyeka air matanya,"kita pergi dari sini saja. Kita ngobrol di tempat lain." "Tap-tapi, acaranya?" "Nggak penting. Ayo~" Ramona menarik Rylee cepat. Ramona membawa Rylee ke coffe shop yang masih ada dalam gedung yang sama. Ramona menggenggam tangan Rylee lagi. Ia masih tidak percaya bsa bertemu lagi dengan sahabatnya itu. "Aku cari kamu, Rylee~sumpah demi apa pun, aku cariin kamu. Kupikir kamu beneran pindah ke alamat yang kamu kasih." Rylee menggeleng dengan senyuman pahit."Kupikir juga begitu, Mon. Tapi, semuanya berbeda. Ternyata Papa bangkrut,Mon~dijebak oleh salah satu temannya. Akhirnya Papa yang harus ganti rugi. Semua aset dijual dan Papa Mama sakit-sakitan." "Perihal keluarga kamu yang bangkrut, aku juga dengar. Tapi, itu setelah kamu beneran pindah dan tidak ada satu pun yang tahu keberadaan kalian. Aku kehilangan banget, Rylee ." "Thank you, Mon. Tapi, semua sudah terlewati sekarang. Semua sudah baik-baik saja,"balas Rylee lega. Ternyata selama ini ada orang yang sangat kehilangan dirinya. "Tapi, Mama dan Papa udah sehat sekarang, kan? Kamu tinggal di mana? Aku antar pulang nanti, ya? Sekalian ketemu Mama Papa." Ramona berkata dengan begitu senangnya. "Mereka udah nggak ada." Ramona mematung."Ma-maksudnya?" "Mereka sudah meninggal, karena sakit,"jelas Rylee tercekat. "Sorry, Rylee~"kata Ramona lirih,"kamu melewati semuanya sendiri. Maafkan aku." "Its okay, Mon. Ini adalah takdir yang memang harus kujalani. Yang terpenting sekarang kita sudah bertemu. Semoga kamu masih mau berteman dengan status sosial kita uang berbeda." "Hah, kamu menganggapku seperti itu?" Ramona memegang dadanya," Rylee menunduk merasa bersalah."Maaf, Mon. Aku cuma nggak percaya diri aja." "Kamu adalah Rylee yang cerdas, ramah, dan baik hati. Mulai sekarang, kamu nggak boleh lepas dari aku, Rylee. Kita ini temenan dari kecil. Mana, ini nomor handhponemu, kasih alamat lengkap sekaligus alamat kantor,"todong Ramona. Rylee tertawa sambil memberikan kontak yang bisa dihubungi."Aku kerja di PT. Utama Karya. Gedung 2 lantai sepuluh." "Hah? Yang bener? Sebagai apa? Pernah ketemu Olsen?" "Olsen siapa?" "Bagaimana kamu melupakan Olsen. Apakah kita sudah lama sekali tidak bertemu?"Ramona memegang keningnya,"ah, iya kita sudah lama sekali tidak bertemu. Hampir dua puluh tahun." "Ah, aku hanya mengenal satu Olsen~ Oli?" Rylee menyebut satu nama pria menyebalkan yang ia kenal. Ramona menjentikkan jemarinya."Iya. Pria yang kamu sering sebut sebagai oli bekas. Dia adalah CEO di tempat kamu bekerja." Rylee tertegun. Dunia ini memang begitu sempit. Tanpa ia sadari Ia berada di lingkungan yang sangat dekat dengan teman masa kecilnya."Aku sama sekali tidak tahu. Aku hanya pernah melihat Bapak CEO satu kali dalam setahun. Itu juga dari kejauhan. Aku tidak tahu wajahnya dengan jelas. Aku juga tidak tahu Kalau dia adalah Olsen yang aku kenal." Ramona melipat kedua tangan di dadanya. "Astaga~padahal kalian selalu bertengkar." "Itu karena dia yang mengejekku. Meneriakiku rel kereta api. Menarik rambutku yang panjang,"kata Rylee sambil memprakekkan apa yang Olsen lakukan padanya. "Kalian sudah seperti Tom & Jerry." Rylee tersenyum tipis."Tapi, kita sudah berbeda." "Tidak ada yang berbeda. Kamu tinggal di mana?" "Kamar kost, lingkungan terdekat dari kantor." "Bagaimana kalau kita tinggal di apartemen?" "Terima kasih, Mon. Tapi, tidak apa-apa. Aku merasa nyaman di sana." Rylee justru tidak akan nyaman tinggal bersama Ramona di apartemen mewah. Ia sudah biasa dengan kehidupan sederhananya ini. "Aku ingin selalu bersamamu, Rylee." "Aku tidak akan ke mana-mana. Lagi pula, kamu sudah tahu di mana kantorku. Aku tidak mungkin pindah dari sana. Karena itulah nyawaku,"balas Rylee dengan tertawa ringan. Ramona menopang dagu dengan telapak tangannya. Ia menatap Rylee serius serta mengamatinya."Kamu jadi mudah tertawa sekarang,ya? Olsen pasti akan kaget." "Apa kabar dengannya? Apa dia sudah menikah?" Ramona menggeleng."Belum menikah. Sama seperti kita." "Astaga, kukira sudah menikah. Jika dilihat dari kelakuannya, dia,kan sangat mudah dekat dengan perempuan." "Itu dulu. Olsen menjadi pendiam dan dingin sejak masuk kuliah. Pacarnya juga tidak ada." Ramona pikir, Olsen menjadi pendiam sejak tahu bahwa Rylee menghilang tanpa kabar. "Aku akan menghindarinya kalau bertemu di kantor. Aku pasti tidak bisa menahan tawa kalau ketemu dengannya,"kata Rylee sembari membayangkan rupa Olsen. Jika dilihat dari kejauhan, sepertinya tampan. "Tasku tertinggal di dalam. Aku ke sana dulu, ya, sekalian pamit. Setelah ini kuantar kamu pulang." Ramona bangkit dari kursi dan meninggalkan Rylee. Wanita itu terdiam sambil menyedot minumannya. Lalu ia tersedak saat ada yang menubruknya kuat. Minumannya tumpah dan mengenai ponsel juga sedikit bajunya. Rylee memejamkan mata menahan amarah. Ia menoleh pasa orang itu dengan tatapan tajam."Hei!" Pria itu menoleh."Ah, ma-maafkan saya. Nanti saya ganti, tapi, saya harus sembunyi dulu." "Nggak! Seenaknya aja mau pergi? Cepetan minta maaf!"kata Rylee dengan nada kesal. Ia membersihkan ponselnya dengan tisu. "Ah, kalau begitu ayo ikut!" Pria itu menarik Rylee dengan paksa. Lalu berlari ke arah jalan dan masuk ke dalam taksi. Taksi berjalan ke lokasi yang pria itu sebutkan. "Ah, syukurlah sudah berhasil kabur!" Pria tersebut mengelus dadanya. Kemudian menoleh ke sebelahnya dan kaget. Rylee tengah melotot, matanya seperti ingin keluar. "Kenapa Anda membawaku juga?" "Kan Anda yang minta tanggung jawab." "Aku menyuruhmu meminta maaf!"balas Rylee hampir menangis. Rasanya kesal sekali. "Maafkan aku. Ada yang bisa kubantu?" Rylee ingin marah kembali. Tapi, ia mengurungkan niatnya. Ia tidak mau energinya sia-sia."Handphoneku rusak. Tapi, sudahlah tidak apa-apa. Turunkan saja aku di sini." Pria itu mengeluarkan sejumlah uang untuk mengganti handphone Rylee yang rusak. Uang itu pasti cukup untuk membeli yang baru." Rylee melempar uang tersebut ke pangkuan pria itu."Aku tidak butuh uangmu. Pak, berhenti di sini." Taksi segera berhenti dan Rylee segera turun. Ia tidak menoleh ke belakang sedikit pun. Ia terus berjalan sampai menemukan angkutan dan berhasil pulang ke kost dengan selamat. Tapi, handphonenya benar-benar tidak bisa menyala. Mungkin karena usianya yang sudah tua dan modelnya yang ketinggalan jaman. Ia harus menguras tabungannya untuk membeli yang baru. Rylee menyimpan ponselnya baik-baik, bersih-bersih, lalu tidur.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook