Chapter 3 - Jahil

642 Words
Seraut wajah cantik tapi terlihat letih dan kusut terlihat di layar hpku. Ya iyalah, masak hp orang sih. Putri. Ngelihat mukanya yang jelas banget kecapekan trenyuh juga jadinya. "Put, kan aku dah bilang jangan dipaksain, kamu sakit ya?" tanyaku. "Nggak, Putri sehat kok," jawab Si Cantik. Ni anak mau ngibulin siapa sih? "Emangnya asistensi apaan? Baru juga semester 5," tanyaku. "Untuk persiapan kerja praktek nanti Yang. Liburan semester 5," katanya. "Pokoknya jangan dipaksain deh. Kalau capek, minggu depan aja pulangnya, minggu ini nggak usah," kataku. "Ummmm. Nanti Putri pikir-pikir dulu," jawab si Putri. "Kok pake mikir-mikir segala?" tanyaku. Muka Putri jadi berubah aneh. "Minggu depan keknya Putri dapet Yang. Makanya minggu ini harus pulang," jawabnya pelan. Sempakkk. "Mbak Ira mana?" tanya Putri. "Ni," aku memberikan hpku ke Ira. "Napa Put?" tanya Ira. "Sisain buat Putri ya Ra?" kata Si Putri sambil tersenyum jahil. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. ***** "Mas..." Terdengar suara pelan si Ira sambil memegangi lenganku. Aku? Pura-pura tertidur saat Ira asyik ngobrol sama Putri tadi. "Mas..." Panggil Ira lagi, kali ini sambil menggoyangkan lenganku. "Hmmmm?" tanyaku sambil pura-pura menggeliat. "Bangun dong Mas," kata si Ira. Aku tetap bertahan dan berpura-pura kembali tertidur. "Ihhhhh," sungut si Kalem saat melihatku kembali memejamkan mata. Aku membuka mata sedikit dan melirik si Kalem yang memonyongkan bibirnya. Nggemesin banget ekspresinya. "Katanya tadi pengen punya Aan sama Ira kecil?" bisik Ira di telingaku. Wkwkwkwkwk. Istriku lagi pengen. Tapi otak jahil di kepala emang masih pengen ngerjain dia, jadi aku diem saja. Tiba-tiba, aku merasakan sentuhan di juniorku yang masih tertutup celana. Ira ternyata megang adek kecilku. Dan Ira tertawa kecil sambil melumat telingaku. "Pura-pura tidur ya? Lihat ni, tegang gini kok," kata Ira sambil meremasnya. Aku meringis, bukan kesakitan, keenakan lah. "Jahil bener sih Mas, bikin Ira merengek minta jatah," desah Ira lirih. Aku membuka mata dan menatap wajah sayu Ira yang mupeng banget. "Emang napa?" godaku. "Ira malu Mas," jawabnya. "Kok malu, kita kan dah married, udah haknya Ira tu minta dinafkahin," jawabku. "Iya. Tapi tetep aja Ira malu. Tega bener sih Mas," bisiknya. Tanganku lalu meraba bukit kembar Ira dan menemukan puncaknya sudah mulai mengeras. "Mmmmmmm," Ira menggigit bibirnya sendiri pelan. Tanganku lalu pelan-pelan memainkan bukit kembar istriku perlahan-lahan. "Massssss," desahnya sambil memejamkan mata dan merapatkan tubuhnya. Tangan Ira masih tak berhenti memainkan adek kecilku. Kali ini nggak meremas lagi, tapi tangannya masuk ke dalam celana pendekku dan mulai bergerak maju mundur pelan.. Aku melepaskan bukit kembarnya dan menyibakkan rambut panjang Ira yang jatuh menutupi lehernya. Lalu bibirku mendekat ke arah lehernya yang bersih dan menciumnya pelan. Ngasih tanda hak milik dulu ke lehernya. Tangan Ira melepaskan milikku dan memegang bagian belakang kepalaku ketika aku mulai menciumi dan menggigit pelan lehernya. "Jangan teriak lagi kek minggu lalu ya?" bisikku pelan setelah puas memberi tanda di lehernya dan beberapa tempat lain. "Hu um," jawab Ira sambil membuka mata dan menganggukkan kepalanya. Aku lalu berlutut diatas ranjang dan membuka bajuku. Ira berbaring saja dengan tubuh sedikit bergetar menahan gairah. Aku lalu melepas gamis si Kalem dan membuatnya berlutut sama sepertiku. Kami berdua saling menatap di atas ranjang. Tubuh Ira kini tak tertutupi sehelai benang pun kecuali bra dan dalaman saja, aku cuma memakai celana pendekku saja. Aku lalu meraih punggung Ira dan melepaskan pengait bra miliknya. Buah d**a yang ukurannya tak sebesar punya Putri tapi kencang dan ranum itu kini terlihat jelas di depanku. Aku meremas kedua bukit kembarnya dengan kedua tanganku lalu maju dan mulai menghisap bukit sebelah kanan miliknya. Si Kalem memejamkan mata dan kembali memegang leherku. Sedikit menekan kedepan dan aku membiarkannya saja. Setelah puas menikmati milik Ira yang belum keluar air susunya. Aku mulai menggigiti bagian pangkalnya pelan. Meninggalkan bekas merah di sana-sini dan membuat Ira menggelinjang kegelian. "Mmmmmhhhhhhh," Tangan Ira yang tadinya memegang kepalaku turun ke bawah dan berniat membuka celana pendekku. Dan stop dulu disini, nanti ceritanya dilanjut lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD