Teman Kerja

1000 Words
Energy Building – Jakarta Pusat September 2021 [8:30 PM] JIKA bisa memilih aku akan selalu memilih untuk menghindar bertemu dengan sekumpulan orang entah itu makan malam tim, reuni antar alumni ataupun undangan-undangan nongkrong dari kolega. I love quite place dan duduk bersama orang-orang bukan aku sekali karena hal itu tidak menyenangkan sama sekali. Aku bernafas lega setelah berhasil keluar dari Amuz Gourmet melarikan diri dari lingkungan toxic yang sangat sulit untuk dihindari. Jam masih menunjukkan pukul delapan tiga puluh saat aku hendak turun dari lot dua Energy Building dan berjalan menuju lift yang kebetulan sedang terbuka tanpa ada orang di dalamnya. “Pak Arsenio, Pak, Pak Arsen ya Arsenio Sadewadiningrat tunggu sebentar woi.” Teriakkan itu terdengar lantang. Saat pintu lift hendak menutup aku mendengar teriakan itu dan derap langkah yang sangat terburu-buru menuju diriku, Irene Tjana berlari menghampiri ku dengan nafas tersengal-sengal. Menggeser tubuh ku sendiri ke ujung aku membiarkan dirinya mendapat cukup ruang untuk bernafas secara bebas. “Ada apa ya Bu Irene?” Tanya ku dengan kening berkerut bingung, aku yakin tidak ada hak yang tertinggal. Irene yang menumpukan kedua tangannya di lutut berusaha keras mengatur kembali pernafasannya sebelum berdiri tegak menghadap ku dengan mata redup, “I am so sorry Sen” “Untuk apa Bu Irene?” Tanya ku gak mengerti sama sekali. “Atas ucapan Pak Saka tadi, aku dan Pak Saka tidak bermaksud unt–” “Calm Bu Irene! Karena saya gak menganggap perkataannya dengan serius.” potong ku dengan cepat karena tidak ingin mendengar omong kosong. “But I must too, Pak Saka memang keterlaluan dan aku yang meladeninya.” katanya bersikekeuh tidak ingin dibantah oleh ku. “Tidak masalah karena saya tidak membutuhkan apa yang dipikirkan orang lain. Apa Bu Irene berlari-lari hanya untuk mengatakan itu?” Tanya ku sedikit skeptis dengan nya Irene menatap diriku dengan tampang tidak habis pikir, dan aku mulai berpikir tentang perkataan yang baru saja ku katakan apakah aku mengatakan hal salah? Karena menurut ku aku mengatakan yang sesungguhnya. I don’t fuccking care what people say. Karena sedari awal aku sudah menekankan pada diriku sendiri kalau rekan kerja bukan seorang teman yang memang teman walaupun beberapa orang mengatakan kalau kalian seharusnya berteman baik dengan rekan kerja kalian. tapi aku nggak begitu bagi diriku sendiri jangan sampai tertipu oleh semua kepalsuan rekan kerja. dan kalau kalian bertanya Mengapa? maka aku dapat menjawab dengan lantang kalau manusia itu sama. Kami tidak bisa saling membantu. Kami semua kompetitif. Sangat naif untuk berpura-pura bahwa itu tidak benar. Tapi kalau kalian masih kekeuh ingin berteman maka aku punya pengingat untuk kalian; jangan melihat rekan kerja kalian sebagai teman karena kalian berharap terlalu banyak dari mereka. Ini adalah dinamika yang sangat berbeda tentang kehidupan kerja karena kenyataannya di tempat kerja, orang ada untuk mencari nafkah dan bukan untuk mencari teman! Hei dude it's how's life work!! “Ku pikir kamu sudah membaik–” perkataannya terhenti saat pintu lift terbuka mengantarkan kami ke lantai dasar Irene terus mengikuti langkahku, “Setengah tahun ini aku berpikir kamu sudah membaik.” katanya. “Saya baik-baik saja, apa sih maksud kamu?” “I know you very well Arsenio jangan berlagak bodoh ya setengah tahun ini aku diam bukan berarti tidak peduli.” “Oh ya? Ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan mengikuti saya?” “Aku juga akan pulang, jangan mengalihkan pembicaraan!” “Bukankah kamu membawa mobil, harusnya kamu pergi ke basement bukan kearah sini! Saya ingin jalan kaki!” “Nio...” dia menghentikan diriku dengan menarik salah satu lenganku kuat dan menatapku dengan sangat serius, “Kamu masih sama you cover up everything! Setahun ini kamu sukses menutupi segalanya kamu masih sama seperti dulu–unfeeling robot without ambition.” Selain serakah, suka seenaknya dan cerewet Irene Tjana juga memiliki imajinasi yang sangat menakjubkan. Aku melihatnya tanpa emosi apapun, bagaimana dia berpikir bahwa aku masih tidak memiliki ambisi padahal satu-satunya yang ada di otak aku sekarang adalah menemukan cara bagaimana mendepak Irene Tjana dari INASDAQ Sekuritas, “Bagaimana ini sepertinya Bu Irene ketinggalan banyak informasi, kamu hanya baru bekerja setengah tahun di INASDAQ Sekuritas You don’t know anything apalagi kalau tentang saya.” “Mereka semua rekan kerja kita mengatakan kamu masih penyendiri, dan tidak memiliki emosi.” “Apa yang sebenarnya yang ingin kamu dengar? The fuccking old story? Come on Ibu Irene Tjana jangan hidup di masa lampau karena life must go on.” “Tujuh tahun yang lalu–” “Tujuh tahun yang lalu saya memang orang yang tidak bisa merasakan emosi tapi itu adalah tujuh tahun lalu. Kemarahan saya kepada Saka di saat di dining table adalah bukti bahwa saya bukan lagi unfeeling robot lagi I can feels of anger like people did okay!” “Kamu tidak benar-benar melakukannya! Kamu hanya melihat Pak Saka sebagai seorang pengganggu!” “Terserah bagaimana kamu melihatnya Ibu Irene Tjana! saya juga tidak peduli bagaimana pikiran kamu tentang saya.” Setelah mengatakan itu aku berbalik untuk memunggungi Irene Tjana dan sebelum aku benar-benar berjalan untuk menjauhi nya aku kembali bersuara, “Jangan lupa saya disini adalah senior kamu Ibu Irene Tjana dan saya lebih menyukai perlakuan kamu setengah tahun ini tenang, low key dan tidak terlalu ikut campur, jadi tetaplah menjadi Irene Tjana yang hanya menjadi sebatas rekan kerja saya di INASDAQ Sekuritas seperti saat itu. Bukannya berpura-pura tidak mengenal satu sama lain adalah hal yang paling mudah untuk kita semua?” “See! Kamu mendorong semua orang menjauh dari mu, kamu masih tidak berperasaan dan un feeling robot Sen! You need people to help you hei Sen Arsenio Aku belum selesai berhenti kamu!” Dan Irene Tjana tetap meneriak kan Kalimat omong kosong itu dari arah belakang ku walau pun aku telah berjalan menjauh bergabung dengan para pejalan kaki di sekitar Energy Building. Mengapa semua orang melakukan itu kepada ku sih? kenapa mereka mengganggu ku dengan omong kosong mereka? Aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan orang lain apakah itu adalah sebuah penyakit mematikan? Ku rasa tidak kan!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD