3.

1000 Words
Aku meneguk air liurku sendiri karena menahan amarah yang sudah di ubun-ubun! Pria itu kini tertawa dengan santai di ruangan kerjanya dengan menyilangkan kaki seolah tak terjadi apa-apa selama satu bulan ini. Tentu saja semua akan mengejek diriku lagi! Para karyawan akan berbisik-bisik. Pimpinan menerima kembali suaminya karena tahu diri, dia wanita yang menyedihkan, - ARA. "Apa yang kalian lakukan, kerjakan semua yang sudah kau tinggalkan selama satu bulan ini!" Ara menatap ke arah Dion yang tak peduli. "Atau selamanya kau-" PLAK! "Baik Ara, baik," teriak Dion sambil memukul meja karena kesal. "Aku akan melakukan apa yang ibu pimpinan perintahkan," dia menyunggingkan senyum seolah sangat jijik pada istrinya sendiri. Ara membalikkan tubuhnya! Dia tidak ingin repot dengan patah hati ini, dia tidak ingin hancur dengan perasaan yang tidak kunjung bangkit. Di dalam kursi pimpinannya. Ara menatap binar kosong di ruang hati yang paling dalam. Pagi ini Dion membawa Cindy masuk ke dalam rumah mereka. Hati Ara mengkerut tapi dia berusaha untuk tetap tegar. "Mbak Ara, makan yuk," sapa wanita itu sesaat saat dirinya akan pergi bekerja. Wanita yang sangat lembut dan cantik! Dia juga terlihat pandai memasak. Rasanya senang sekali jika itu dirinya! Ara terlahir sebagai penerus perusahaan rokok terbesar di negara ini! Di didik dengan keras dan dia tidak bisa melakukan apa yang di inginkan sesuka hati. "Ada apa?" Suara Zayn membuat Ara kembali dalam alam sadarnya. "Ara, apa wanita itu sudah datang?" Dia mengangguk! "Cindy di jemput subuh-subuh oleh Dion. Oh Zayn, kayaknya aku akan benar-benar gila karena ini semua," "Kau sangat mencintainya, jika kau bisa membuka diri, lebih baik tak bersama dia! Aku menyarankanmu kembali karena tak sanggup melihat tangismu, Ara," Wanita itu tidak bisa berkata apapun! Ya, cintanya sangat buta dan tak bisa berpikir jernih lagi hingga menjadi seperti ini. "Aku akan meminta Dion menjadikan Cindy istrinya. Aku ingin melihat dan merawat bayi mereka. Aku tak punya pilihan Zayn,"  Napas yang keluar sangat berat dari mulut pria tersebut. Dia menatap ke arah Ara dan berkata.  "Kau masih bisa bahagia tanpa memiliki bayi! Nikmati hidupmu," "Zayn, aku tidak memiliki siapapun lagi! Semua orang sudah meninggalkan aku karena Dion," "Itu titik awalnya Ara, pulanglah, kau harus menemui kedua orangtuamu. Luangkan waktu! Aku yakin mereka tidak akan mengusirmu, mereka pun pasti sangat rindu," "Ini seperti hukum karma Zayn, upah untukku yang sudah melawan mereka," "Jika rasa bersalah terus ada! Itu suatu tanda jika kau salah langkah, kembalilah, cari kebahagianmu, kau juga harus menjaga hatimu sendiri," Ara mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Aku sangat menderita Zayn," "Aku tahu, buka matamu dan jangan menyakiti diri sendiri, aku tidak bisa berkata apapun padamu, karena aku juga sakit!" Mereka berdua terdiam kembali! Ruangan itu hening, Zayn si pengecut hanya bisa menatap Ara. Dia tak punya keberanian yang lebih seperti orang kebanyakan karena dia tahu Ara hanya menganggap dirinya sebagai teman. “Zayn, sahabatku akan menikah besok… apa kau mau menemani aku…? karena kau tahu sendiri jika dia tak akan mau pergi karena sibuk memproduksi anak bersama Cindy.” Zyan tersenyum. “Bisa-bisanya kau menggodaku aku seperti ini, tapi aku sungguh mau ikut bersamamu, selama ini aku hanya mendengar ceritamu saja tentang mereka.” “Mereka sahabat dan keluarga bagiku, tapi entah kenapa kami pun tak saling tertarik padahal kami mengenal sangat lama. “Aku sudah mendengarnya, karena keluargaku pun sudah berteman dengan keluarga kalian cukup lama.” Ara mengangguk. “Kalau begitu aku pulang, karena aku ingin bersikap profesional! jangan sampai Dion tahu kelemahanku! Aku tak ingin kalah sama sekali…” Zayn mengusap rambut Ara dengan lembut. “Aku yakin kau pasti bisa! Tak ada yang bisa mengalahkan Ara…! semangat…” Wanita ini tersenyum menatap wajah Zayn yang selalu mengasihinya. Setelah beberapa jam perjalanan Ara terhenti saat mobilnya sudah sampai di kediaman. Ara menatap mobil Dion yang sudah terparkir! Bahkan pria ini belum mengerjakan satu pun tugasnya tapi memilih pulang untuk menemui wanita tercinta. Ah baru kali ini aku terjebak macet dan sangat bersyukur. Ara membuka pintu dan, “Ehm… apa kalian tak memiliki tempat hingga bercinta di dapurku?!” Ara mengangkat kepalanya saat melihat Dion sedang asyik bercocok tanam di dapur indahnya. Dion yang terkejut dengan cepat melepaskan benda yang masih tertancap dengan sangat dalam. Dia buru-buru merapikan dirinya, begitu juga dengan Cindy. Dia langsung membersihkan dirinya dengan cepat. “Kau pulang…?! ayo makan…” ajak Dion mengalihkan pembicaraan. "Jangan berdiri saja di sana, aku ingin makan bersama kalian berdua, Lagipula Cindy sudah masak begitu banyak untuk kita berdua." Ara tersenyum. “Aku tak berminat memakan s****a-mu! lagian dia masak untukmu, bukan untukku. Apa aku menikahi dia untuk mengurus kita berdua? tidak mungkin, bukan? jadi jangan melakukan apapun lagi agar kita tak bersinggungan. Aku sudah sangat muak dengan drama kalian berdua, Oke!" Cindy yang mendengar itu terlihat sangat kecewa dengan apa yang Ara katakan, dan Dion… dia sedih melihat wanitanya seperti sakit hati. “Apa yang kau katakan? Jika tak ingin makan kau tinggal pergi saja, kenapa masih di sin! sungguh memuakkan sekali menghadapi dirimu…!” Ara sebenarnya ingin masuk! Tapi karena Dion yang memerintahkannya dia jadi tak berminat dan malah berjalan ke arah Dion dan Cindy. “Apa kalian belum menikah juga?! aku tak ingin ada anak hasil hubungan haram… aku juga tak ingin ada hubungan haram di sini!” Dion lagi-lagi terkejut mendengar perkataan Ara. “JALANG…” Dia berteriak dengan kuat hingga Cindy menutup telinganya. “Mas sabar, maksud mbak Ara baik. Dia tidak ingin kita salah kaprah. Aku sangat setuju jika kita menikah…!” jawab Cindy. "Dia saja pintar, dia tahu apa yang aku maksud. Lalu kenapa denganmu,?! lulusan universitas terbaik di negeri tetangga, tapi tak bisa berpikir secara rasional. Atau kau memiliki wanita lain yang juga ingin dinikahi?! pikirkan baik-baik jika kau ingin bermain api lagi!” “Mas biarkan Mbak Ara seperti itu, jika aku jadi dia pun pasti akan marah. Makanya aku sudah bilang pada Mas, jangan lakukan hal intim di tempat seperti ini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD