Prolog

205 Words
Umumnya, orang-orang tak menyukai perasaan 'sepi'. Rasa sepi atau kesepian seringkali menimbulkan berbagai perasaan negatif. Misalnya, sedih, luka, dan lain sebagainya. Jadi wajar, kalau orang-orang tak menyukai sepi. Pengecualian untuk pemuda berambut hitam kelam itu. Ia bersahabat dengan sepi, bahkan sebelum raganya dilahirkan ke bumi. Ia sudah terbiasa bersahabat dengan benda-benda mati. Seluruh tanaman yang ada di rumah kaca ini adalah sahabat dekatnya. Begitu pula cahaya matahari yang menembus beningnya kaca. Semua adalah sahabatnya, tanpa terkecuali. Sepi menjelma jadi bagian hidupnya. Menjadi komponen dari darah dan dagingnya. "Feb, kamu tau nggak rasanya ada di luar sana?" tanyanya seraya berjongkok di depan pot berisikan tanaman mawar yang belum kunjung berbunga. Mata cokelatnya yang jernih tampak penasaran dan dipenuhi tanda tanya. Ia membelai tanaman itu dengan tangan lembut yang dipenuhi kasih sayang. Tangan lembut yang sama sekali tak pernah diajak berbuat kejahatan. Biak rambutnya bergoyang-goyang, mengikuti angin yang menyelinap dari ventilasi rumah kaca. Sementara wajahnya tampak tenang sekaligus suram. Dua kombinasi yang sama sekali tidak cocok, namun tampak indah untuknya. "Kamu juga nggak tau, ya?" sambungnya sekali lagi. "Sama, aku juga." Tentu saja tanaman mawar itu membisu. Pemuda itu mengembuskan napas panjang. Ia lalu menerawang jauh ke luar jendela. Menerka-nerka, seperti apa rasanya ada di luar sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD