20. Departure

2157 Words
“Itu ada Nyridia Lafelt di bawah.” Pilav menunjuk nama yang tertera di atas kertas. “Oh, iya. Kok aku bisa sampai terlewat, ya?” Percakapan antara dua perempuan itu diterima dengan jelas oleh telinga Arias. Suara khas mereka yang tidak pernah berubah itu membuat Arias tersenyum simpul. Ia mempercepat langkahnya supaya bisa bertemu dengan kedua sohibnya. “Kalian sedang apa?” tanya Arias ketika jaraknya sudah dekat dengan dua orang itu. “Oh, Arias!” seru Nyridia lalu memperlihatkan selembar kertas kepada Arias. “Kami baru saja mendapat jadwal pembagian untuk mengawas kantor pusat.” “Arias, apa kau ke sini untuk menerima misi?” tanya Pilav yang berada di sebelah Nyridia. “Iya,” jawab Arias. “Kabar Tim Elite bagaimana?” “Seperti biasa, sih. Tapi, kelihatannya Seth sangat sibuk akhir-akhir ini. Kau tahu dia kenapa?” Nyridia menatap Pilav. Pilav menggeleng. “Terakhir kali aku menemuinya, dia sedang sibuk menulis sesuatu di kertas. Kita juga sedang sibuk dengan misi individu dan jarang bertemu satu sama lain.” “Ah, begitu.” Arias menganggukkan kepalanya berkali-kali kemudian melihat ke mata Pilav. “Pilav, kalau ada waktu, kita bisa berbincang di depan api unggun lagi. Sepertinya sudah sangat lama.” Pilav terlihat terkejut. Matanya membesar. “Tentu. Mungkin jika ada waktu yang pas, kita bisa melakukannya lagi.” Terukir senyuman di wajah Arias. “Baiklah. Aku duluan ya, Nyridia, Pilav.” Setelah Arias pergi, Nyridia dan Pilav juga meninggalkan tempat itu. “Arias tidak ada berubahnya, ya?” ucap Nyridia. “Lalu, api unggun! Ah, itu terdengar romantis sekali.” Pilav hanya tersenyum menanggapi ucapan Nyridia. *** “Tuan Herreros sungguhan memberikan kita misi baru? Klaus saja belum keluar dari penjara.” Feather menghela napas. Arias tersenyum pasrah. “Mau tidak mau, kita harus mengikuti perintahnya.” “Di mana kali ini?” tanya Feather. “Desa Gowi—ada beberapa energi yang asing. Menurut warga, barang-barang yang ada di pasar juga banyak yang menghilang. Tuan Herreros curiga jika itu adalah perbuatan para pencuri dari Valbuena,” jelas Arias. “Valbuena?” tanya Feather. “Itu wilayah yang cukup jauh dari Escalera.” “Iya. Tapi, agak berbahaya kalau langsung mencurigai Valbuena. Belum ada bukti yang pasti,” kata Arias. “Sebentar … Valbuena itu .…” Felix berusaha mengingat apa yang sudah ia pelajari selama di akademi. “Wilayah yang tidak mengenal malam, kan?” “Benar,” jawab Arias. “Aku belum pernah ke sana. Menurut rumor, tempat itu sangatlah gersang. Semua tumbuhan layu. Semua pohon sudah kehilangan daunnya.” “Ah! Aku juga pernah dengar rumor bahwa ada sistem kerja paksa di sana. Para pekerja diminta untuk bekerja sampai bulan terlihat. Namun, karena di sana tidak pernah ada malam, maka para pekerja harus bekerja terus-terusan tanpa makan dan istirahat,” tambah Felix. Feather meringis—membayangkan jika hidup di sana. “Bagaimana mereka bisa hidup di sana? Aku tidak heran jika banyak penduduk Valbuena yang menjadi pencuri di wilayah lain.” “Tetapi, apa pun alasannya, mencuri adalah hal yang salah,” jawab Felix. Valbuena merupakan wilayah yang cukup terkenal karena legendanya. Konon, ada seorang penyihir yang mengutuk wilayah ini sehingga tidak pernah ada malam. Ada yang mengatakan jika penyihir ini takut dengan cahaya bulan. Ada yang bilang kalau penyihir ini ingin melumpuhkan klan yang menjadi kuat ketika malam tiba. Ada juga yang mengatakan andaikata tidak ada malam, maka semua orang akan menjadi gila—sehingga, dapat melemahkan negeri Valbuena. Kisah tentang Valbuena ini sebatas legenda yang dibicarakan dari mulut ke mulut. Hilangnya waktu malam di wilayah ini sudah berlangsung sejak lama. Tidak ada yang tahu kebenarannya secara pasti kecuali para leluhur. Pintu masuk ke wilayah ini juga dijaga dengan ketat. Tidak boleh sembarang orang masuk ke Valbuena. Ini yang membuat rumor-rumor tentang Valbuena tidak pernah diluruskan. “Misi baru?” Ketiga orang itu terkejut bukan main. Di hadapan mereka sudah ada kehadiran Klaus, anggota mereka yang seharusnya masih dipenjara. “Klaus!” seru Felix lalu langsung merangkul rekannya itu. “Klaus, bagaimana kau bisa bebas?” tanya Arias. “Syukurlah .…” Feather menghela napas lega. “Seth yang mengeluarkanku,” jawab Klaus. “Apa berarti kita bisa menjalankan misi ini dengan anggota lengkap?” tanya Felix bersemangat. “Tentu,” jawab Arias. Felix pun melompat kegirangan karena Klaus sudah kembali. Sedangkan sahabatnya itu hanya menatapnya aneh. Tim Eria selain Klaus tidak ada yang tahu tentang kematian Amy Wing. Selain karena kejadian itu terjadi di Rivera, misi Tim Elite juga bersifat rahasia. Beberapa orang memang sudah mendengar kabar tentang kedatangan Selena ke Escalera. Tetapi, tidak ada yang tahu apa alasan kedatangannya. *** “Seperti yang Tuan Herreros jelaskan ke Arias kemarin, ada sekelompok pencuri di Desa Gowi. Menurut pengamatan, ada sebuah energi yang asing di pasar. Kami mencurigai pelaku ini berasal dari Valbuena. Kebetulan, banyak sekali pedagang yang kehilangan barang dagangannya. Dilihat dari pergerakannya, sepertinya kelompok pencuri ini berjumlah lima sampai enam orang,” jelas Lou sambil melihat satu per satu anggota Eria. “Baik, Tuan Lou.” Lou yang hendak melanjutkan penjelasannya itu berhenti ketika melihat adanya Klaus di sana. Terlihat kelegaan pada raut wajahnya. “Selamat datang kembali, Klaus.” “Terima kasih, Tuan Lou,” jawab Klaus sambil membungkuk. Berbeda seperti sebelumnya, kali ini mereka briefing tanpa adanya Herreros. Lou menjelaskan bahwa Herreros sedang bertemu dengan beberapa orang penting di Escalera saat ini. “Baik, akan saya lanjutkan,” kata Lou. “Mengingat mereka bisa masuk ke Escalera tanpa diketahui siapa pun, berarti mereka cukup profesional. Saya harap kalian bisa menangkap mereka.” “Baik, Tuan Lou. Kami akan segera berangkat,” jawab Arias selaku ketua tim. “Semoga barang kalian tidak ada yang dicuri juga,” ucap Lou. Seperti biasa, ia mengantarkan Tim Eria sampai di depan pintu masuk kantor pusat. “Oh, iya, Klaus!” Klaus dan tiga temannya yang hampir mencapai gerbang depan pun menoleh. “Jangan lakukan hal kriminal lagi,” ucap Lou yang dijawab anggukan oleh Klaus. Setelah Eria sudah benar-benar keluar, Lou pun kembali masuk menuju kantor Herreros. Tidak disangka, Herreros sudah kembali dari rapatnya. “Tuan, Anda sudah selesai rapat?” Lou membungkuk. “Benar, kan? Klaus akan keluar dalam waktu cepat,” ucap Herreros. “Bagaimana Tuan bisa tahu tentang itu?” “Karena dia memiliki sesuatu yang penting,” jawab Herreros. “Apa maksud Tuan? Apa Tuan tahu alasan Klaus mendatangi rumah Tuan Ritchie?” Herreros sontak menggeleng. “Anak itu memiliki sebuah rahasia. Ah, bukan dia saja. Semua anggota Eria memiliki rahasia—yang masih belum bisa mereka pecahkan.” “Itu alasan Tuan menyatukan mereka di satu tim?” “Jawabannya ya dan tidak. Ya, karena saya berharap mereka bisa saling membantu menyelesaikan masalah satu sama lain. Tidak, karena saya membentuk tim berdasarkan kemampuan anggota. Orang-orang yang berhasil masuk ke dalam suatu tim, sudah dipastikan kemampuannya di atas rata-rata. Tidak ada yang bisa membalikkan fakta itu.” Lou menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Dapat disimpulkan, orang yang memiliki kemampuan yang hebat itu memiliki sebuah rahasia.” “Tidak.” Herreros langsung membantah perkataan Lou. “Dibanding menyebutnya sebagai rahasia, mungkin bisa disebut sebagai motivasi. Mereka memiliki motivasi yang kuat sampai bisa berada di titik ini.” “Tetapi, jika dibandingkan dengan saat Tim Elite baru dibentuk, kekuatan Tim Eria jauh di bawah mereka,” kata Lou. “Apa ada alasan tertentu untuk Eria?” “Selain Tim Elite, tim lainnya juga dibentuk di saat kemampuannya berada di titik Tim Eria sekarang. Mungkin karena Elite memasang standar yang terlalu tinggi, kau menjadi bias.” “Ah, benar juga.” Lou menggaruk belakang kepalanya. “Tim Elite memang sebuah pengecualian—memiliki kesatria sehebat mereka berempat adalah sebuah berkah bagi Escalera. Tim Elite baru dibentuk tiga tahun yang lalu. Tetapi, kemampuan mereka sudah jauh di atas para seniornya. Itu juga yang menjadi alasan Tim Elite adalah tim paling tinggi di sini,” kata Herreros. *** Tim Eria berjalan santai menuju Desa Gowi. Keberadaan desa ini tidak terlalu jauh dari kantor pusat. Tidak perlu banyak waktu untuk sampai di tempat tujuan. Sambil berjalan, Tim Eria berbincang ringan. Mereka membahas mengenai Valbuena yang sempat disebutkan sebelumnya. Suasana di sekitar sini juga sepi—ada perumahan, namun semuanya tertutup rapat. Sejak tadi, hanya suara langkah kaki mereka berempat yang mengisi tempat itu. “Apa benar tidak ada malam di situ?” tanya Feather. “Ya, ada seseorang yang menyegelnya,” jawab Arias. “Emangnya buat apa? Kenapa sampai disegel begitu?” tanya Feather. “Katanya, sih, biar gak ada vampire dan werewolf,” tambah Felix. “Hah? Emangnya mereka beneran ada? Bukannya itu legenda doang?” tanya Feather. “Kalo gak ada bukti keberadaan mereka, kenapa legenda itu ada?” Felix bertanya balik. “Ya … karena itu legenda. Makanya, mereka gak nyata. Mereka hanya legenda.” Feather menekankan kalimatnya. “Soal itu, tidak ada yang tahu,” ucap Arias menengahi. “Aku rasa, itu keputusan masing-masing untuk percaya atau tidak.” “Tapi, apa kalian merasa agak aneh dengan misi kali ini?” tanya Felix. “Kenapa?” Tanpa disangka, Klaus yang merespon pertanyaan Felix. Padahal, ia hanya diam sejak tadi. “Kita hanya empat orang. Lalu, kita diminta untuk menangkap sekelompok pencuri yang berisi lima sampai enam orang. Apa ini masuk akal?” tanya Felix lalu kepalanya menoleh ke segala arah. “Apa ini sama seperti misi kemarin? Apa ada Tim Elite di sekitar kita?” “Itu hanya perkiraan. Bisa saja pelakunya itu hanya anak kecil,” jawab Klaus. “Terus, gimana tentang ditemukannya energi asing yang berjumlah lima sampai enam?” tanya Felix. “Alat pendeteksi energi di Escalera belum begitu canggih. Bisa saja hanya seorang anak kecil yang lari-larian. Sehingga, energinya terduplikat di tempat itu,” jawab Klaus. Feather mengangguki perkataan Klaus. “Itu masuk akal. Tuan Herreros juga tidak mungkin memberi kita misi yang melebihi kemampuan kita.” “Ah, masuk akal,” jawab Felix lalu menoleh ke arah Klaus. “Oh, iya, Klaus. Apa kau dipenjara karena itu?” “Iya,” jawab Klaus singkat. Meski jawaban itu ditujukan untuk Felix, tapi Feather merasa marah mendengarnya. Sejak awal, ia sudah marah akan permasalahan sebelumnya. Namun, ia semakin marah karena balasan Klaus yang terlewat singkat. Ia sempat lupa soal kemarahannya karena terlalu fokus membahas Valbuena. “Ah, aku jadi ingat harus membicarakan apa. Aku benar-benar ingin memarahimu, Klaus,” ucap Feather lalu melipat tangannya. Ia menghentikan langkahnya. “Sebenarnya, apa yang kau lakukan? Lalu, kenapa waktu itu kau memakai keluarga sebagai alasan di saat kamu tidak punya keluarga?” Klaus melirik Feather sebentar. Kemudian, ia kembali menatap ke arah jalanan yang ada di depannya. “Klaus!” seru Feather kesal. “Apa mulutmu akan tersengat jika mengeluarkan suara?” “Kita bisa bicarakan itu nanti,” jawab Klaus tanpa melihat Feather. Meski sudah ditanggapi, Feather masih memasang wajah masam. “Kemarin kamu bilang kalo Seth yang mengeluarkanmu. Dia tau soal itu?” tanya Felix. Klaus dengan cepat menggeleng. “Dia memberikan alasan lain. Dia membohongi Jenderal Bosley.” “Apa Seth memang orang yang seperti itu?” tanya Feather pada Arias. Di sini, Ariaslah yang paling mengenal Seth. “Iya. Dia selalu melakukan apapun untuk melindungi rekannya,” jawab Arias. Setelah selesai melewati daerah perumahan, Tim Eria melewati daerah yang masih dalam pembangunan. Terdengar suara ketukan palu terus-menerus. Banyak pekerja yang mengerumuni tempat itu. “Ini tempat ledakan itu, kan?” tanya Feather. Arias mengangguk. “Benar.” “Sebenarnya, ada yang membuatku penasaran sejak dulu,” kata Feather. “Kalo ada seseorang yang ingin mengancam Escalera, apa tujuannya ngasih ledakan begini? Kenapa dia gak langsung hancurin satu wilayah aja?” “Benar sekali!” seru Felix. “Lalu, kenapa hanya membakar sederet rumah? Kenapa gak langsung bakar kantor pusat?” “Kita tidak akan pernah tau apa yang dipikirkan orang lain, kan?” balas Arias. “Kita harus selalu siap menghadapi semua yang akan terjadi nantinya.” Setelah berjalan beberapa langkah, Tim Eria pun sampai di Desa Gowi. Keberadaan pasarnya tidak jauh dari pintu masuk desa. Keadaannya berbanding terbalik dengan permukiman yang sebelumnya mereka lewati. Mungkin karena tempat ini adalah desa, satu warga dengan warga lainnya memiliki hubungan yang dekat. Situasinya pun ramai meski masih pagi. Terdengar perbincangan dari berbagai arah. Namun, karena suaranya campur aduk, Tim Eria tidak bisa menguping satu pun pembicaraan mereka. “Aneh. Kenapa rasanya familier, ya?” tanya Arias tiba-tiba. “Hm? Kau pernah ke sini sebelumnya, Arias?” tanya Felix. Arias menggeleng. “Ini pertama kalinya. Tetapi, aku merasa ada energi yang tidak asing.” Tiba-tiba, terdengar suara embusan angin yang dilanjutkan dengan suara dedaunan yang terinjak. Klaus segera melihat ke segala arah. Matanya membulat ketika menangkap sesuatu. Rekannya yang lain menatapnya bingung. “Ada apa, Klaus?” tanya Felix. “Kalian tidak lihat?” tanya Klaus. “Apa?” Rekannya penasaran dengan apa yang dimaksud dengan Klaus. “Ada seseorang di sana,” jelas Klaus lalu menunjuk salah satu bagian pepohonan yang tidak jauh dari pasar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD