17. Fire Exhibition

1764 Words
Klaus keluar dari Soleclar hanya dalam beberapa hari. Perasaannya lega. Tetapi, dia juga merasa tidak nyaman. Ia merasa tidak adil jika hanya dirinya yang dibebaskan. Padahal, Tyra yang juga tidak bersalah itu masih ditahan. Tepat saat Klaus keluar dari ruang ganti, ia berpapasan dengan Seth yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Kedua mata mereka yang saling bertemu itu terangkat di waktu yang bersamaan. Tidak ada yang tahu bahwa bisa ada kebetulan seperti ini. “Kau … sudah bebas, kan?” tanya Seth yang berjalan mendekati Klaus. Ia bertanya dengan hati-hati karena ia tidak tahu Jenderal Bosley sudah memberi keputusan atau belum. Klaus mengangguk. “Mau ikut?” tanya Seth tiba-tiba. “Ke?” “Tempat yang panas.” Klaus sontak mengerutkan dahi. Matanya yang tajam itu menatap tepat di pupil Seth. “Hei, jangan lihat aku seperti itu. Kau tahu soal ledakan kemarin dan ledakan waktu dua tahun lalu?” Seth menunjuk pedang yang ia simpan di pinggangnya—menjelaskan apa yang akan dilakukan. “Kita akan menghabisi pelakunya.” “Siapa?” “Amy Wing, anggota Blade,” jawab Seth. “Tempat yang panas,” ledek Klaus dengan mengulang ucapan Seth sebelumnya. “Apa kau terlalu banyak bergaul dengan Tyra? Bisa-bisanya kau memakai kata itu.” “Hei!” Seth terlihat malu atas perkataannya sebelumnya. “Tetapi memang benar. Itu kalimat yang diucapkan Tyra tadi. Ah, setelah aku pikir-pikir, kalimat itu memang memalukan.” “Semua yang diucapkan Tyra itu aneh,” jawab Klaus lalu ekspresinya menjadi serius. Ia mengepalkan tangannya. “Tetapi, kenapa kau mengajakku? Apa kau yakin aku bisa?” “Jika pun tidak bisa, aku akan melindungimu,” jawab Seth dengan yakin. Memang terdengar cheesy, namun Seth tidak pernah mengingkari perkataannya. Seth berjalan keluar Soleclar dan diikuti oleh Klaus. Mereka berdua terlihat seperti kakak-adik yang sedang berjalan santai. Mereka tidak memakai satu pun atribut pakaian perang—kecuali pedang yang ada di pinggang mereka. Membawa pedang ke mana pun pergi bukanlah hal yang aneh untuk kesatria. Sehingga, tidak ada yang terlihat mencurigakan. “Kau tahu di mana tempat yang panas itu?” tanya Klaus. “Menurut laporan yang pernah k****a, tempat yang paling panas yang paling bisa kita jangkau adalah Bukit Yasle. Tempat itu juga lebih tinggi dari daerah lainnya.” Setelah menjelaskannya, Seth berjalan bersama Klaus menuju Bukit Yasle. Ini kali kedua mereka menuju tempat ini. Hanya saja, tujuan mereka kali ini berbeda. “Dulu, kami bertemu Arias di sana.” Klaus menunjuk salah satu sudut di bukit. “Oh, ya? Tidak menyangka kalau ujungnya bisa satu tim dengan anak itu, kan?” Seth tertawa yang membuat Klaus ikut tersenyum. “Seth, kenapa kau berbohong agar aku dibebaskan?” tanya Klaus di sela perjalanan. “Karena masih banyak yang ingin aku ketahui,” jawab Seth. “Apa?” “Soal teorimu, juga soal Tyra.” “Kenapa kau tidak memecahkannya sendiri?” tanya Klaus. “Kenapa kau tidak membiarkanku dipenjara aja?” “Dua puluh lima tahun … apa aku masih hidup saat itu?” Suara Seth terdengar lebih lemah dari sebelumnya. “Apa maksudmu?” Seth hanya menggeleng dan terus berjalan. “Kamu elemen cahaya, kan?” “Iya.” Meski menjawab pertanyaan Seth dengan cepat, Klaus masih memikirkan perkataan Seth barusan. “Ketika aku memberi kode, lari ke arah Rivera dan beri cahaya ke sungainya,” ucap Seth lalu menepuk pundak Klaus. “Aku akan menghadapi Amy langsung. Jangan pedulikan aku dan langsung lari ke arah Rivera.” Ketika Klaus ingin bertanya apa maksud rencananya, Seth mengisyaratkan untuk diam dan menunggu saja. Setelah itu, Seth melanjutkan langkahnya menuju persembunyian Amy. Klaus tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintahnya. Jika Klaus memperlambatnya, keberadaannya dapat diketahui. Ia menunggu di balik batu besar di dekat sana. Seth berjalan sambil memegangi gagang pedangnya. Ia siap menebas siapa pun yang menghalangi jalannya. Tidak lama kemudian, ia menemukan tempat persembunyian Amy⁠⁠—sebuah pohon besar yang terlihat tidak seragam dengan pohon lainnya. Tanpa ragu, ia mengeluarkan pedangnya lalu mengalirkan petir ke senjatanya. Setelah itu, ia menancapkan pedangnya di akar pohon itu. Sebuah petir menyambar sekujur pohon. Pohon itu terbakar penuh. Di ranting paling atas, berdiri seorang perempuan yang menjadi target Seth. Di sekeliling perempuan itu terdapat sebuah gelembung yang merupakan perisai miliknya. “Apa tujuanmu ke sini? Kau ingin diledakkan juga?” tanya Amy lalu mengepakkan sayapnya secara perlahan menuju tanah. Ternyata, ia benar-benar bisa terbang. “Tentu,” balas Seth. “Tetapi, aku ragu. Siapa yang akan diledakkan?” “Cih.” Amy mulai mengeluarkan api dari tangannya. Seth terus menghindari serangan Amy. Entah karena ia sengaja melakukannya karena memiliki strategi, atau karena ia tidak memiliki kesempatan untuk menyerang balik. Lemparan bola Amy dilakukan secara acak tanpa melihat keberadaan Seth sebenarnya. Sehingga, keadaan di sekitarnya yang penuh dengan dedaunan itu mulai terbakar. Seth mendesis ketika salah satu bola api Amy mengenai kakinya. Ia pun mengangkat pedangnya sekilas. Terdapat sebuah percikan petir dari sana. Klaus yang bersembunyi di balik pohon itu berhasil melihat tanda dari petir yang dihasilkan Seth. Ia yakin bahwa itu adalah kode yang dimaksud Seth sebelumnya. Dengan cepat, ia berlari secepat mungkin ke arah Rivera. Sesampainya di dekat sungai, ia mengarahkan telapak tangannya ke arah sungai. Cahaya yang ia keluarkan itu tidak terlalu besar. Sehingga, tidak akan terlihat dari tempat Seth dan Amy sekarang. Sesekali, ia mendongak untuk memeriksa keadaan Seth. Ya, memang tidak terlalu terlihat. Namun, percikan petir dari pedang Seth dapat terlihat di beberapa situasi. Seth terus menghindari serangan Amy dan bersembunyi setiap ia menemukan tempat berlindung. Sejak tadi, Seth mengulur waktu sambil memeriksa keadaan sungai. Amy yang mulai kehilangan jejak Seth pun memutuskan untuk mengeluarkan jurus andalannya. “Lock On!” seru Amy lalu memetik jarinya. Sebuah bola kecil keluar dari jarinya itu lalu terbang mengikuti langkah Seth. Seth berlari menuju pohon besar lalu bersembunyi di belakangnya. Ia memutarkan tangannya ke depan membentuk setengah lingkaran sambil menutup matanya. Dalam sekejap, ia sudah berada di belakang Klaus. Tangannya berada di bahu juniornya itu. Tepat di saat itu, sungai itu berhasil berubah warna menjadi merah. Mata Klaus membelalak ketika ditepuk secara tiba-tiba. “Seth—” Melihat itu, tentu Amy segera menghampiri Rivera. Sungai di sana memang sudah sangat terkenal bahwa bisa berubah warna sesuai temperatur. Karena itu, Amy menyimpulkan bahwa Seth berada di sekitar sungai karena perubahan warna itu disebabkan oleh bola apinya. Amy mengepakkan sayapnya hingga sampai di Rivera. Ia berhadap-hadapan dengan Seth dan Klaus. “Apa ini? Kau ingin menambah satu orang lagi untuk mati?” tanya Amy. “Cukup satu yang mati.” Seth menyambarkan petir berkali-kali dengan pedangnya ke arah Amy. Amy menghindarinya satu per satu. Dari raut mukanya, ia terlihat terkejut. Sebelumnya, Seth tidak menyerang sebanyak ini. Baru sekarang Seth mengeluarkan kekuatannya. Klaus mengeluarkan pedangnya dan menyalurkan energinya. Setelah pedang itu berhasil mengeluarkan kilauan cahaya, Klaus pun maju dan mengikuti arah serangan Seth. Di setiap gerakan pedang Seth, muncul kilatan petir yang menggelegar. Sedangkan pedang Klaus mengeluarkan sebuah kilatan cahaya. Ketika dua energi itu bersatu, petir Seth menjadi semakin besar. Amy sibuk menghindari serangan-serangan itu. Ia pun mengeluarkan bola-bola api ke arah sembarangan. Yang terpenting, ia tidak hanya menghindar. Bagi Blade, menghindar tanpa menyerang adalah sebuah hal yang mempermalukan nama organisasi. Geraman Amy terdengar. Ia merasa frustrasi karena tidak menemukan jalan keluar di pertarungan ini. Ia mulai membuka sayapnya. Tepat ketika Amy sudah terbang lumayan tinggi, Seth langsung mengarahkan petirnya ke sayap kiri Amy. Sedangkan, Klaus mengarahkan cahaya dari telapak tangannya ke sayap kanan. Terlukanya sayap Amy membuat dirinya tidak bisa mengendalikan arah terbangnya. Dibanding sayap kanannya, sayap kirinya sangat hancur hingga tidak berbentuk. Karena sayapnya tidak seimbang, Amy pun perlahan-lahan jatuh ke arah kiri. Hingga akhirnya, tubuhnya tenggelam di sungai. Seth mendekati sungai. Ia memegang erat gagang pedangnya dengan kedua tangan. Setelah itu, ia mencelupkan ujungnya ke air. “Spark of the North!” Pedang itu mengeluarkan petir dengan kekuatan yang sangat besar. Terdengar suara ledakan yang besar. Air menjadi berwarna hitam—menunjukkan temperatur yang sangat panas. Sosok Amy yang sebelumnya masih terlihat di permukaan itu pun perlahan-lahan menghilang. Seth menarik pedangnya dari air lalu menyimpannya kembali. Setelah itu, ia berjalan lemah ke arah bebatuan dan duduk di sana. Energinya sudah terkuras habis. Napasnya memburu. Klaus memandang Seth dengan khawatir. Ia tidak pernah melihat Seth yang setidak berdaya ini. “Tadi, bagaimana bisa kau langsung berada di belakangku?” tanya Klaus penasaran. “Kau tidak sadar? Aku sebelumnya sudah memberi tanda di bahumu waktu di perjalanan,” jawab Seth. “Tanda?” “Namanya Trace Art, teknik yang dibuat oleh Tuan Herreros. Sebenarnya, itu teknik yang berbahaya. Tetapi, tidak ada cara lain untuk sampai ke Rivera dengan cepat. Jika aku berlari, maka aku akan kalah cepat dengan bola api milik Amy,” jelas Seth. “Teknik itu hanya diketahui para petinggi Escalera dan Tim Elite tentunya. Teknik itu … kalau aku mati, kamu juga akan ikut mati.” Klaus merinding ketika mendengar kalimat terakhir dari Seth. “Kenapa hanya para petinggi yang boleh mengetahuinya?” “Karena teknik ini memiliki tiga peraturan. Satu, energi yang dibutuhkan untuk menggunakannya adalah setengah dari total energi di tubuhmu. Dua, jika tanda yang diberikan itu hilang atau dimusnahkan seseorang, maka ketika kau mengaktifkannya, kau akan langsung pindah ke suatu tempat yang tidak bisa ditemukan siapa pun. Yang ketiga adalah yang aku sebutkan sebelumnya. Jika aku mati, kamu akan mati juga.” “Tanda itu bisa dihapus?” tanya Klaus. Seth mengangguk. “Tanda itu bisa dihapus oleh orang yang bisa menggunakan teknik ini. Karena itu, agak berbahaya kalau menggunakannya di Escalera. Meski teknik rahasia, tetapi pasti ada yang tahu tentang itu.” “Sebentar … ka—kau sudah mengeluarkan setengah dari energimu dan masih bisa menyerang sekuat tadi?!” Seth tertawa kecil melihat reaksi Klaus. Ini pertama kalinya Klaus menggerakkan otot di wajahnya. Selama ini, wajahnya selalu datar. “Sepertinya kau banyak terkejut hari ini,” kata Seth. “Untuk menjawab pertanyaanmu, iya. Karena itu, aku sekarang tidak kuat untuk berjalan.” “Tapi, Seth, kenapa kau memutuskan untuk menyerang di Rivera?” “Kalau di Yasle, akan terjadi kebakaran hutan,” jawab Seth tersenyum. “Aku tidak ingin menghancurkan kampung halaman temanku.” Di dalam hati, Klaus merasa kehangatan karena ucapan Seth. Ia benar-benar orang yang setia kawan, pikirnya. “Setelah dipikir-pikir, menyatukan elemenku dengan air itu tidak buruk juga,” lanjut Seth. “Amy jadi bisa merasakan rasa sakit yang lebih dalam.” “Apa sungai itu akan baik-baik saja?” tanya Klaus. “Energi yang dimiliki sungai itu jauh lebih banyak daripada milikku. Beberapa saat lagi, air itu akan kembali jernih tanpa ada jejak apapun,” jawab Seth.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD