18. Unreadable

1593 Words
“Apa kau sudah tahu tentang penjaga yang sempat menyerang Tyra?” tanya Seth. Klaus mengangguk. “Tyra sudah pernah menunjukkan orangnya padaku saat aku ditahan.” “Namanya Edberg. Dia tidak dikeluarkan, tapi dipindahkan ke sel pria. Tim Elite sudah memberi tahu Jenderal Bosley,” jelas Seth. Alis Klaus sedikit terangkat. “Semudah itu?” “Mengeluarkanmu dari penjara aja mudah, apalagi mengurus Edberg?” “Ah, benar juga,” jawab Klaus. “Apa yang kamu jelaskan ke Jenderal Bosley?” Seth menceritakan apa yang terjadi sebelumnya kepada Klaus. Ia menjelaskan bahwa ia mengaitkan masalah Amy dengan jurnal yang dimiliki Ritchie. “Tuan Ritchie memang memiliki jurnal mengenai perjalanan hidupnya. Sejujurnya, tidak ada yang tahu kebenaran tentang jurnal itu. Ada yang bilang bahwa sebenarnya itu bukan jurnal, tetapi sebuah buku sihir yang membuat dirinya menjadi sangat kuat. Katanya, hanya keturunannya yang bisa mengaktifkannya. Lalu, ada lagi yang bilang bahwa jurnal itu berisi tentang catatannya selama berkelana dan menyelidiki soal Blade. Aku merasa bahwa jika menjadikan jurnal itu sebagai alasan, akan diterima dengan baik. Soalnya, Tim Elite juga membahas Amy Wing ke Jenderal Bosley. Itu semua berhubungan.” Klaus mengangguk mengerti. “Tadi kamu di Soleclar untuk menginterogasi Tyra, kan?” “Iya.” “Dia memberi tahu tempat persembunyian Amy?” “Iya, tempat yang panas,” ulang Seth. Ia menjadikan kalimat itu sebagai lelucon. Klaus terlihat menahan tawanya. “Memang, ya. Kalimat itu memang sangat aneh. Tyra tidak pernah berubah sejak dulu. Ingin menikah, ingin memegang tangan, sekarang dia menyebut tempat yang panas,” ucap Seth lalu menggelengkan kepalanya berkali-kali. “Bahkan, ia bisa membuat orang lain terjerumus keanehannya,” sindir Klaus. “Ngomong-ngomong, apa tidak masalah jika aku berada di sini?” “Kau sudah duduk di sofa ini dan menghabiskan tehmu. Lalu, kamu baru menanyakan hal itu?” Setelah pertarungan dengan Amy Wing, Seth mengajak Klaus untuk datang ke markas Tim Elite. Markas ini merupakan tempat berkumpulnya Tim Elite selama menjalankan misi di Escalera. Tempat ini merupakan properti milik Jenderal Bosley. Awalnya, bangunan yang cukup besar ini adalah tempat latihan keluarga Moon. Kemudian, Jenderal Bosley mengubahnya menjadi sebuah tempat yang layak tinggal. Hal yang pertama kali dilakukan Seth setelah sampai di markas adalah membuat teh untuk dirinya dan Klaus. Teh ini dikenal dapat mengembalikan energi. Sehingga, sangat cocok diminum di saat-saat seperti ini. “Tidak, maksudku, Tim Elite bukannya punya misi rahasia? Apa tidak apa-apa jika aku berlama-lama di sini?” Klaus memperjelas pertanyaannya. “Tidak apa-apa. Misi kita sama,” jawab Seth. “Sebentar … misi kita sama? Misi apa yang kamu maksud? Kamu masih mengurus Tyra sejak kasus di Yasle itu?” “Betul sekali.” “Kamu yang menangkapnya, menginterogasinya, dan bahkan barusan kamu membunuh pelakunya?” “Yap.” “Seth, apa kau tidak bekerja terlalu banyak?” tanya Klaus. “Apa kau tidak membaginya dengan anggota yang lain?” Seth terkekeh mendengar ucapan Klaus. “Ternyata kau peduli dengan orang lain, ya?” Klaus menghindari tatapan Seth. Ia melihat ke arah lain. Namun, ia malah menemukan hal yang mengejutkan. “Seth, kakimu itu kena serangan Amy? Kelihatannya masih baru.” Seth ikut melihat ke arah kakinya yang terdapat luka bakar. Celana yang menutupi bagian kaki itu juga sudah lenyap terbakar. “Ah, iya. Tidak terlalu sakit, kok. Kalau soal berbagi tugas dengan yang lain, kebetulan mereka semua sedang sibuk dengan misi masing-masing. Aku juga tidak sabaran dan ingin menyelesaikan misi ini dengan cepat.” Alis Klaus bertaut. Wajahnya terlihat seperti sedang marah. “Aku jadi teringat ucapanmu sebelumnya. Apa maksudmu tentang dua puluh lima tahun tadi?” Rasa penasarannya sejak tadi pun akhirnya keluar dari mulutnya. “Hm?” Seth menyeruput tehnya. “Sebelum sampai ke tempat Amy, kau menyinggung soal dua puluh lima tahun itu,” kata Klaus. “Tentang kau masih hidup atau tidak.” Seth pun mengerti apa yang dimaksud oleh Klaus. “Ah, itu. Ya, aku memang memikirkan soal itu. Aku bisa saja mati sebelum kau dibebaskan dari penjara, kan? Dua puluh lima tahun itu waktu yang lama.” Klaus menggeleng. “Kamu menyiratkan bahwa kamu pasti akan mati dalam dua puluh lima tahun—dan itu bukan karena kecelakaan biasa. Itu yang membuatmu nekat untuk membohongi Jenderal Bosley demi mengeluarkanku, kan?” Mata Seth terpaku pada mata Klaus. Rasanya, Klaus bisa membaca dirinya. Bibir Seth terbuka sedikit, namun ia menutupnya kembali. Ia mematung beberapa saat sampai terdengar suara pintu yang terbuka. Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki yang mendekat. “Pak Ketua dan Pak Narapidana, yo!” Tanpa melihat sosoknya pun, semua orang sudah tahu siapa yang menyampaikan salam yang nyentrik seperti itu. “Sedang apa kau?” tanya Seth langsung tanpa basa-basi. Eugene memperlihatkan kotak yang ia bawa. “Ini barang-barang yang diminta Nyridia.” “Oh, taruh saja di ruang perlengkapan,” jawab Seth. “Tanpa kau menyuruh pun, aku akan menaruhnya di sana. Kamu pikir aku sedang apa di sini jika tidak untuk menyimpan barangnya?” jawab Eugene sambil berjalan ke tempat tujuannya. “Cepatlah!” seru Seth setelah Eugene sampai di ruang perlengkapan. Beberapa saat kemudian, Eugene bergabung dengan Seth dan Klaus di ruang tengah. “Hei, kau harus berterima kasih dengan kami,” ucap Eugene tiba-tiba. “Demi mengeluarkanmu dari penjara, kami harus membohongi ayahku.” “Ya, terima kasih,” jawab Klaus singkat. Bukannya semakin marah karena ucapan Klaus yang terdengar tidak tulus, Eugene hanya terdiam. Sejujurnya, ia merasa takut. Sosok kehadiran Klaus mirip dengan Pilav. Ia sudah trauma dengan dirinya yang terlempar oleh angin Pilav. Ia sudah cukup menderita karena teman setimnya itu. Ia tidak ingin mencari masalah dengan orang yang sejenis dengan Pilav. “Kalian dari mana?” tanya Eugene. “Tempat yang panas,” jawab Seth. Mata Eugene menyipit. Ia melihat Seth dan Klaus bergantian. Setelah itu, ia mengusap dagunya berkali-kali. “Tempat yang panas ….” Setelah hening beberapa detik, Eugene pun menepuk meja yang ada di depannya. “Ternyata ini alasan Pilav lebih sering menghabiskan waktu dengan Arias sejak dulu,” ucap Eugene. “Dia sudah tahu Seth adalah orang yang seperti apa. Baiklah. Aku mengerti, Kawanku.” Seth tertawa terbahak-bahak. Klaus yang ada di sebelahnya itu hanya tersenyum. “Eugene, aku hanya bercanda,” ucap Seth. “Kau tahu soal kegilaan Tyra, kan? Itu kalimat yang dia ucapkan.” “Apa?! Kau diajak ke tempat yang panas oleh Tyra?!” “Bukan—bukan itu maksudku!” jawab Seth cepat. “Tyra memberi tahu di mana keberadaan Amy Wing. Dia menyebutnya dengan itu.” “Wah, menarik sekali,” kata Eugene. “Lalu, kamu sudah mendatangi tempatnya?” “Kita sudah membunuhnya,” jawab Seth. Eugene terbelalak. “Kamu tidak membawanya ke ayahku dulu?!” “Untuk apa?” “Untuk dimintai keterangan!” Nada Eugene panik. “Kalau dia sudah mati, bagaimana kita mendapatkan informasi lainnya?” “Ah, soal itu jangan khawatir,” jawab Seth dengan tenang—berkebalikan dengan temannya itu. “Tyra sudah menjawab semuanya.” “Berarti, Tyra itu aset yang sangat berharga, ya?” Suara tegas dari seorang perempuan membuat ketiga orang lainnya terkejut. “Bisa dibilang begitu. Karena itu, kita harus melindunginya,” jawab Seth. “Kamu dari mana? Kenapa aku tidak melihatmu masuk?” tanya Eugene pada Pilav. “Aku masuk dari halaman belakang. Kamu sudah mendapatkan barang-barangnya, kan?” tanya Pilav. Eugene mengangguk. “Ada di ruang perlengkapan.” Pilav berjalan menuju ruangan itu untuk memeriksanya. Setelah memastikan barangnya lengkap, ia berjalan menuju pintu utama. Saat hendak membuka pintu, ia memberhentikan langkahnya. “Oh, iya, Seth. Mungkin kamu harus memikirkan beberapa kemungkinan.” “Apa?” “Kemungkinan bahwa Tyra tidak perlu kita lindungi karena dia sudah sangat kuat. Kemungkinan bahwa tidak semua ucapan Tyra itu benar adanya. Kemungkinan bahwa Tyra memiliki hubungan yang kuat dengan Blade.” Setelah mengucapkan itu, Pilav keluar. Seth tertegun mendengarnya. Ucapan Pilav sama sekali tidak salah. Kemungkinan itu pasti ada. Sebenarnya, saat ini Seth terlalu memercayai Tyra hanya karena ada satu dua hal yang sesuai fakta. Padahal, perkataan Tyra yang lainnya masih tidak jelas dan belum pasti. “Aku masih tidak mengerti bagaimana Pilav berpikir soal Tyra,” ucap Eugene setelah Pilav keluar. “Dia sempat membela Tyra di depan ayahku. Tetapi, sekarang, dia terlihat tidak percaya pada Tyra. Biasanya dia juga percaya padamu, Seth. Kali ini, dia malah ingin menghancurkan harapanmu.” “Membela Tyra?” tanya Klaus. “Saat Tim Elite membahas persoalan Tyra dan dirimu dengan ayahku, Pilav terlihat melindungi Tyra. Dia seperti bersikeras mengatakan bahwa Tyra bukan bagian dari Blade. Dia juga terlihat emosional, sama seperti saat ia membela Tim Eria,” jelas Eugene. “Kenapa dengan Tim Eria?” Klaus bertanya lagi. “Misi pertama kalian itu sangat mengguncang nyawa, bukan?” tanya Eugene. “Pilav protes tentang hal itu kepada Tuan Herreros. Dia khawatir kalau kalian benar-benar akan mati.” Klaus terlihat tidak percaya dengan apa yang diceritakan Eugene barusan. Ia tidak pernah berpikir bahwa Pilav adalah orang yang sangat memedulikan orang lain. Ketika pertama kali bertemu pun, Pilav terlihat dingin dan tidak peduli dengan orang lain. Seth adalah kebalikan dari Pilav. Klaus bisa membaca Seth dengan jelas. Untuk Pilav, Klaus sama sekali tidak bisa membacanya. Bahkan untuk Seth dan Eugene yang sudah satu tim dengannya, Pilav masih menjadi sosok yang misterius. “Setelah kau bilang begitu, aku jadi baru sadar soal itu,” ucap Seth. “Benar. Waktu itu, Pilav membela Tyra seperti ia membela Tim Eria. Lalu, yang barusan itu kenapa?” Eugene mengedikkan bahu. “Entahlah. Untuk berjaga-jaga saja mungkin? Lagi pula, jika soal Pilav, bukankah Arias yang paling mengerti soal dirinya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD