13. Behind The Book

1484 Words
“Arias, apa maksudnya? Klaus dipenjara?!” tanya Feather tidak terima. “Apa kalian tahu apa yang dia lakukan? Kalian dekat di akademi, kan?” tanya Arias. “Aku tidak tahu.” Feather menoleh ke arah Felix. “Apa kau tahu?” Felix menelan ludahnya. Ia merasa bahwa ia tidak boleh menjelaskan semuanya. “Felix, kau mengetahuinya,” ucap Arias. Itu pernyataan, bukan pertanyaan. “Klaus memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu,” jawab Felix. “Hanya itu yang bisa kukatakan.” “Di mana rumah Klaus? Aku harus memberitahu keluarganya.” Ketika Arias hendak pergi, Felix segera menghadangnya. “Dia tidak punya keluarga.” Arias dan Feather memusatkan pandangan mereka ke arah Felix. Pernyataan yang dilontarkannya barusan membuat mereka terkejut bukan main. “Waktu kemarin, bukannya kau bilang kalo Klaus sedang ada urusan keluarga?” tanya Feather. “Maaf,” ucap Felix pelan. “Maaf karena aku sudah membohongi kalian berdua.” “Felix, kita satu tim,” ucap Feather. “Kau tahu kalau tim ini adalah tim seumur hidup, kan?” “Sudah, tidak apa-apa. Hanya saja – jika tidak ada kejelasan begini, Klaus akan terus ditahan selama dua  puluh lima tahun,” ucap Arias  lalu menghela napas. “Kita juga tidak boleh menemuinya di Soleclar. Aku hanya mengkhawatirkan itu.” Felix menunduk. “Maaf karena aku tidak bisa berbuat banyak. Ini adalah masalah Klaus. Tidak mungkin aku membongkar apa yang bukan kepentinganku.” “Tidak, tidak apa-apa.” Arias menepuk bahu Felix. Setelah itu, ia menatap Feather. “Kita tunggu saja apa keputusan Klaus di sana.” Feather mengangguk meski masih ragu. Sepertinya, memang itu jalan yang paling tepat. Klaus juga bukan tipe orang yang bergantung pada orang lain. *** Tim Elite sudah kembali ke Escalera. Mereka melaporkan keadaannya kepada Seth. Kemudian, Seth juga menyinggung tentang Klaus yang dipenjara. “Amy kabur dengan cara terbang?” tanya Seth. “Itu tidak ada di jurnal.” “Jurnal tentang Blade memang sangat minim,” jawab Nyridia. “Escalera tidak pernah diserang oleh Blade. Kita jadi tidak tahu seperti apa kekuatan Blade sebenarnya. Mungkin saja ada anggota Blade yang sama sekali belum ada catatannya.” “Terakhir dia ada di mana?” tanya Seth. “Hutan Utara,” jawab Pilav. “Di sana seharusnya ada jembatan. Tetapi, sepertinya sudah dihancurkan.” “Oke, topik tentang Amy cukup sampai di sini. Kenapa Klaus bisa dipenjara?” tanya Eugene yang sejak tadi sudah penasaran dengan topik ini. “Bukannya ayahmu lebih tahu?” tanya Pilav. Eugene mengangguk. “Iya, dia membobol rumah Tuan Ritchie. Tetapi, kenapa?” “Aku juga tidak tahu,” jawab Seth. “Padahal, dia ingin bertemu dengan kalian semua untuk diskusi. Tetapi, ia melakukan ini.” “Diskusi? Anak itu sangat misterius,” ucap Pilav. “Apa kau tidak bisa meminta ayahmu untuk membebaskannya?” Nyridia menyenggol lengan Eugene. “Hei! Kau pikir ayahku itu orang seperti apa? Meski ia sangat baik, ia tetap profesional dalam pekerjaannya,” jawab Eugene. Perkataan Eugene tidaklah salah. Ayahnya, Bosley Moon, tidak jauh berbeda dengan dirinya. Mereka berdua memiliki humor yang aneh. Hanya saja, Eugene tidak setegas ayahnya. Bosley sangatlah tegas dalam membela yang benar. Ia ingin memberantas segala kejahatan di Escalera. Kemampuannya dalam bertarung juga tidak perlu dipertanyakan. Itulah alasan ia diangkat menjadi jenderal. “Apa ayahmu akan mengerti?” tanya Pilav. “Mengerti apa?” tanya Eugene. “Jika ia tahu alasan Klaus.” “Entahlah. Selama alasannya masuk akal, aku rasa ia akan membebaskannya.” Pilav menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Aku hanya tidak mengerti kenapa ia berani sekali membobol rumah orang. Terutama, rumah Tuan Ritchie. Tapi, aku yakin ia sudah memikirkannya matang-matang.” “Jadi, prioritas kita sekarang apa?” tanya Nyridia. “Tyra, Amy, atau Klaus?” “Tyra,” jawab Seth. Ketiga rekannya memandang Seth dengan aneh karena jawaban itu. “Kenapa Tyra?” tanya Eugene sambil menyipitkan matanya. “KIta tidak tahu di mana keberadaan Amy sekarang. Kita juga tidak bisa menemui Klaus secara langsung lagi untuk saat ini. Hanya Tyra yang bisa kita jangkau. Aku akan kembali menginterogasinya,” jelas Seth.  “Tadi kau bilang Klaus ingin diskusi dengan kita. Apa yang mau ia diskusikan? Apa ini tentang sesuatu yang kalian berdua bicarakan?” tanya Pilav. “Betul sekali,” jawab Seth. “Kami berdua membuat teori tentang Tyra.” *** “Hei.” Klaus yang sedang memejamkan mata itu merasa terganggu.  “Hei, Klaus.” Kali ini, suaranya menyebut namanya. Klaus pun segera bangkit. Di depan jeruji besinya, terlihat seorang perempuan dengan pakaian putih khas Soleclar. “Tyra?” tanya Klaus. Tyra pun mengangguk. Ia menyuruh Klaus untuk mendekatinya. “Bagaimana kau bisa ada di sini?” tanya Klaus. “Aku sudah memiliki kuncinya sejak hari pertama,” jawab Tyra sambil memperlihatkan kunci yang berhasil ia curi. “Aku dengar dari para penjaga bahwa kau ditangkap. Itu alasan aku menghampirimu.” “Lalu? Apa maumu?” “Besok siang saat jam istirahat, temui aku di perpustakaan,” ucap Tyra kemudian pergi meninggalkan sel Klaus. Klaus menatap kepergian Tyra dengan bingung. Perempuan itu sangat tidak bisa diduga. Bisa-bisanya ia keluar dari selnya di tengah malam. Ia berada di sel paling ujung karena hukuman seumur hidupnya. Dengan kata lain, ia berjalan menyusuri lorong penjara perempuan yang panjang. Kemudian, ia menyeberangi ruangan utama. Sampai pada akhirnya, mendatangi penjara laki-laki dan mencari keberadaan sel Klaus. Klaus menggelengkan kepalanya berkali-kali lalu kembali berbaring. Ia sungguh tidak mengerti jalan pikir wanita itu. *** “Lukamu masih terlihat,” ucap Klaus pelan. “Baguslah kau menyadarinya,” jawab Tyra. Seperti yang sudah dipinta Tyra semalam, mereka berdua sudah bertemu di perpustakaan. Keadaan sekarang yaitu mereka berdua saling memunggungi. Sebuah buku besar sudah dibuka depan wajah untuk menutupi gerak mulut mereka.  “Lucu melihat orang yang baru kemarin menginterogasiku menjadi seorang narapidana,” ucap Tyra. “Apa kau diserang di sini?” Klaus mengabaikan ucapan Tyra barusan. “Ya. Ia memiliki peliharaan ular.” “Kau ingat wajahnya?” tanya Klaus sambil membalikkan halaman buku dengan tangannya yang masih diikat. “Pukul tiga dari arahmu.” Klaus menutup bukunya. Setelah itu, ia bangun dari kursinya. Ia menaruh buku yang ia baca kemudian mengambil buku lain. Saat berbalik badan, ia melirik sebentar ke penjaga yang dimaksud oleh Tyra barusan. Setelah menghapal wajahnya, ia kembali duduk di tempat sebelumnya. “Apa Soleclar memberi kebebasan seperti ini setiap hari?” tanya Klaus. “Hanya dua kali seminggu,” jawab Tyra. “Untung saja, hari ini adalah hari pertama. Kita bisa bicara lagi besok.” “Kalau kau memiliki kunci, kenapa kau tidak melarikan diri?” “Alasanku sama sepertimu.” “Apa maksudnya?” “Ada rahasia yang tidak bisa aku ungkap.” Tyra berdeham lalu melanjutkan kalimatnya, “Paling tidak, untuk saat ini.” Klaus menggerakan bola matanya untuk mengalihkan pikiran. Sejujurnya, jantungnya seakan berhenti berdetak ketika mendengar ucapan Tyra barusan. Ia tidak tahu jika Tyra mengalami hal yang sama dengannya. Wanita ini tidak ada bedanya dengan dirinya. Klaus juga memiliki rahasia yang belum bisa ia ungkap untuk saat ini. Memikirkan soal itu, pikiran Klaus menjadi tersebar ke mana-mana. Klaus kembali berpikir bagaimana Tyra bisa mengenali namanya sebelumnya. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk mempertanyakan sesuatu yang ingin sekali ia tahu kepada Tyra. “Kenapa kau memintaku untuk menginterogasimu?” Klaus mengganti topik. “Kau masih penasaran akan itu?” tanya Tyra. “Kita memang kebalikan. Aku tahu banyak tentangmu. Tetapi, kau tidak tahu sama sekali tentangku.” “Kau tahu banyak tentangku? Apa kau tahu juga kenapa aku ada di sini?” tanya Klaus. “Ya, aku hanya menebak. Tetapi, tidak tahu secara pasti.”  Yang terjadi sekarang memang sangat aneh. Klaus dan Tyra saling berbincang dengan suara yang kecil. Mereka tidak memberi kontak mata sama sekali. Meski begitu, mereka berhasil berkomunikasi dengan baik. Tyra menutup bukunya lalu berjalan menuju rak untuk menyimpannya kembali. Secara alami, Klaus ikut bangkit lalu menghampiri rak yang sama dengan Tyra. Rak yang mereka datangi itu berada di seberang para penjaga. Sehingga, hanya punggung mereka yang diawasi dari belakang. “Kenapa kau selalu bertingkah aneh saat diberi pertanyaan olehku waktu itu?” bisik Klaus. Tyra hampir mengeluarkan tawanya. Untung saja, ia berhasil menahannya. “Menurutmu, apa bedanya dengan situasi sekarang?” “Apa? Karena aku sesama kriminal sekarang?” tanya Klaus. Tyra menoleh sebentar ke arah Klaus. “Aku dan pemilik ular itu memiliki dua mata.” “Kenapa kau mengatakan itu lagi–” Nada bicara Klaus menggantung meski kalimat itu terdengar sudah lengkap. Lidahnya menjadi kaku. Klaus hampir tidak bisa berkedip ketika menyadari sesuatu. Memiliki dua mata. Mata-mata. Tyra tersenyum miring ketika melihat ekspresi Klaus. Wanita itu berjalan keluar dari perpustakaan dengan elegan. Sedangkan tangan Klaus masih sibuk meraba-raba buku yang ada di hadapannya. Setelah itu, ia mengambil asal buku yang ada di sana dan kembali membacanya di tempat yang sama. Klaus sungguh merinding ketika menyadari maksud dari Tyra. Tetapi, di keadaan seperti ini, ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD