Ibu datang

1114 Words
Pagi ini Saga sudah berada di ruang kerjanya. Seperti biasa masih ada dokumen yang harus ia kerjakan. Sang sekretaris kemudian berjalan masuk. Siska adalah nama sekretaris Saga selama 3 tahun ke belakang. Sudah menjadi rahasia umum kalau Siska memiliki ketertarikan khusus kepada Saga. Terlihat dari caranya bersikap, dan berbicara kepada atasannya itu. Hanya saja, sampai saat ini Saga selalu mengacuhkan. Siska lalu meletakkan dokumen yang harus ditandatangani Saga itu di atas meja. "Ini dokumen yang tertinggal Pak." Wanita itu terlihat cantik dan seksi sekali dengan pakaian berpotongan pendek di atas lutut. Saga anggukan kepalanya tanpa menoleh. Sementara Siska masih menunggu, siapa tahu Saga memiliki kebutuhan lain. Mengetahui sang sekretaris berdiri di dekatnya, lalu menoleh ke arah Siska. Saat itu Saga teringat sesuatu. "Untuk rapat direksi bagaimana? Rapatnya bisa dimulai bisa kapan?" Saga bertanya kepada Siska. "Persiapan rapat direksi sudah semua selesai pak. Laporan yang Bapak kirim beserta makalah mengenai program juga sudah saya cetak. Dan semua akan berjalan sesuai dengan jadwal." Siska menjelaskan. "Benarkan semua sudah oke? Maksud saya data-data yang kemarin kamu juga sudah cek kan poin-poinnya?" Saga menanyakan lagi. "Sudah saya cek Pak." Siska menjawab lagi. Saga menganggukkan kepalanya. Dia memang tak lagi meragukan kinerja Siska. Karena memang sudah terlatih sekali dan mengerti apa yang Saga mau. Ia melakukan itu hanya memastikan bahwa tak ada kesalahan untuk rapat besok. Saga memang cukup kritis dan juga perfeksionis dalam hal ini. Ia tak mau performanya terlihat buruk di depan orang lain. "Boleh kembali ke meja kamu. Dan tolong pakai baju yang lebih rapi." Saga menegaskan itu. Saat dia melihat kancing kemeja terbuka menunjukkan sedikit belahan d**a gadis itu. Dengan segera Siska merapikan kemejanya. Harusnya Gadis itu malu mendapatkan teguran dari sang atasan. Namun di dalam hati Siska saat ini justru ia merasa sedikit berbunga-bunga karena merasa kalau itu adalah sebuah perhatian yang diberikan oleh Saga. "Kalau begitu saya permisi Pak." Saga anggukan kepalanya ia juga terlihat tak terlalu peduli dengan kepergian sekretarisnya. Meskipun sang istri memiliki tubuh yang gemuk, tapi dalam hati Saga, Reres tetaplah yang utama. Sang istri sudah mengorbankan banyak hal untuk dirinya dan juga kedua buah hati mereka. Jadi sampai saat ini Saga masih merasa tak akan mungkin baginya untuk menduakan Reres. Sementara itu di rumah, saat ini Reres baru saja pulang dari mengantarkan Nay ke sekolah. Dan ia akan menjemputnya nanti siang. Setelah memarkirkan mobil, wanita itu segera melakukan kakinya masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu sudah ada seseorang yang duduk di sana, itu adalah sang ibu mertua. "Ibu?" sapa Reres. Putra bungsunya segera berlari menghampiri sang nenek. "Oma!" Reres segera berjalan menghampiri Nindy kemudian mencium tangan Ibu mertuanya itu. "Udah lama datangnya, Bu?" Tatapan sang ibu mertua terlihat tak bersahabat saat ia menatap Reres. "Kenapa kamu nggak datang ke rumah Ibu bulan kemarin?" Nindy bertanya kepada menantunya. Alasan ia datang hari ini, adalah karena bulan kemarin Reres sama sekali tak mengunjungi rumahnya di Bogor. "Maaf Bu, kemarin itu Nay banyak banget kegiatan. Ada masak bersama, sama juga ada kegiatan di sekolah. Dan juga Kay lagi kurang enak badan. Rencananya baru minggu ini mau ke sana. Maafin ya Bu," ucap Reres kepada sang ibu mertua. Nindy saat ini tengah mengobrol dengan Kay, ia mengobrol dengan cucunya itu. Kay dan Nay adalah cucu kesayangan Nindy. Karena keduanya adalah anak dari Saga, putra bungsu. Sehingga seperti tak terlalu memerhatikan apa yang dikatakan oleh Reres barusan. Reres tak mau juga ambil pusing, memang sudah kebiasaan dari sang ibu mertua jika mengacuhkan dirinya. "Ibu mau minum sesuatu?" Reres menawarkan. Nindy terlihat mengacuhkan ia tak terlalu peduli dengan pertanyaan yang diberikan oleh menantunya itu. "Tadi udah dibikinin sama si mbok." "Kalau gitu ke kamarnya Kay aja Bu, sekalian istirahat." Reres berkata. "Aku mau ada kerjaan sebentar habis itu mau jemput Nay. Nggak apa-apa kan kalau ibu sama Kay sebentar?" Reres bertanya. Nindy menganggukan kepalanya meski tatapannya terlihat tak suka. "Kamu itu harusnya fokus sama anak, nggak sibuk sama pekerjaan. Ckckck," cicit Nindy. "Iya, maaf Bu. Soalnya ini memang sudah mepet sekali sama waktu deadline-nya." Nindy memilih tak menjawab, lalu ia dan juga cucu kesayangan berjalan menuju kamar. Hubungan di antara Reres dan juga Nindy tak terlalu baik. Apalagi dulu Nindy merasa kalau seseorang yang sudah berada di dunia entertainment itu bukanlah orang yang baik. Setelah menjadi pemenang Ratu Kecantikan, memang Reres beberapa kali berakting di serial televisi. Hanya saja, setelah ia bertemu dengan Saga, Reres memutuskan untuk segera menikah dan berhenti dari kegiatannya di dunia entertainment. Namun kegiatannya tak berhenti di situ saja. Setelah melahirkan putra keduanya, Reres mencoba untuk menyibukkan dirinya dengan menerima endorse untuk beberapa brand. "Tadi ibu udah dibuatin minum?" Reres bertanya pada Ina yang tengah sibuk buat makan siang. Ina menganggukkan kepalanya. "Tadi Setelah datang Ibu langsung minta dibuatin teh manis hangat Bu." "Ya udah kalau kayak gitu, Saya mau ngerjain kerjaan dulu ya di ruang kerja. Nanti kalau Brian datang tolong kasih tahu untuk ke ruang kerja saya. Nanti kasih tahu ibu Nindy kalau saya ada di ruang kerja ya? Oh iya, jangan lupa ingatin saya untuk jemput Nay nanti jam sepuluh ya." Reres berpesan pada Ina kemudian berjalan menuju ruang kerjanya. "Iya, Bu." Setelah mulai mengendorse beberapa brand, wanita itu mengerjakan semua dibantu oleh Brian. Brian adalah sahabat dari Saga sejak lama. Dan kebetulan pria itu memang berkecimpung di bidang fotografi dan editing. Dan itu mempermudah Reres dalam pekerjaannya. Reres masuk ke dalam ruang kerjanya. Dalam ruang itu ada sebuah meja kerja di atasnya ada sebuah laptop dengan layar besar, aneka kebutuhan fotografi, beberapa barang endorse yang belum sempat difoto, dan yang pasti adalah mainan anaknya yang selalu ada di setiap ruangan di rumahnya. Baru saja mendudukkan b****g, ponselnya berdering. Itu adalah sang suami yang memang selalu menghubunginya. "Halo Love?" sapa Saga. "Apa Bee? Gimana di kantor?" tanya Reres terdengar lesu. Terdengar Saga yang terkekeh mendapat pertanyaan dari istrinya. "Kenapa suara kamu lemes gitu? Kamu ketemu lagi sama ibunya Vanya? Ledekin kamu lagi?" Wanita itu menggelengkan kepalanya masih saat ini Saga tak bisa melihat. "Nggak, aku masih harus ngerjain buat deadline foto iklan kecap kemarin. Tapi sampai sekarang Brian belum datang." "Kamu buruan telepon dia, Siapa tahu dia masih tidur. Kayaknya kemarin dia begadang nonton bola." Saga mengingatkan sang istri untuk segera menghubungi Brian. "Iya nanti aku coba hubungin dia. Kamu oke kan di kantor? Mau aku kirim makan siang?" "Nggak usah Love, aku hubungin kamu cuman karena pengen tahu aja kamu lagi ngapain. Udah lanjutin kerjaan kamu." "Bee, ibu datang ke rumah lho, kamu kalau bisa jangan pulang sore-sore." Reres ingat kalau sang ibu mertua saat ini berada di rumah mereka. "Ibu?" tanya Saga heran. "Iyaa," jawab Reres. "Ya udah, aku usahain pulang cepat ya?" "Oke," sahut Reres. "Bye Love," ucap Saga kemudian dengan segera mengakhiri panggilan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD