bc

DESTINY MATCH

book_age18+
1.6K
FOLLOW
28.0K
READ
billionaire
love after marriage
scandal
boss
drama
tragedy
serious
city
first love
ancient
like
intro-logo
Blurb

SEBELUM BACA JANGAN LUPA TAP LOVE ❤ AND FOLLOW..

WARNING..!! ADA BERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON JIKA MERASA BELUM CUKUP UMUR JANGAN MEMBACANYA

DESNITY MATCH 1

Afifah Talita..

Harus terjebak ikatan pernikahan bersama seorang pria yang telah memperkosanya ketika umurnya masih beranjak tujuh belas tahun.

Barra Bilfaqih

Pengusaha tampan di Brunei darussalam.

Perjodohan tak terduga terjadi antara kedua keluarga membuat Barra mengingat dosa besar yang pernah dilakukannya.

Mampukah Afifah menjalankan pernikahan dengan pria yang pernah menghancurkan kehidupannya.

DESNITY MATCH 2

Barra Bilfaqih memperjuangkan cinta demi mempertahankan Rumah tangganya yang diambang perceraian.

Mampukah Barra menaklukkan kembali hati Afifah.

Afifah Talita sebagai seorang pengacara dia hancur harus melepaskan pernikahan demi keluarga dicintai untuk menikahi seorang dokter bernama Arya.

Disela kehancuran Rumah tangga dan kesalah pahaman yang terjadi, ia mendapatkan rahasia dari Denis justru menyatukan ikatan yang terputus antara Barra dan Afifah.

chap-preview
Free preview
1.PERTEMUAN
Brunei Darussalam 03.00 pm Setelah kejadian buruk menimpa Afifah di Jakarta beberapa tahun silam, kini ia dan keluarga tinggal di pesisiran Brunei Darussalam. Afifah Talita. Seorang pengacara di Brunei darussalam. Ternyata kejadian buruk di alaminya tidak membuatnya terpuruk terlalu dalam. Tapi siapa yang tahu.. Afifah menjadi pengacara atas dasar ingin keadilan setiap orang yang tak perdaya sepertinya dulu. Dirinya termangu pada kejadian enam tahun silam, ketika seorang pria memperkosanya dengan menutupi matanya hingga dia sendiri tidak pernah bisa melihat pria Itu. Kebodohan yang dilakukannya pada saat itu mengugurkan kandungannya atas permintaan orang tua. Ia merasa menyesal dengan hal itu. Ia lebih memilih menggugurkan anak didalam kandunganya daripada harus diusir kedua orang tuanya dari rumah. Lagi pula kejadian itu dia masih sangat belia. Drrtt.. Drrtt.. Suara ponsel membuyarkan segala lamunannya. "Halo, Bun." Afifah menjawab telpon dari bundanya. "Afifah, dimana kamu. Tidak lupa kan hari ini pertemuan dengan calon suamimu." "Iya, bun. Fifah ingat." Afifah mematikan ponselnya. Huft.. wanita itu merasa lelah. Kedua orang tuanya telah menjodohkannya dengan pria yang belum pernah dilihat wajahnya. Afifah kini masih berada Kedutaan di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Tempat hampir setiap hari, ia menghabiskan waktunya disini. Ia melangkah keluar kantor dengan gaya elegantnya dengan hijab hitam dikenakannya. Semenjak pindah di Kota ini, Afifah memutuskan untuk berhijab demi menjaga dirinya. Ya.. walau pun sholatnya masih suka belang kambing, Afifah tidak mau kejadian itu terulang kembali. Tak lama, wanita itu sampai dirumah besarnya. "Assalamualaikum." Ucap salam Afifah memasuki rumahnya. "Wa'alaikum Salam." Jawab bunda Nita yang sibuk persiapan untuk kedatangan tamu istimewah. Bukan untuknya tapi kedua orang tua, Inilah adalah hari istimewah untuk kedua orang tuanya. "Ya.. Ampun Afifah, kenapa baru pulang. Ayo siap-siap minta tolong adikmu untuk make up." Cemas Nita melihat putrinya masih dengan setelan kemejanya. "Bun, inikan cuma lamaran. Kenapa harus serepot ini." Afifah berucap sambil memegang sebuah air ditanganya. "Afifah, cepat bersiap." Pinta nita. "Zizah." Pekik Nita pada putri keduanya. Bunda Nita seakan tergesa-gesa menyiapkan semua ini. "Iya, bun. Ada apa. Kenapa teriak-teriak." "Kamu bantu kakakmu terlihat cantik. Jangan buat kesalahan azizah." Pinta bunda lalu pergi. "Baiklah, bun." Afifah bersiap di bantu oleh adiknya Azizah. Wanita Itu termangu didepan meja rias. Pikiran melayang pada seorang yang telah merenggut kesuciannya. Fifah berpikir akankah pria yang menjadi suaminya bisa menerimanya. Mustahil.. Rasanya seorang pria terhormat bisa menerima dia yang sudah tak perawan. Bahkan pernah hamil. Hari berganti gelap menyelimuti malam itu. Rasa takut fifah semakin kuat, ketika mengetahui pria tersebut telah datang untuk melamarnya. "Kak.. kak.. mereka udah datang. Calon suami kakak tampan, kayak artis korea." Seru zizah. "Azizah, kamu ini ada-ada aja." Titah fifah. "Benaran, kak." "Fifah, kamu sudah siap. Cepat turun" Kata bunda Nita memasuki kamar Afifah. Afifah turun bersama bunda dan Azizah dengan balutan long dress peach yang sangat cocok dengannya. Diruang tamu Arya Ayah dari Afifah sudah bicara pada sahabat lamanya bernama Dirga beserta istrinya Riana. Disamping terdapat pria tampan yang memainkan ponsel tanpa menyadari kehadiran Afifah diantara mereka. Afifah melontarkan senyum pada mereka, walaupun tidak suka dengan perjodohan ini. Afifah tetap bersikap sewajarnya. "Kenalkan ini putri pertama kami." Ujar Nita pada mereka. "Ternyata calon menantuku cantik sekali." Puji Riana. 'Cantik.. Apa mereka bisa mengatakan Itu kalau mengetahui aku tidak suci seperti kebanyakan yang bisa menjaga kehormatannya.' membatin Afifah. "Barra, kamu jangan main ponsel terus. Coba liat calon istrimu." Tegur Dirga pada Barra Bilfaqih. Barra Bilfaqih seorang yang akan menikahi Afifah, bisa dibilang pria ini egois dan keras kepala. Kalau bukan ancaman Dirga, Barra tidak akan setuju menerima perjodohan pada wanita dihadapannya. Barra mendongakan kepalanya, pria Itu tergemap melihat wajah calon istrinya. Wajah yang sama, ia tertunduk takut akan kesalahannya pada Afifah dimasalalu. "Barra, ini Afifah yang akan menjadi istri kamu." Seru Arya pada Barra. Afifah mengulas senyum pada Barra, wanita Itu sungguh tidak mengenali pria dihadapannya. "Afifah." Fifah mengulurkan tangannya. Sedangkan barra masih termangu dengan bayangan masalalu yang keji pernah dilakukannya. Seandainya Afifah tahu mungkin tidak akan sudi menikahi Barra. "Barra." Panggil Riana membuyarkan segala lamunan Barra. "Maaf." Barra pun membalas uluran tangan Afifah. "Barra." Ia bisa merasa tangan lembut yang sama pernah disentuhnya enam tahun yang lalu. Afifah merasa ada getaran aneh bersentuhan dengan pria dihadapannya. Getaran yang sama dirasakannya pada seorang pria yang pernah menyentuh jejak tubuhnya. "Afifah, Barra ini juga pernah kuliah di Jakarta. Kampusnya berada di dekat sekolahmu dulu." Ujar Nita. "Jadi.. Bagaimana Barra, Àffifah cantik bukan." Goda Dirga. Dirga hanya mengangguk, ia melihat detail perubahan Afifah. Tidak ada lagi rambut tergerai seperti dulu. Apalagi tok pendek yang sering Afifah gunakan. Hanya gamis membalut tubuhnya. Dengan sebuah pasmina menutupi kepalanya. Afifah menyadari jika Barra terus memperhatikannya. Wanita Itu merunduk, tatapan Barra berbeda, terlihat intens. Raut wajah tampan yang terlihat gusar, seolah otaknya dipenuhi suatu pemikiran yang menumpuk. "Barra, kau hanya ingin terus menatapnya." Dirgaa sekali lagi menggoda putranya. "Afifah, ajak Barra berkeliling rumah kita." Pinta Arya. "Azizah, Ayo." "Kamu aja." Sambung Nita pada Afifah. Afifah mendengus kesal pada bundanya. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak punya pilihan lain. "Ayo." Ketus Afifah mengajak Barra. Keduanya pergi berkeliling rumah besar Afifah, mereka berjalan saling sejajar. Sesekali Barra melirik Afifah yang tercantum dengan polesan wajah yang tipis. 'Ah.. wanita ini, wangi tubuhnya masih sama. Aku masih bisa merasa aroma yang sama.' Gumam Barramenghirup dengan mata terpejam. "Ada apa denganmu, Kenapa aku merasa kau mendengus." Ujar Afifah dengan tatapan yang sulit Barra baca. "Oh.. Maaf, Aku tidak bermaksud." Desah Barra tak enak. "Parfummu wanginya begitu menusuk." Kata Barra tak henti menatapnya. Afifah merasa risih di tatap oleh Barra, ia tak suka dengan tatapan Barra yang mencurigakan untuknya. "Ceritakan tentang dirimu." Seru Barra. "Hidupku kelam dan sebaiknya kau tidak perlu mengetahuinya." Titah Afifah yang menuju halaman teras mereka. Barra duduk dikursi yang sudah ada disana. "Sungguh.. Ceritakan aku ingin tahu sekelam apa masalalumu." "Aku tidak bisa, Itu masalalu yang buruk." "Bukankah kita akan menikah." Barra berkata dengan lembut. Wanita itu duduk berhadapan dengan Barra. "Aku pernah diperkosa." Celetuk Afifah. Barra tergemap, ia tak percaya jika Afifah bisa berkata jujur pada dirinya. Sebegitu berani wanita dihadapannya mengungkap aib masalalunya. "Terkejut." Ulas Afifah dengan suara beralun lembut. "Jangan terkejut, mau tahu hal yang lain lagi." "Ada lagi." Lirih Barra dengan pelan. "Hmmm." Afifah mengangguk pelan. " Aku pernah hamil." Bisik Afifah pada pria berparas tampan ini. Barra tertegun mendengar penuturan barusan dari Afifah. Itu artinya Afifah hamil anaknya. Barra sangat merasa bersalah. Ia menahan rasa sakit didadanya. Ia terus menatap wajah Afifah yang tampak terluka karena perbuatannya dimasalalu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mengikat Mutiara

read
142.5K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.6K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.4K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Pengganti

read
301.9K
bc

Sweetest Diandra

read
70.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook