Chapter 37 - Yatch

1149 Words
Matahari mulai muncul. Semakin lama semakin terik membuat kelima orang yang ada di dalamnya mengerenyit karena air laut yang memantulkan cahaya, membuat mereka kesilauan. Sejauh mata memandang, tak ada satupun pulau yang terlihat oleh mereka. Bahan bakar penuh setidaknya untuk satu minggu kedepan, amunisi masih tersisa beberapa, toh di yatch mewah ini ada seperangkat alat pancing yang memungkinkan bagi mereka untuk iseng memancing jika memang sedang ingin memakan makanan laut. Setelah ucapan candaan dari Ainsley mengenai membawa kabur kapal pesiar mini mewah ini, Petter mati matian menjalankan seluruh operasinya menggunakan laptopnya. Dari yang di senyumkan oleh Hans karena dikiranya tak akan bisa, menjadi perangahan kaget dari semuanya ketika tiba tiba saja kapal yang mereka tumpangi berjalan sendiri padahal kelimanya ada di tempat yang sama. Cengiran muncul dari si yang paling muda, menyombongkan diri ketika berhasil mengoperasikan mesin menggunakan seluruh peralatan yang ia punya. Jadi, disini lah mereka sekarang. Mematikan radar agar tidak diketahui dan berlayar menyusuri lautan entah kemana arahnya. Yang pasti, untuk saat ini, sebelum mereka menmukan cara yang tepat, maka mereka akan terus terombang ambing di lautan. Inilah hal yang mendesak para tetua untuk berpikir, mereka tak mungkin terus berdiam diri disana karena bahan bakar tak muncul secara ajaib. Belum lagi jika kemungkinan ada badai besar yang operasinya tak dapat ditangani oleh Petter. Akan musnahlah mereka berlima. Evan, disisi lain, satu satunya yang mengerti mengenai data yang dibawa Petter mencoba membaca satu persatu kalimat yang tertera disana. Ribuan file yang harus ia pilah mana inti dari perjuangan mereka sepanjang minggu ini. Hingga fokusnya terpaku pada salah satu data yang membawanya pada percakapan ia dan rekannya dua tahun yang lalu. Saat dimana para anggota International Atomic Energy Agency datang ke perusahaan tempat ia bekerja, Chaeron lab demi menyelidiki banyaknya Yellow Cake atau tepung uranium yang dibeli lab mereka pada saat itu. Seluruh penasarannya terjawab saat ini ketika melihat data yang ada di laptop milik Petter saat ini. “Apa itu?” tanya Michael yang baru saja terbangun dari tidurnya selama dua jam karena mendengar tarikan nafas Evan yang begitu keras. Baru saja bibirnya akan bertanya lagi, ia malah menemukan bahwa dirinya sudah berada di tengah tengah lautan dengan kapal mewah sebagai akomodasinya. Tatapannya menandakan ia bingung, tentu saja. Menggaruk rambutnya yang mencuat kemana mana, ia menyenggol pelan Ainsley yang duduk di sampingnya sembari membersihkan pisau pisau milik merek dengan air bersih yang masih tersedia cukup banyak disana. Karena tak mungkin ia rela mencuci pisau pisau itu dengan menggunakan air laut. Air laut akan merusak semua peralatan mereka. “Apa?” tanya gadis itu ketika yang mencoba mengajaknya bicara malah hanya mengatup atupkan bibirnya, bingung ingin mulai bicara dari mana. “Aku sudah merasa sejak lama, namun sepertinya aku benar benar mengidap ingatan jangka pendek” ucapnya dengan pelan, namun masih dapat di dengar oleh keempat rekannya. “Aku bahkan tak ingat bagaimana kita bisa sampai disini, dan beberapa kejadian saat kita melarikan diripun, aku merasa lupa akan beberapa titik waktu yang kita lalui” ucapnya seperti mengakui perbuatan dosa. Ainsley melirik ketiga lainnya yang melengos sembari mendenguskan nafas. “Benar benar bukan Michael ternyata” ucap gadis itu terang terangan dan beranjak pergi dari sana, mengikuti Petter ke dapur mini untuk memasak beberapa hal yang setidaknya bisa mengenyangkan perut mereka. “Hah?” Tak menanggapi Michael yang kebingungan, mereka kembali ke kesibukannya masing masing. Meninggalkan Michael yang masih berusaha keras mengingat ingat segala hal yang ia rasa dilupakannya. Tak akan ia ingat tentu saja, karena bukan dia yang saat itu ‘hidup’ dan membawa raganya. “Omong omong, tadi kau kenapa menarik nafas sekencang itu? Ada apa?” merasa tak ada yang menanggapinya, ia kembali pada pertanyaan pertama yang muncul di benaknya ketika kembali sadar. Evan meliriknya sebentar dan kembali menghembuskan nafas berat. “Senjata biologis yang diceritakan oleh Hans, tidak benar benar merupakan senjata yang biologis” katanya dengan menggantung. “Singkatnya, dasar dari pembuatannya dibuat dari senyawa nuklir” ujarnya sembari memijat pelipisnya kasar. Saat ini, mereka bukan hanya berhadapan dengan manusia manusia haus kekuasaan, juga dengan monster yang siap membasmi seluruh umat manusia. Tiba tiba terpikirkan olehnya, jika Hans tak mengetahui hal ini, mereka tak akan melibakan diri, atau misalkan mereka gagal saat ini, bagaimana nasib orang orang di bumi? Apakah kiamat ternyata diciptakan oleh manusia manusia itu sendiri? Hans yang juga membaca beberapa dokumen melalui ponsel Petter menunjuk sebuah tabel dimana terdapat beberapa nama yang ditandai dengan warna merah, disertai keterangan di sampingnya. “Kurasa hubungan AS dengan Jepang tidak begitu baik”. Tercatat bahwa kekaisaran Jepang sudah mengetahui bahwa US memiliki cadangan Uranium yang terlalu banyak dan keterangan bahwa Jepang menindak tegas hal tersebut. “Begitu pula dengan Korea Selatan. Kurasa negara di benua lainnya selain Jepang dan Korea Selatan tak mengetahui apapun. Pun Jepang dan Korea Selatan tak mengatahui begitu banyak” “Jadi maksudmu ini memang direncanakan oleh orang orang di benua Amerika saja?” “Menurut data disini, tidak begitu. Tapi memang lebih banyak dari petinggi benua Amerika. Kazaskhtan pun memiliki andil cukup besar sepertinya” ujar Hans ketika membaca beberapa data yang sudah ia gulir kebawah. “memangnya kenapa Kazashtan ikut campur masalah ini?” “Mereka penyumbang” jawab Evan yang tahu persis apa posisi mereka dalam project pembuatan senjata biologi berbahaya ini. “Mereka yang menyumbang bahan baku untuk membuat senyawa nuklir” jelasnya. “Tadi katamu Jepang, kan? Petter, tolong cari tahu segala hal tentang orang paling utama di Jepang, sekarang” titahnya pada Petter yang baru saja akan menyuap mie instan yang baru saja akan ia masak. Dengan merengut, bocah itu meminta ponselnya pada Hans, mengunyah mie nya sembari matanya bergulir pada data yang coba ia temukan. “Ngg?” bocah itu menggumam ketika menemukan data yang mungkin sebuah keberuntungan bagi mereka, jika mereka bisa mengusahakannya tentu saja. “Kaisar Jepang saat ini adalan tuan Yamazaki, beliau saat ini sedang melakukan rapat mengenai biota laut di Ireland” ucapnya dengan semangat. “Ireland hanya lurus saja dari titik kita saat ini melewati samudra atlantik utara” ujarnya lagi sembari menunjukkan peta dunia yang memang pasti tertera di setiap kapal pesiar yang dibuat. “Cari lebih banyak mengenai tuan Yamazaki” Dengan bibir yang digigit, Petter mencoba mencari hal ala kadarnya karena belum berminat untuk masuk ke akses utama kekaisaran Jepang jika memang rencana mereka belum matang, dan target mereka belum dapat dipastikan tuan Yamazaki. “Dilihat lihat dari berita, ia menjadi kaisar yang benar benar loyal pada rakyatnya. Laki laki berusia delapan puluh sembilan tahun yang masih perkasa jika mengingat umurnya yang sudah renta. Tiga puluh tahun kekuasaan yang disebut zaman pencapaian perdamaian dimanapun. Namun banyak yang sedikit mengkritik mengenai beberapa peraturannya yang tercampur hal konyol karena tuan Yamazaki adalah penganut takhayul yang kuat” Hening selama beberapa menit, tak ada yang mengeluarkan suara karena memang bingung apa yang harus dilakukan dengan sebagian informasi itu. Namun-       “Ayo kita membuat kapal hantu”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD