Chapter 10 - Prison Break

1106 Words
“Bagaimana, Petter?” yang ditanya malah sibuk mengerutkan dahi sembari menggapai beberapa titik yang ia tuju. Gempa dasyat beberapa menit yang lalu, yang biasanya hanya dilirik malas oleh para petugas, berbuah ekspresi kepanikan ketika alarm yang tidak mereka kenal berbunyi. Ditambah lagi pergerakan gusar dan mulut yang menggerutu tidak sengaja terasa oleh Ainsley yang masih terpaku di tempatnya. “Kurasa kita berada di kawasan pegunungan yang masih aktif” celetuknya, dibalas suara tak jelas miliki satu satunya pria dewasa disana yang berarti tak mengerti dengan perkataan gadis tersebut. “Penjara ini ada dikawasan pegunungan. Kurasa mereka tadi panik karena gunung yang dimaksud sedang menunjukan gejala erupsi” “Kau mendengar? Bagaimana bisa? Posisi sel ku yang letaknya lebih dekat saja tidak mendengar apa yang menjadi gumaman para sipir” “Kau tuli” “Jalang b******k” “Akkk berhasil” pekikak nyaring dari Petter menghentikan gerak mulut Ainsley saat akan membalas ucapan Michael. Petter terlihat mengibas tangannya yang kaku kemudian mengeluh menyesal karena tak suka olahraga, menyebabkan dirinya kurang fleksibel disaat genting seperti ini. “Selesai. Kita hanya tinggal menunggu paman misterius itu datang membawakan ponselku, lalu aku akan membebaskan kita semua” gumamnya dengan yakin. Tangannya terkepal dengan lucu, juga pandangannya yang berapi api dengan pipi yang tembam. Sebuah keanehan bagaimana bocah itu tidak kurus dengan segala stress yang melingkupi ruangan ini. “Ya, jika pria aneh itu benar benar datang” “Tapikan dia sudah berjanjiii” rengek Petter yang merasa semangatnya dipadamkan. “Dan aku adalah pria yang menepati janji” suara berat yang hanya pernah sekali mereka dengar kini muncul. Bersamaan dengan cicitan bahagia Petter dan dengusan malas dari dua orang lainnya. “Bagaimana bisa kalian berbincang tentang cara menyelamatkan diri dengan keras, seakaan tak takut para sipir datang dan mendengar?” Hans menyodorkan ponsel dan disk yang dibawanya ke tangan satu satunya anak kecil disana, yang berlanjut sibuknya bocah itu dengan gadgetnya, sementara dirinya sibuk mengatur nafas dengan peluh yang membasahi dahi. “Kemana, Evan?” tanyanya saat tidak menemukan sosok jangkung disemua sel yang ada disana. “Dibawa keluar saat proses penyerahan chip yang kau tanamkan kepada Petter” “Maksudmu?” Michael memutar bola matanya malas. “Ilmuan gila itu sibuk bertarung dengan sipir demi bisa keluar dari selnya, dan menyerahkannya pada Petter. Karena selnya yang baru ada di sel paling dalam sana. Mereka curiga padanya setelah kau membawanya pergi beberapa hari yang lalu” Yang paling tua disana mengangguk mengerti. Dirinya berbisik kepada Petter untuk lebih dulu mencari data pembebasan Ainsley dari ruang kerja operator setelah berhasil meretas sistem di sel mereka. Paham dengan tugasnya, maka dia dengan sigap membuka satu persatu sel hanya bermodalkan ponsel yang kini telah diubah pengaturannya. Michael yang baru saja berhasil keluar dari selnya mengerutkan dahi- “kenapa semua orang berkata mengenai pembebasan si jalang itu. Apakah d-“ lalu ucapannya terhenti sejalan dengan langkah kakinya yang membeku di depan sel Ainsley. Di dalam sel milik gadis itu, hanya terdapat sebuah ruangan kosong dengan satu kursi dan seperangkat alat aneh yang dirinya tidak mengerti. Bulir matanya berubah seketika, dirinya mengerti kenapa para sipir selalu lama saat ia pikir mereka menyerahkan perlengkapan mandi dan berganti pakaian, juga makan di sel Ainsley. Karena gadis itu terpasung diatas kursi, yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa tahun ini. Tarikan nafas kaget milik Petter terdengar oleh Ainsley, membuatnya sadar mengenai keadaan dirinya yang sudah diketahui oleh dua pria yang lainnya. “jangan memandangiku dengan kasihan. Lebih baik kau cari cara untuk mengeluarkanku dari sini” tukasnya kepada Petter. Bocah itu mengangguk dalam diam, kembali sibuk dengan seperangkat gawai miliknya. Sedangkan Michael dirasuki banyak perasaan bersalah karena telah berkali kali menghinanya tanpa tahu bahwa mungkin saja gadis itu sudah lebih cukup dari terhina dengan kondisinya yang dipaksa duduk selama bertahun tahun seperti ini. Punggung yang sakit. Mata yang tertutup besi, belum lagi dirinya tidak yakin bahwa sipir b******n itu adalah tipe yang hanya melakukan tugasnya untuk ‘membersihkan’ badan Ainsley. Ia rasa para anjing sialan itupun sedikit bermain dengan tubuhnya karena terkadang ia mendengar gadis itu bergumam marah. Suatu kewajaran pula jika dirinya mampu mendengar hal yang tidak mereka dengar. Tidak dapat melihat selama bertahun tahun bisa menjadi alasan mengenai pendengarannya yang semakin menajam. Beberapa besi yang terkait dengan kursi satu persatu mulai terbuka secara otomatis. Hans yang melihat penahan mata Ainsley sudah lebih longgar, dengan hati hati membukanya. Disambut ringisan karena bilas cahaya lampu yang tidak pernah dilihatnya bertahun tahun, sangat menyakitkan mata. Pria jangkung itu mengeluarkan kaca mata yang sangat hitam dari balik jaketnya, memberikannya pada Ainsley setidaknya untuk sedikit membiasakan retina indah itu bekerja kembali sebagaimana mestinya. “Ada sistem otomatis yang tidak bisa kutembus mengenai kursi ini” Petter melaporkan dengan raut wajah kecewa. Ternyata kemampuannya memang belum cukup jika bersanding dengan sistem yang luar biasa seperti ini. “Aku sepertinya bisa mengusahakannya, tapi butuh waktu yang lebih lama” Hans melirik sediki kearah arloji tua yang sudah digunakannya selama bertahun tahun itu. “Tidak ada waktu. Kita sejujurnya hanya memiliki waktu lima belas menit sampai mereka sadar bahwa guncangan dan asap yang keluar dari gunung adalah hasil perbuatanku” “Kita benar benar berada di dekat gunung?” tanya Michael dengan terkejut. Kemampuan pendengaran Ainsley benar benar menjadi luar biasa. “Bagaimana caranya kau bisa membuat gempa??” Pekik Petter. “Aku yang terlalu bodoh atau dirimu yang terlalu gila” “Lebih tepatnya penjara ini dibangun di bawah gunung berapi yang sudah tidak aktif” yang dibalas bujuran kaku ketiga tubuh dihadapannya. Lagi, Hans kembali melirik arlojinya dengan tatapan gusar, yang dihadiahi tatapan sedih dari Petter karena ia merasa bahwa dia tidak membantu terlalu banyak. Hans mengeluarkan senapan dari dalam tasnya, memberikan mereka bertiga masing masing satu, dengan tambahan sebilah pisau lipat besar kepada Ainsley. “Petter, dengarkan aku” “Aku akan mengulur waktu dan membebaskan Evan terlebih dahulu agar kau bisa fokus membebaskan Ainsley. Jadi gunakan fokusmu baik baik dan bantu kita semua, mengerti?” yang diberi tanggung jawab hanya mengangguk dengan pelan. “Michael, Ainsley saat ini tidak akan bisa berjalan karena sistem kakinya rusak akibat duduk terlalu lama. Kurasa kau harus menggendongnya dahulu untuk saat ini” “Kenapa harus aku??” protesnya “Jika Petter kuat pun aku tidak akan meminta bantuanmu” dengusnya. “Ainsley, kacamatamu dibuat sengaja saat ini diseting minim cahaya agar terbiasa dahulu. Jika dipaksakan langsung, aku khawatir kau akan buta permanen. Kacamata itu memiliki fitur pendeteksi panas. Aku akan beri kalian bertiga alat komunikasi, jika kukatakan untuk segera pergi dari sana, maka pergi. Gunakan kacamata itu untuk memberi tahu Michael dan Petter dari mana arah peluru jika terjadi tembakan. Ak-“
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD