Chapter 13 - Welcome to my Holywood

1984 Words
Mereka berpegangan tangan, menyusuri gelapnya ruangan yang mereka pijaki, ditambah dengan bau aneh dan hawa yang amat sangat panas menerpa indra peraba mereka. Setelah diselidiki, sebuah tangki uap yang letak keberadaannya terhubung hingga lebih jauh dari tempat dimana Hans dan Evan keluar beberapa hari yang lalu. Mereka dengan sigap menyelipkan diri masing masing melalui celah kipas raksasa yang kini ada dihadapan mereka. Panas, memang. Tempat ini didesign khusus dengan kipas angin raksasa, selain untuk mengeluarkan hawa dan uap panas, juga untuk meminimalisir terjadinya ledakan karena overheat. Michael semakin terengah dengan kondisinya yang menggendong anak manusia dengan bobot hampir lima puluh kilogram, ditambah dengan keadaan yang amat sangat panas. Tangannya terjulur untuk meraba, kemudian mengumpat dan mengibas kibaskan tangannya saat indra perabanya itu menggenggam sesuatu yang amat panas. “Ini tangganya” gumam Petter yang ternyata ada cukup jauh dari mereka. Kondisinya yang lemah dengan segala hal berbau fisik membuat bocah yang satu itu berjalan cukup lambat dengan sisa energi yang dia punya. “Ini tangga yang berujung pipa besar diluaran sana” ia mengatur ponselnya untuk mengeluarkan senter. Terlihat ratusan anak tangga terbuat dari besi berdiri kokoh secara horizontal. “kita harus lapisi tangan dan kaki kita dengan sesuatu jika tak ingin kulit kita hancur meleleh” ucapnya lagi. Michael melirik kesegala arah. Taka da satupun benda yang dapat membatu mereka sedikitpun mengenai keluar dari sini. Dirinya mengerang frustasi. Tidak mungkin dia bisa sampai keatas dengan tangga besi panas dan bobot dipunggungnya. “bagaimana jika menghidupkan kembali listrik?” “Lalu membuat semua usaha kita untuk mencapai titik ini sia sia karena kembali terkepung” celetuk Ainsley yang dibalas lonjakan dibadannya oleh Michael “Aku tak bisa menggendongmu dengan keadaan besi sepanas itu, i***t” “Dasar lemah” “Bisa bisanya kau menghina malaikat penyelamatmu” “Malaikat your ass” Hans melirik mereka jengah. Sepertinya kedua insan itu memang sudah sejak lama selalu beradu mulut. Bukan hanya khayalan belaka yang dilihatnya selama beberapa hari kebelakang. “bisa saja kita menghidupkan kembali listrik, toh sepertinya memanjat tak memakan waktu selama mereka menemukan keberadaan kita dari melacak perangkat Petter. Karena taka da kamera pengawas yang dipasang disini” tukasnya memberhentikan adu argument sepasang adam hawa tak jauh darinya itu. “tapi kita akan kembali kearah kipas karena terseret angin, lalu berakhir menyedihkan dengan tubuh yang terkoyak kipas raksasa” lanjutnya lagi. “Haruskah kita keluar dari sini dan pergi menuju labirin?” Hans kembali membuka mulutnya saat tak ada suara yang terdengar. “Apa rencanamu setelah kita berhasil keluar dari tempat sialan ini?” Ainsley bertanya, yang kemudian disesalinya saat mendengar jawaban tak bermutu dari pria dewasa di hadapannya itu. “Membawa kalian keluar. Aku menyembunyikan mobil dan beberapa perlengkapan untuk bertahan hidup minimal sampai mereka tak menemukan kita untuk beberapa hari” jawabnya dengan polos. “Kau ini bodoh atau t***l” yang tentu saja dibalas amukan marah dari satu satunya wanita disana. “kau pikir mereka tidak akan menyusuri area dan akan membiarkan begitu saja ada mobil asing terparkir nyaman di area mereka?” “Kau benar benar harus menghilangkan sifat impulsifmu itu, paman” jawab Petter. “kukira rencanamu mengeluarkan kita sudah sebulat tekadmu” “Bisa kau ubah pengaturan kipas itu, Petter” tanya Evan setelah terdiam cukup lama. “Setelah kembali menghidupankan listrik, berapa waktu yang kau miliki untuk bisa masuk meretas pengaturan dari kipas itu?” “Tak lama. Aku masih ada dalam ruang kerja operatornya. Kurasa tetap mudah bila mengubah pengaturan benda elektronik meskipun ponselku masih dalam kekangan parasit mereka” Belum sempat fisikawan muda itu kembali bicara, tumpahan air bah bak tsunami muncul dari atas dengan volume yang benar benar banyak. Lorong menjadi terang dan mendingin dengan cepat. Mereka semua terbatuk, berusaha mengeluarkan semuan air yang masuk dengan tiba tiba ke hidung dan tenggorokan mereka. Petter memekik dengan keras. Sibuk dengan urusannya masing masing, membuat keempat manusia dewasa disana tak menyadari jika Petter kini telah terseret arus yang cukup kencang. Paparan angin dari arah atas semakin mengencang, menyadarkan Evan bahwa kipas raksasa dibelakang mereka telah aktif kembali seiring dengan listrik yang telah berhasil dinyalakan. Kepalanya menjulur, tangannya sibuk menggapai Petter yang berusaha menyelamatkan ponselnya dengan cara mengangkat tangannya tinggi tinggi. Volume air semakin meningkat, mereka semua bahkan sebentar lagi akan mengapung dengan sisa ruang diatas yang telah menipis. Michael lebih dahulu menyeret tubuhnya sendiri saat merasa bahwa kakinya masih menapaki lantai. Akan sangat sulit jika dirinya harus berenang dengan menggendong Ainsley yang tak bisa berbuat apapun. “Ubah pengaturan kipas sialan itu agar bergerak sebaliknya” Evan yang telah berhasil menggapai Petter kini menggendongnya agar bocah yang satu itu posisinya lebih tinggi dibanding ketinggian air disana. Dengan sedikit terbatuk, dirinya mengusap tangannya yang basah ke kepala Evan dengan maksud untuk mengeringkan tangannya agar mudah mengoperasikan system. Hans memposisikan diri dipaling belakang. Mendorong kedua pria berbeda umur cukup jauh itu agar mereka dengan mudah menggapai Michael dan Ainsley yang kini semakin mendekati tangga. Arus air yang tadinya menyeret mereka menuju kipas, kini bergerak sebaliknya. Mereka berlima tergiring dengan cepat kembali menuju tangga. Michael yang tengah menyentuh bagian bawah tangga dan berusaha memanjat terlonjak kaget saat mendapati segumpal benda yang baru saja menyentuh pergelangan tangannya. Pandangannya mengedar, pria itu baru menyadari bahwa air yang tengah merendam mereka berubah menjadi genangan yang bercampur dengan darah saat mendapati banyaknya potongan tubuh yang menggenang disekitar mereka. Petter berhasil mengubah haluan kipas hingga hisapan anginnya berbalik arah dan menyeret kumpulan orang disisi lain untuk terkoyak di baling yang tajam. Belum sempat mengumpulkan kembali fokusnya, pria yang dahulu berada dibawah asuhan panti itu hampir tewas karena selongsong timah menyerempet pelipisnya. Satu satunya wanita disana dengan sigap memposisikan dirinya dengan telinga yang awas. Hans yang baru saja akan maju untuk memposisikan diri tepat dibelakang Ainsley dan Michael harus menelan kepahitan saat kedua insan itu terjatuh dan menimpah tubuhnya hingga mereka bertiga kembali tenggelam. Usai dengan masalah arus dan kipas mematikan diujung sana, membuat mereka beberap detik lupa akan volume air yang terus merembes memenuhi pipa raksasa yang kini akan menenggelamkan mereka. Hans meringsek maju. Lebih dulu memanjat menyisakan keempat cucu adam yang mendekatkan kepala mereka dengan atap pipa agar tetap bisa bernafas. Hans meminta mereka bertahan sebentar saat ia berkali kali tertanam peluru akibat runtutan tembakan yang terjadi dari atas sana. Pria dewasa itu menggelantung di salah satu sisi tangga dengan hanya menggunakan sebelah tangan. Tangan kanannya kini sibuk menodongkan FN FAL- salah satu senjata api yang dicurinya dari salah satu mayat sipir yang tergeletak di berbagai lorong. Desisannya terdengar. Ia mengeratkan pegangannya saat dirinya kembali bisa mencapai besi tangga setelah sempat terjatuh akibat dorongan dari tembakan yang dirinya buat. Puluhan peluru terbuang, setidaknya memberikan dirinya waktu untuk memanjat denganc cepat saat entah berapa banyak orang diatas menyingkir saat terjadinya penembakan brutal. Tatapannya bergerak kebawah, keempat rekannya itu hanya memiliki waktu beberapa detik lagi sebelum air benar benar memadati pipa raksasa itu. Hans mempercepat langkahnya, langit sudah mulai terlihat juga peluru yang semakin banyak menyangsang ditubuhnya, maka itulah waktu yang tepat untuk berteriak memberikan intruksi pada keempat rekannya agar naik saat dia melemparkan granat pada kumpulan orang diatas. Runtuhan tentu saja terjadi. Hans yang kini sudah berada diatas sigap menarik tangan Michael untuk keluar bersamaan dengan Ainsley. Gadis yang sedikit terbatuk akibat tersedak air dan reruntuk tanah itu dengan cepat menodongkan AK-47nya kearah sosok merah yang terlihat dari kacamatanya. Evan menyeret bocah gembul yang kini sudah tak sadarkan diri. Menekan dadanya beberapa kali berharap buncahan air akan keluar dari mulutnya dan menyadarkan si jenius itu kembali. Tak banyak hal yang terjadi, Evan lebih dahulu memilih menggendongnya mengikuti jejak kaki Hans. Ketiga orang itu bersembunyi dibalik mobil box besar yang menjadi tameng sementara Hans dan Ainsley menembaki pria pria berseragam yang tak jauhh dari sana. Jangan terlalu banyak berharap pada Michael, karena dirinya masih sanggup menggendong Ainsley pun sudah bagus. Berbaga macam longsongan peluru terlihat memenuhi lengan dan bahunya. Jangan lupakan darah yang mengucur dengan cepat memperparah wajahnya yang sudah pucat. Evan yang tak sengaja menghantam salah satu sisi box besi dengan sikunya itu terlonjak kaget saat ternyata box tersebut bisa terbuka di sisi dimana mereka bersembunyi. Dirinya mengangkat tubuh lemas Petter kedalam mobil untuk melakukan resusitasi jantung paru dengan seadanya. Ia menekan telapak tangannya pada d**a Petter dengan posisi kedua tangan tumpang tindih. Menekannya beberapa kali selama beberapa detik, kemudian melepaskannya untuk memberikan nafas buatan. Entah apakah yang dilakukannya ini sesuai prosedur atau tidak, yang pasti ia hanya melakukan sebisanya untuk menyadarkan kembali bocah berisik itu. Petter terbatuk. Memuntahkan cukup banyak air hingga beberapa cairan sisa makanan yang mungkin saja ikut terdorong saat ia merasa mual. Pandangannya berkunang kunang. Ia mengabaikan berbagai macam pertanyaan Evan saat padangan buramnya menemukan berbagai macam senjata yang ternyata berserakan didekat kakinya. Panik dengan keadaan Petter ternyata membuat Evan tak menyadari mengenai identitas asli mobil box ini yang ternyata mobil pengangkut persediaan para petugas jika dilihat dari isi yang ada didalamnya. Evan merunduk. Merangkak menuju kemudi mobil, dan sibuk didekat pedal dengan memutus sambungan menggunakan pisau yang diberikan Hans, lalu menyatukan kembali beberapa serabut yang tiba tiba saja membuat focus semua orang beralih menuju dirinya karena mobil tersebut dalam keadaan menyala. Hans kembali mengeluarkan ratusan peluru dari FN FAL di tangannya. Bergerak menuju kursi disamping pengemudi setelah memastikan Michael dan Ainsley ada didalam box raksasa yang tersambung dengan mobil yang kini dikendarai oleh Evan. Mereka melaju dengan sangat cepat. Michael yang kesusahan menutup bagian samping box yang terbuka, lebih memilih menjulurkan tangannya yang penuh darah untuk melontarkan beberapa peluru. Petter yang melihat Michael sekarat dan tengah memaksakan dirinya memilih untuk menyeret pria itu duduk dengan benar dan menutup pintu samping box dengan susah payah. Adegan kejar kejaran tentu saja terjadi. Evan dengan kesetanan memacu jalannya mobil dengan sangat cepat. Tak peduli kemana arah tujuan mereka, yang pasti dirinya harus membawa mobil ini menuju tempat yang jauh dan tidak terjangkau walau hanya dalam beberapa jam. Tentu saja anjing anjing sialan itu tak akan duduk diam. Mereka dipastikan akan memperluas pencariannya jika tak menemukan mereka diarea penjagaan yang entah dimana ujungnya. “LAKUKAN SESUATU ATAU KITA AKAN MATI TERTANGKAP” Ainsley berteriak emosi saat mendapati bahwa b******n sialan itu kini beralih menembaki ban mobil mereka agar memperlambat laju kendaraan. Gadis di penghujung dua puluh tahunnya itu nekat melepas kacamatnya dan memejamkan mata sebentar. Ia terlihat mengerenyitkan dahi saat matanya dirasa sangat panas ketika bertemu langsung dengan cahaya matahari yang sudah tak mereka lihat selama bertahun tahun. Ia menyesuaikan diri dengan pandangannya, kemudian mmebuka sepetak atap mobil dan berdiri menghadap kebelakang. Gadis itu menempatkan diri persis dihadapan puluhan mobil yang tengah mengejarnya dengan HK416- sebuah senjata api yang ia temukan didalam mobil box, dengan kemampuannya mengeluarkan Sembilan ratus butir peluru tiap menit setelah dirasa ia menyangganya dengan baik. Ainsley dengan memabi buta menembakkan peluru tersebut ke berbagai arah. Tak peduli jika belasan orang yang mengejarnya kini akan tewas dengan belasan peluru yang hinggap secara acak dibadannya. Sebelah tangannya lagi digunakan untuk menggerakkan pisau lipat untuk menangkis peluru yang bergerak menuju dirinya. Sesekali digunakan untuk menahan badannya yang terlonjak karena jalanan yang tidak mulus ditambah lonjakan mundur akibat dari tembakan yang ia buat. Hans yang ada di samping kursi pengemudi terus menembakkan sisa sisa pelurunya dengan cermat. Jika Ainsley menembak secara asal yang penting b******n itu mati, Hans lebih memilih menggunakan senjata makan tuan dengan cara ikut menembaki ban mobil dibelakangnya setelah ia membuka pintu mobil, dan bergelantung dengan keadaan pintu yang terbuka dan sebelah tangan menahan dirinya agar tidak terjatuh. Melihat keadaan semakin terdesak, pupil mata Michael berubah. Dirinya ikut memanjat memposisikan diri disamping Ainsley, lalu- “WELLCOME TO MY HOLLYWOOD”. Bak psikopat gila, dirinya tertawa sekencang kencangnya dengan keadaan yang terbaluri darah di berbagai sisi, lalu melemparkan tiga buah granat tangan secara berturut turut- yang safety pinnya telah ia buka susah payah dengan keadaan tangan terluka- lalu menimbulkan ledakan besar karena granat tersebut menepi dengan baik didalam mobil. Membuat mereka semua meluncur dengan lancar meninggalkan bongkahan api besar dibelakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD