Chapter 7 - Bocah Jenius Dengan Game di Telapak Tangannya

1773 Words
Retinanya bergerak perlahan, tangannya menutupi telinganya dengan gelisah dibalik selimut tebalnya yang sangat nyaman. Bocah sekolah dasar berusia tiga belas tahun itu hanya ingin menikmati liburan musim panasnya dengan damai. Ditemani perangkat game yang terinstall dengan baik di kamarnya, dilengkapi berbagai macam snack dan cookies yang biasa dibuatkan nenek tercintanya apabila sedang berkunjung kerumah anak semata wayangnya itu.   Ia saat itu hanya ingin melanjutkan tidurnya beberapa jam lagi, karena liburan sudah dimulai, ia tidak harus pusing untuk bersiap siap mengenakan baju lalu bersekolah. Namun, suara merpati diluaran sana mengganggu tidurnya.   Ugh.   Ia memang sangat takut dengan apapun itu yang bisa mengejutkannya. Burung merupakan salah satu opsi karena terkadang mereka terbang kearahnya dengan sangat tiba tiba. Jangan lupakan makhluk astral jahat yang sering disebut hantu. Sepertinya, omelan mamanya yang berjam jam mengenai waktu belajarnya lebih baik ketimbang bocah itu bertemu dengan hantu. Hiiii… Ia bahkan bergidik ketakutan hanya karena membayangkannya.   “Petterr….”   Suara mamanya kembali terdengar. Peter dengan sangat yakin, bahkan bisa bertaruh saking yakinnya jika saat ini ibunya pasti tengah berkacak pinggang karena dirinya yang tak kunjung bangun, ditambah papanya yang kini bertanya segala hal keperluan miliknya karena beliau orang pintar namun cukup teledor.   “PETTER BANGUN ATAU JATAH SARAPANMU AKAN KUBERIKAN PADA MINO”   Bocah itu bergegas bangun. Ah ya, selain hal hal menakutkan dan mengejutkan, bocah bernama Petter Chevalier itu sangat takut makannya diambil. Kebiasaan buruknya mengenai makan dalam porsi yang banyak, membuat pipinya menggembung lucu tentu tidak bisa dihilangkan dengan mudah. Ditambah lagi nenek dan kakeknya dengan mudah memanjakannya dengan snack snack yang enak.   Huh, jika ia tidak sayang orang tuanya. Sudah dipastikan dirinya akan pindah ke kediaman nenek dan kakeknya.   Petter menuruni tangga dengan muka bantal. Lengkap dengan sarang burung yang terbentuk di rambutnya karena posisi tidurnya amat sangat berantakan. Ia menjatuhkan diri disamping sang papa yang sedang bermain catur. Hal yang tadi diributkan karena beliau tidak bisa menemukan dimana papan catur itu, padahal sudah dengan jelas bahwa dirinya sendiri yang menyimpannya dibawah kasur.   Ingatkan wanita paruh baya yang sedang ada di dapur itu untuk membeli obat sakit kepala. Memiliki suami ceroboh juga kloningannya-anaknya sendiri- pasti cukup membuat dirinya pusing tujuh keliling.   “Papaaaaaaa” rengeknya dengan manja. Tak lupa mengesekkan wajahnya kearah d**a sang kepala keluarga. “Tadi ada suara merpati lagi, aku takut” cicitnya.   “Kau ini sudah besar, masa sama yang begitu takut”   “Anak lelaki tidak boleh cengeng”   Petter tak menjawab lagi. Dirinya hanya tersenyum ala kadarnya, kemudian beranjak menuju meja makan. Mengambil segelas s**u putih yang sudah disediakan ibunya, lalu meneguknya dengan lemas.   Inilah yang terkadang membuat bocah itu semakin ingin pindah ke kediaman nenek dan kakeknya. Kedua orang tuanya terlalu memaksakan dirinya sesuai dengan kehendak yang mereka mau. Dengan dalih bahwa ia anak satu satunya. Ia pria. Ia yang harus bisa meneruskan kejayaan kedua orang tuanya.   Petter meminta maaf- meski hanya di lubuk hatinya yang paling dalam, tak bisa ia ungkapkan. Ia meminta maaf karena dengan melahirkannya, ibunya mengalami banyak insiden yang bocah itu sama sekali tak mengerti. Yang jelas ia tahu bahwa, rahim ibunya diangkat, dan mereka tak akan bisa memiliki anak lagi. Petter satu satunya. Itulah yang membuat mereka berusaha melakukan yang terbaik untuk anak mereka. Tanpa peduli bahwa apakah yang terbaik menurut mereka, bisa menjadi yang terbaik untuk anaknya.   Bola matanya beralih ke benda persegi panjang pipih yang sedang menujukan sebuah interview pada pria paruh baya. Apa yang diucapkannya cukup membuat bocah itu mengerenyitkan dahi kurang nyaman.   “Jika aku mau, aku bahkan bisa meretas semua sistem yang ada di negara ini” katanya dengan congkak. “atau kalian ingin menyuruhku melakukan apa? Bahkan apabila planet lain memiliki kehidupan dan dunia teknologi yang sama dengan kita, aku mungkin bisa meretasnya. Walau dengan usaha yang cukup berat, aku yakin bisa melakukannya” lanjutnya yang membuat penonton yang ada di ruangan siaran berbisik bisik bersamaan.   Petter tersenyum geli.   Walaupun ia masih muda, ia cukup tahu diri dan sadar bahwa dunia IT itu tidak bertuan. Tidak mudah berkata bahwa seseorang bisa menguasai dunia IT dengan mudahnya, apabila seorang diri.   Ini membuat bocah itu melunakan tatapan matanya, dengan berbagai macam pikiran tak tertebak mengalir di otak jeniusnya.       ---Aldeolos---         Bahu dan kepalanya bergerak pelan mengikuti alunan nada dari lagu yang di pasang melalui pengeras suara di kamarnya. Jemarinya menari dengan lincah diatas keyboard yang layarnya memunculkan deretan angka dan huruf acak yang tidak dimengerti oleh orang awam.   Petter menjulurkan tangannya. Mencoba meraih kaleng soda berwarna merah yang ada di dalam kulkas mini miliknya. Tak lupa sedotan stainless dengan bentuk yang lucu ikut menyertai. Namun, berbeda dari biasanya, dimana ia biasanya akan tersenyum senang saat diam diam berhasil minum soda, kali ini bibirnya membentuk garis lurus. Binar di matanya menggelap, bocah itu mulai merasakan kesal.   Mungkin karena dia seorang yang cukup mengerti, makanya dirinya susah untuk memasuki, pikir Petter. Bocah itu bukannya pertama kali bermain dengan sesuatu yang bisa dibilang abu. Kelakuan dan kemampuannya terkadang memang merugikan orang lain, tapi disisi lain itu menguntungkan bagi orang yang membutuhkannya.   Ia pernah meretas sebuah bank hingga mematikan sistemnya dengan total di semua cabangnya. Dengan hasil penangkapan sekelompok orang yang melakukan penipuan dengan kartu kredit palsu yang ia lihat dari berita. Memang kelakuannya membuat bank tersebut kewalahan dalam beberapa hari, namun apabila ia berhasil menangkap orang jahat, bukankah Petter termasuk pahlawan yang menjadi tombak penangkapannya?   Ia hanya… bosan. Bocah tiga belas tahun yang bosan disertai otak yang jenius dan kemampuannya dalam meretas, dan kini ia akan menunjukkannya lagi. Sasarannya kini pada pria congkak yang ada di berita tadi pagi. Namun sepertinya ini cukup sulit.   Bocah itu gagal masuk ke ruang kerja operator di kantor pria itu. Rentetan percobaan sudah dilakukannya, namun mereka tetap tidak terpedaya. Memang sulit, namun Petter malah semakin bersemangat untuk mengalahkannya.   Akhirnya ia berganti target. Petter melihat semua interview yang dijalani pria itu. Baik itu membahas tentang pekerjaannya maupun tentang kehidupannya. Tak lupa ia mencari dari beberapa situs yang sekiranya membahas tentang pria itu.   Tak banyak yang ditemukan. Hanya hal sepele seperti ia memiliki keluarga bahagia dengan anak yang masih berumur tujuh tahun, atau hal lain sesepele makanan kesukannya dan sebagainya. Namun jangan sebut ia bocah jenius jika tak dapat melihat peluang dari hal sepele macam tadi.   Petter membuka laman sosial media. Dimana ia menemukan akun bercentang biru milik pria itu, dengan sedikit bergulir kebawah, ia menemukan akun istrinya. Petter masih mengendikkan bahu, kini lagu yang ia pasang berganti dengan genre yang nada musiknya lebih pelan, entah kenapa membuatnya merasa lebih bisa berpikir dengan tenang.   Seperti para ibu kebanyakan, perempuan paruh baya yang masih saja cantik itu banyak memposting foto foto anaknya. Disetiap kondisi, disetiap situasi, disetiap kesempatan, beliau mengambil gambar anaknya lalu di posting, dengan maksud berbagi kebahagiaan dan kenang kenangan.   Tanpa tahu terkadang hal yang berlebihan seperti itu bisa berakibat fatal jika dimainkan oleh orang yang mengerti tentang peluang.   Dari postingan ibunya disaat anaknya yang masih kecil itu bermain game online, Petter dapat dengan jelas melihat id penggunanya. Dengan sigap ia membuka permainan tersebut, lalu bergabung dengan bocah tadi. Tanpa tahu bahwa Petter tengah mengirimkan sejumlah icon yang apabila di klik, link tersebut akan masuk ke dalam perangkat petter, memudahkannya untuk meretas personal computer milik bocah yang menjadi targetnya.   Kini Petter berhasil masuk. Dari video postingan yang di upload wanita anggun itu, dengan jelas bahwa anaknya kini tengah bermain game di komputer. Tentu saja komputer harus disambungkan pada listrik agar hidup. Petter menggunakan kesempatan itu dengan cepat, tangannya bergerak dengan lincah, yang berakhir dengan kematian listrik di rumah targetnya.   Bagaimana Petter tahu? Tentu saja postingan dari wanita paruh baya tadi. Bocah itu bersyukur ada dimasa dimana kini orang orang selalu mengekspos dirinya sendiri dengan suka rela.   Petter dengan cepat mengubah id gamenya, lalu mencari lagi user id milik bocah tadi. Ia bergumam dengan cepat, sedikit berdoa pada tuhan untuk kejahatannya, semoga bocah itu merengek ingin tetap bermain game sebelum pihak pembangkit listrik menyadari keanehan pada salah satu sistemnya.   Tak berselang lama, akhirnya Petter kembali menemukannya. Mengirim ulang icon yang tadi ia kirim, dan berakhir ia berhasil mengakses ponsel entah milik siapa itu. Yang pasti, petter berhasil masuk ke personal space milik keluarga tersebut.   Ia tanpa diketahui mengirim sebuah virus, kemudian meretas ponselnya hingga dirinya bahkan bisa mengetahui apa saja percakapan mereka semua selama ponsel tersebut ada di sekitarnya. Kontak siapa saja yang ada di dalamnya hingga pesan dan telepon dari siapa saja yang masuk.   Lalu akhirnya diketahui bahwa ponsel tersebut milik sang istri.   Petter memasang headset miliknya, kemudian mendengarkan apa saja percakapan yang bisa ia dengar. Setidaknya ini cukup untuk saat ini, ia akan melanjutkannya lagi esok hari.     ---Aldeolos---       “Sayang, bisa kirim file yang dikirim pak John padamu?”   “Kirim kemana?”   “Salin saja datanya ke ponselku”   Petter yang belakangan ini dimarahi mamanya- tentu saja karena sudah seminggu kebelakang sibuk memakai headset- tersentak kaget kemudian berlarian ke kamarnya. Menghiraukan panggilan orang tuanya untuk melanjutkan makan malam dengan dalih bahwa dirinya lupa jika ada quiz musim panas dengan soal yang banyak.   Bocah lelaki itu dengan sigap menghidupkan perangkatnya. Memasukan sejumlah algoritma tak terlihat yang kemudian ikut terpindahkan bersama sejumlah data yang tadi diperbincangkan oleh sepasang suami istri itu.   Petter berhasil masuk kedalam ponsel pria congkak yang menjadi targetnya selama seminggu kebelakang ini. Matanya berpendar dengan sigap, mencoba mencari informasi apapun yang berguna dari ponsel pria itu.   Tidak. Jika kalian pikir Petter akan mempublikasikan penemuannya, jawabannya adalah tidak. Dirinya hanya akan menunjukan pada pria itu saja bahwa bocah seumuran dirinya bahkan mampu untuk meretas ponsel milik orang yang dengan congkak berkata bahwa ia bisa meretas negaranya sendiri.   Namun, detik demi detik berlalu, bocah itu malah tergagap kaku dengan apa yang dibacanya dari pesan milik pria itu dengan rekan kerjanya. Dengan nafas yang terburu, tangan yang gemetar, ia mencari detail detail yang akan membantu mengcross check fakta yang baru saja ditemukan.   Tanpa dirinya sadari bahwa, seseorang memantaunya dari jauh.                           “Pada hari ini, tepatnya pukul sembilan pagi hari, kediaman professor Chevalier di datangi sejumlah polisi untuk penangkapan anak semata wayangnya, Petter Chevalier. Petter diduga membocorkan rahasia dunia yang selama ini di tutup tutupi, yaitu perihal kematian Presiden John F Kennedy. Laki laki muda itu terpergok secara tidak terduga oleh salah satu anonym yang menyatakan bahwa dirinya memantau Petter dari gelapnya darkweb. Orang yang tidak diketahui identitasnya tersebut memberikan bukti bukti dimana Petter meretas ponsel milik keluarga targetnya, hingga ke perangkat bermain anaknya. Usut punya usut, bukti yang dikumpulkan CIA sudah cukup untuk menyeret Petter dengan pasal tentang kejahatan terhadap keamanan informasi warga negara. Juga akhirnya terkuak bahwa pelaku merupakan oknum yang beberapa kali melakukan peretasan besar besaran seperti yang dilakukannya pada Manhattan Bank beberapa saat yang lalu. Berita tadi menutup….”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD