Chapter 41 - London

1041 Words
Jika kau bertanya mengenai perasaan kelima buronan paling terkenal yang katanya terkejam, jawabannya adalah gugup. Gugup dan menaruh banyak rasa curiga, tentu saja. Bukannya tak bersyukur mengenai jalan mereka yang dirasanya tak sesulit itu, namun reaksi tuan Yamazaki selaku orang nomor satu di Jepang itu memang sedikit diluar ekspetasi mereka. Dalam kategori bagus. Beliau beberapa saat yang lalu memang meminjam laptop Petter untuk meeting bersama banyak kolega dan petinggi tentara nasional mengenai isu yang kini sudah tersebar di Jepang. Juga meminta tuan Nakamoto untuk meredakan kericuhan akan dirinya yang ‘menghilang’ saat kunjungan di akuarium terbesar pulau Ireland, menyuruhnya berkata bahwa mereka berdua keluar untuk makan siang secara tiba tiba karena rasa lapar yang muncul. Beruntung bagi mereka, tentu saja. Namun sejujurnya, rasa cemas tak dapat hilang dari kepala kelimanya. Berkali kali bertemu hingga hidup berdampingan dengan orang jahat membuat mereka tak semudah itu mempercayai orang lain. Kini, kelimanya sudah terduduk di kursi van yang merupakan transportasi kedua orang penting Jepang itu untuk bepergian selama beberapa hari kebelakang. Pria yang hampir sembilan puluh tahun itu mengatakan bahwa ia sudah menitah pengadaan helikopter di gedung kedutaan besar Jepang di London agar mereka bisa pergi ke Jepang secepatnya. Mereka kini sedang di perjalanan menuju London setelah menyebrangi pulau menggunakan kapal cepat. Beliau yang masih terlihat bugar meskipun umurnya sudah sangat tua sesekali menawarkan makanan ringan, yang ditolak dengan sopan, bahkan untuk Petter sekalipun. Bukannya ingin berprasangka buruk pada pria yang membantu mereka melancarkan misi, hanya saja, kita tak tahu apa yang ada di kepalanya sebelum semuanya benar benar clear untuk diperjelas. “Kau bisa berbahasa Jepang, kan?” tanyanya pada Petter yang sedang melamun menatap jalanan. Bocah yang terkejut itu hanya mengangguk sopan dan menjawab seadanya. “Jika kau curiga padaku, tentu saja, aku mengerti” ucapnya perlahan dengan nada khas Jepang yang kental. “akupun begitu kepada kalian. Orang waras mana yang dengan gamblang percaya dengan apa yang dikatakan oleh burnonan, bukan begitu?” “tapi mendengar itu menyangkut dengan rakyatku, dan kemungkinan akan memakan korban banyak, mau tak mau aku mendengar penjelasan kalian secara mendalam, dan mencoba memahami mengapa kalian melakukan ini. Hingga nekat menculik kaisar dan duta besar. Jika kau curiga mengenai aku yang mungkin saja dipikiranmu akan melaporkan kalian, atau kini membawa kalian ke tempat yang tak kalian inginkan, maka coba hilangkan prasangka itu, karena aku pun sedang melakukan hal yang sama” jelasnya pelan pelan, mencoba mempermudah yang lebih muda untuk menerjemahkan kepada rekannya yang lain. Hans yang mendengarnya hanya tersenyum kecil. Mengujarkan kata terimakasih dalam bahasa Jepang dengan suara kecil, yang hanya dibalas kekehan khas dari kakek kakek yang seperti tengah mendengar cucunya berbincang. Perjalanan dari Liverpool –tempat dimana kapal mereka berlabuh- menuju London setidaknya memakan waktu sekitar empat jam jika menghitung adanya kendala yang tak dapat dihilangkan. Empat jam waktu itu dihabiskan oleh Tuan Nakamoto dan Yamazaki berbincang sedikit banyak mengenai pembentukan misi yang akan dilakukan sepulangnya mereka ke Jepang nantinya. Petter pun menjadi andil besar dalam perbincangan itu karena mereka berlima akan ikut turun tangan menangani monster mengerikan yang diperbincangkan. Sesekali, Petter menerjemahkan beberapa informasi yang sekiranya perlu kepada rekannya yang lain ketika tuan Nakamoto tidak sempat karena harus berhubungan dengan staff duta lain untuk melindungi rakyat Jepang yang saat ini tengah berada di United Kingdom. Pun menghubungi duta duta Jepang yang ditempatkan di negara lain untuk terus memantau pergerakan mencurigakan yang bisa saja merugikan seluruh rakyat Jepang yang sedang tidak ada di negaranya. Terbesit di pikirannya mengenai, pantas saja pria paruh baya ini masih dicintai oleh rakyatnya dan memimpin negara meskipun umurnya yang sudah renta. Nilai juangnya kepada rakyatnya sangatlah tinggi hingga ia rela mengeluarkan effort –dan mungkin- biaya lebih untuk melindungi rakyat rakyatnya. “Omong omong, Petter, kau yang membuat robot ini?” tanyanya Nakamoto dengan rasa penasaran yang tinggi akibat robot berbentuk amat mirip dengan manusia ini terus ada disamping bocah tinggi itu. Petter hanya menggeleng kikuk- “tidak, aku menemukannya sudah di buang dari Chaeron Labolatorium. Sudah kupastikan tidak ada hal dari mereka yang menempel seperti track atau sesuatu yang berbahaya lainnya. Humanoid ini akan kurubah demi mempermudah misi kita. Spekulasinya bagus, hanya perlu perubahan di beberapa sisi dan aku buat ulang programnya” jelas yang lebih muda. Bingung ingin membalas apa, pria berkebangsaan Jepang itu hanya terkagum dan mengangguk angguk. Van ini sudah dilapisi kaca film, membuat pengguna yang ada di dalamnya memiliki privasi karena orang diluar tidak dapat melihat sesatu yang sedang terjadi di dalamnya. Namun hal itu tak membuat kelima orang tadi merasa seratus persen aman. Apalagi ketika mobil besar ini di berhentikan oleh sekumpulan petugas yang membawa bawa banner buronan dengan wajah mereka yang terpampang jelas. Kelimanya dengan sigap memakai topeng wajah masing masing yang sudah terbubuhi riasan wajah. Berpura pura tertidur ketika kaca mobil diketuk dengan maksud agar si pengemudi menurunkan kaca untuk melakukan pengecheckan. “Apakah kalian melihat orang ini?” tanya si petugas sembari melihat ke seluruh isi mobil. Sepertinya karena nama mereka semakin mendunia dan berita mengenai mereka yang berhasil lolos ke berbagai negara membuat setiap negara melakukan peraturan ketat untuk menjaga keamanan. Tentu saja dimata orang yang tak tahu apa apa, mereka berlima hanyalah perusuh berdarah dingin yang tak segan dalam membunuh seseorang. Dengan mata yang masing masing terpejam, jantung mereka berdegub tak karuan. Apakah kedua orang ternama di Jepang itu akan memberitahu keadaan mereka? Apakah tuan Yamazaki melakukan ini hanya untuk menjebak mereka? Apakah mereka akan tertangkap dan mungkin saja tertembak mati saat ini? Pertanyaan pertanyaan yang muncul di benak kelima individu tadi akhirnya mendapatkan jawaban. “Tidak” suara tuan Nakamoto terdengar. “Van ini berisikan Kaisar Jepang yang baru saja datang untuk bekerja sama dengan Ireland. Mohon buka jalan untuk kami” yang membuat kelima orang dibelakang (plus humanoid yang ditutupi kain) menghela nafas lega dengan perlahan. Mobil kembali berjalan, kaca mobil ditutup. Satu persatu dari mereka sudah mulai bisa membuka matanya kembali, dan hal pertama yang dilihat oleh mereka adalah- “sudah kubilang, aku akan membantu kalian untuk memberitakan seluruh bencana ini kepada dunia” senyum tuan Yamazaki yang menenangkan mereka. “Perjalanan hanya sekitar tiga puluh menit lagi. Helikopter sudah disiapkan di atas kedung Kedutaan Besar Jepang di London. Kita akan terbang saat ini juga. Persiapkan diri kalian untuk langsung turun ke misi”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD