Chapter 27 - Fugitive

1069 Words
“Jadi, bagaimana kalian bisa mengetahui keberadaanku?” tanya Petter yang wajahnya masih bengkak dan merah karena menangis selama dua jam setelah menyelesaikan kunyahannya dan menelan makanannya dengan baik. Sembari menunggu jawaban, kedua pipi itu kembali sibuk bergerak untuk melahap suapan lainnya dan kembali mengunyah dengan senang. Ainsley melirik kearah Hans, si pemilik ide yang cemerlang hingga mereka bisa menemukan bocah itu bahkan dalam kurun waktu beberapa menit. “Jangan marah ya, anak kecil” membuka permulaan. “karena aku tahu kau akan melepas bajumu dan kau pasti mengerti betul mengenai laptop. Jadi aku menempelkan alat pelacak di rambutmu” “Dimana katamu???”                                   Hans terkekeh samapai matanya menyipit saat melihat reaksi dari bocah yang ada dihadapannya. “Di rambutmu” katanya memperjelas. “Sehabis kejar kejaran dengan para petugas keamanan di kasino, ternyata kita berempat dan kau berjalan di arah yang berbeda. Berterima kasihlah pada alat itu hingga kami bisa menemukanmu di mini market dengan baju I Love Texas sedang menunggu taxi” kekeh Hans sembari mengingat ingat kejadian lucu saat itu. Lagi pula, Petter benar benar harus diajari cara bersandiwara yang baik dan benar agar segala kepanikan dan kelakuannya tidak dapat diprediksi orang lain. Semalam dia benar benar berlaku seperti orang yang kabur dan dikejar kejar. Untung saja tak ada yang berminat menghampirinya dan bertanya macam macam. “Jadi kalian sudah menemukanku selama itu, lalu mengikutiku dari Texas hingga Amish Country?” masih bertanya dengan fase terkejut yang belum menghilang. “Ya. Kami bahkan melihat dimana kau makan, dimana kau naik turun untuk berganti bus, berganti taxi, membeli makan. Kami memperhatikan semuanya, Petter” “Tapi kenapa?” “Karena jika aku menghentikanmu saat masih di Texas, kau akan kembali kabur. Dan karena aku tahu mengenai keluargamu, akhirnya aku bercerita pada Evan, Michael dan Ainsley, kami khawatir kedua orang tuamu akan berbuat yang tidak tidak. Kami khawatir kau datang menemui mereka, lalu belum mendapatkan kenyataan yang sebenarnya” jelasnya lembut. “Bagaimana jika tadi kau belum tahu apa apa, datang memeluk mereka seperti biasanya lalu tahu tahu nanti malam kau sudah kembali ke penjara?” “Sejujurnya aku mungkin terdengar kejam, namun aku bersyukur kau langsung mengetahui inti permasalahannya. Terlebih dari mulut mereka langsung. Kau akan langsung percaya tanpa perlu ada fase denial” Evan menambahkan. Yang sedang dibicaraka tengan berkaca kaca dengan kedua pipi yang penuh dan sudut bibir yang terkena saus dari makanannya. Membuatnya terlihat seperti hamster sedih namun lapar disaat yang bersamaan. “Petter” Hans memanggilnya dengan nada lembut dan usakan dikepala. “Kau mau kan bersama dengan kami untuk memberi tahu dunia mengenai kemungkinan perang dunia ketiga yang dikepalain oleh beberapa oknum penting ini?” tanyanya dengan hati hati dan berbisik. Karena demi Tuhan, kejeniusan bocah itu benar benar dibutuhkan saat ini. Jika Petter tak bersedia dan meminta untuk pergi seorang diri, maka Hans tak tahu apa yang harus ia lakukan selain membujuk Petter untuk kembali. Dimana lagi dirinya harus mencari jenius IT yang bersih dari noda noda keserakahan dan politik. Jika pun ada, dirinya tak yakin bisa menemukannya dengan cepat. Yang ditanya seperti itu hanya mengangguk pelan dengan sedikit keraguan. Setidaknya membuat Hans menghela nafas lega akan jawabannya. “Tapi aku tak tahu apakah aku bisa membantu banyak atau tidak. Aku bukanlah apa apa selain bocah yang menyusahkan” Baru saja Evan akan kembali bicara, sebuah suara kencang dari televisi yang disiarkan pembawa acara perempuan terdengar memenuhi seisi restaurant. “Lima hari yang lalu, empat orang napi kabur dari penjara di Utah, Amerika Serikat, tepatnya di daerah pegunungan Rocky. Keempat narapidana yang kabur saat ini masih belum diketahui keberadaannya. Mereka adalah orang orang jahat yang sangat kuat dan pintar hingga memungkinkan mereka bisa ada dimana saja, perhatikan diri anda dan keluarga anda. Keempat orang tersebut adalah Michael Garvin, pria berusia dua puluh tujuh tahun dengan kejahatan pembunuhan berantai di Wyoming Amerika Serikat. Evan Bridgate, lelaki tiga puluh satu tahun dengan tuduhan pencurian mayat dan otak ilmuan terkenal untuk dijadikan penelitian yang belum mendapatkan izin. Ainsley Kim, wanita dua puluh sembilan tahun, anggota mafia yang merupakan dalang dari pembunuhan presiden Amerika Serikat empat tahun yang lalu. Yang terakhir adalah Petter Chaveglier, anak laki laki berusia enam belas tahun dengan tuduhan pencurian informasi, perusakan sistem, penyalahgunaan sistem yang membuat bank hingga profil seseorang dimasuki secara sengaja dengan niat buruk. Berikut kami lampirkan fotonya. Bagi siapapun yang melihat keberadaan mereka, apabila memberikan bukti kuat, maka kalian akan diberi hadiah sejumlah seribu dollar. Apabila kalian bisa menangkap mereka hidup hidup sampai pihak kepolisian datang, si penangkap akan diberikan hadiah berupa cek senilai seratus ribu dollar beserta tunjangan seumur hidup. Sekali lagi, lindungi anda dan keluarga anda dari kejahatan narapidana. Jika bisa, tangkap mereka hidup hidup. Sekian untuk kilas berita eksklusif yang diberikan langsung oleh kepala team penangkapan, sampai jum-....”   Mereka kini baru saja kembali ke Ohio untuk makan siang sebelum bergerak menuju Manhattan. Tadinya. Itu rencana awal sebelum berita yang muncul di televisi di restaurant tempat mereka makan saat ini mengenai keempat buronan yang kabur yang tentu saja itu membicarakan mereka. Evan menatap Michael yang sedari tadi tetap terdiam seakan malas bicara, yang ditatap hanya melihat televisi dengan pandangan tak terbaca. Hans mengacak acak rambutnya frustasi. Untung saja mereka sudah lebih dahulu membeli banyak pakaian dan perlengkapan menyamar- yang meskipun tak membantu terlalu banyak- seperti topi dan masker juga kacamata saat tiba kembali di Ohio. Itu ide Petter omong omong karena saat memeluk Ainsley yang ternyata masih memakai pakaian saat mereka di Texas, alias pakaian yang sudah pasti berkeringat dan kotor akibat ‘pemukulan’ para penjaga kasino, Petter dengan wajah masih sembabnya dengan polos mengatakan Ainsley bau. Evan dan Hans tertawa dengan sangat keras yang berakhir Petter disentil dengan sangat keras tepat didahi. Sayangnya, baru pakaian yang mereka beli. Jika sudah seperti ini, mereka tidak akan bebas kemana saja karena semua orang akan memperhatikan gerak gerik disekitar mereka. Melampirkan bukti foto atau video keberadaan mereka dengan imbalan seribu dollar tentu saja menggiurkan, sedangkan mereka belum membeli makanan kalengan atau minimal roti dan minuman untuk mencapai Manhattan dan memiliki bukti untuk disebarkan kepada dunia. Pramusaji dan kasir yang tadi melayani mereka untuk memesan makanan mulai melirik kearah mereka dengan pandangan curiga. Membuat kelimanya tanpa diskusi terlebih dahulu langsung bangkit dan pergi keluar untuk masuk kedalam mobil dan pergi dengan hati tak nyaman. “...bagaimana ini?” cemas Petter berbisik bisik yang sebenarnya tidak perlu karena mereka sudah melajukan mobilnya dan pergi dari daerah sana. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD